Hasil Wawancara Hasil Penelitian

100 Kondisi media IPA sebagian besar dalam kondisi rusak. Terutama untuk torso dan model tubuh manusia. Sementara KIT IPA dengan kondisi komponen- komponen yang sudah tidak lengkap. Alat optik seperti mikroskop dan lensa masih terbungkus rapi dalam lemari. Tidak ada petugas khusus pemeliharaan media IPA. Tempat penyimpanan media tidak terpusat dalam satu ruangan. Media disimpan di ruang kelas, ruang guru, perpustakaan, dan gudang sekolah. Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa, ditemukan ketidaksinkronan antara jawaban siswa dengan angket pernyataan yang telah diisi guru, yakni pada indikator relevansi penggunaan media IPA dengan materi pelajaran. Dari indikator tersebut terdapat tujuh item pernyataan yang meliputi: 1 Penggunaan media IPA disesuaikan dengan materi pelajaran IPA; 2 Guru memanfaatkan model kerangka manusia untuk semua materi IPA yang menggunakan model kerangka sebagai media; 3 Guru memanfaatkan model tubuh manusia untuk semua materi IPA yang menggunakan model tubuh sebagai media, 4 Guru memanfaatkan globe untuk semua materi IPA yang menggunakan globe sebagai media; 5 Guru memanfaatkan KIT untuk semua materi IPA yang menggunakan KIT sebagai media; 6 Guru memanfaatkan alat-alat optik untuk semua materi IPA yang menggunakan alat-alat optik sebagai media; dan 7 Guru memanfaatkan poster untuk semua materi IPA yang menggunakan poster sebagai media. Berdasarkan angket pernyataan yang telah diisi oleh guru, sebagian besar guru menyatakan menggunakan media KIT dan alat-alat optik dalam pembelajaran IPA. Hal ini berbeda ketika peneliti melakukan wawancara dengan 101 siswa. Keseluruhan perwakilan siswa di kelas tinggi yang telah diwawancarai dari enam sekolah dasar, menyatakan bahwa sebagian besar guru tidak pernah menggunakan KIT dan alat-alat optik dalam pembelajaran IPA.Intensitas pemanfaatan media IPA selain KIT dan alat-alat optik oleh guru di kelas tinggi termasuk dalam kategori rendah. Torso dan model tubuh manusia sangat jarang digunakan, Intensitas penggunaan yang mendekati sering adalah globe dan poster. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yakni: 1 Kondisi beberapa media IPA dalam keadaan rusak; 2 Keterbatasan kemampuan guru dalam menggunakan media IPA, dan 3 Keterbatasan kemampuan guru dalam mengelola waktu. Temuan lain yang didapatkan dari hasil wawancara dengan siswa adalah ketidaksamaan jawaban siswa dengan angket pernyataan guru pada indikator penggunaan media IPA saat evaluasi pembelajaran. Berdasarkan angket pernyataan yang telah diisi oleg guru, hampir semua guru menyatakan pernah menggunakan media IPA dalam kegiatan evaluasi pembelajaran. Saat dilakukan chroscheckdata dengan mewawancarai siswa,semua jawaban perwakilan siswa dari seluruh SD menyatakan bahwa guru menggunakan tes tertulis saat evaluasi pembelajaran. Tidak lebih dari lima guru yang pernah menggunakan media untuk kegiatan evaluasi pembelajaran.

4.2.4 Hasil Observasi

Observasi dalam penelitian ini yaitu pengamatan peneliti terhadap ketersediaan, kondisi, dan penggunaan media IPA oleh guru kelas tinggi. Berikut hasil observasi terhadap ketersediaan, kondisi, dan penggunaan media IPA di SD N Lumbir Kecamatan Lumbir Kabupaten Banyumas : Tabel 4.41 Hasil Observasi Ketersediaan Media Pembelajaran IPA