assessment keparahan tersebut masih dinilai 2. Berdasarkan hasil penelitian, cabang Hazard Prioritisation bermasalah. Hal tersebut
karena terdapat ketidaksesuaian penentuan kategori tingkatan risiko kemungkinan dan keparahan antara prosedur serta form
hasil risk assessment. Oleh sebab itu, sebaiknya Proyek Cibis Tower 9 memantau pelaksanaan risk assessment yang dibuat agar
dapat terdeteksi kesalahan-kesalahan dalam memprioritaskan bahaya.
2. Cabang Recommended Risk Controls LTA
a. Cabang Clarity LTA
Pengendalian yang direkomendasikan oleh Proyek Cibis Tower 9 telah ditulis dalam form hasil risk assessment, didalam hasil tersebut
juga memasukan pengendalian sesuai dengan hirarki pengendalian. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, diketahui bahwa
rekomendasi pengendalian tertulis dalam form hasil risk assessment. Pengendalian adalah proses, peraturan, alat, pelaksanaan atau tindakan
yang berfungsi untuk meminimalisasi efek negatif atau meningkatkan peluang positif ASNZS, 2004.
Berdasarkan hasil wawancara diketahui pekerja memahami pengendalian yang direkomendasikan karena pekerja memiliki
pengalaman bekerja di area kerja yang sama yakni pekerja konstruksi. Berdasarkan telaah dokumen form hasil risk assessment Proyek Cibis
Tower 9, terdapat kolom rekomendasi pengendalian. Kolom pengendalian risiko dalam hasil risk assessment diisi dengan
rekomendasi pengendalian. Pengendalian risiko merupakan langkah penting dalam menentukan keseluruhan manajemen risiko Ramli,
2010. Dengan adanya pengendalian yang jelas dari pengendalian risiko
dan pemahaman
pekerja atas
pengendalian yang
direkomendasikan maka tidak terdapat masalah dalam cabang Clarity.
b. Cabang Compatibility LTA
Pengendalian risiko merupakan langkah penting dan menentukan dalam keseluruhan manajemen risiko. Risiko yang telah diketahui
besar dan potensi risikonya harus dikelola dengan tepat, efektif dan sesuai dengan kemampuan dan kondisi perusahaan. Dalam
menentukan pengendalian
harus mempertimbangkan
hirarki pengendalian, sebagai berikut: Ramli, 2010
1. Eliminasi
merupakan teknik
pengendalian dengan
menghilangkan sumber bahaya. Cara ini sangat efektif karena sumber bahaya dieliminasi sehingga potensi risiko dapat
dihilangkan. 2.
Substitusi adalah teknik pengendalian bahaya dengan mengganti alat, bahan, sistem atau prosedur yang berbahay dengan
yang lebih aman atau lebih rendah bahayanya. 3.
Pengendalian Teknis, sumber bahaya biasanya berasal dari peralatan atau saran teknis yang ada di lingkungan kerja. Karena
itu, pengendalian bahaya dapat dilakukan melalui perbaikan pada desain, penambahan peralatan dan pemasangan peralatan
pengaman.
4. Pengendalian Administratif, pengendalian bahaya juga
dapat dilakukan secara administratif misalnya dengan mengatur jadwal kerja, istirahat, cara kerja atau prosedur kerja yang lebih
aman, rotasi kerja atau pemeriksaan kesehatan. 5.
Penggunaan Alat Pelindung Diri APD merupakan pilihan terakhir untuk mengendalikan bahaya misalnya pelindung kepala,
sarung tangan, pelindung pernapasan, pelindung jatuh dan pelindung kaki. Dalam konsep K3 penggunaan APD merupakan
pilihan terakhir atau last resort dalam pencegahan kecelakaan. Hal ini disebabkan karena APD bukan untuk mencegah kecelakaan
namun hanya sekedar mengurangi efek atau keparahan kecelakaan. Berdasarkan telaah dokumen form hasil risk assessment Proyek
Cibis Tower 9 Jakarta Selatan PT Waskita Karya, rekomendasi pengendalian yang diberikan lebih banyak kontrol administratif.
Padahal dalam
menerapkan pengendalian
terdapat hirarki
pengendalian lain sebelum pengendalian administratif. Seperti pada hasil risk assessment proses pekerjaan struktur pada aktivitas
pemasangan baja casteleted beam dalam hasil analisis pengendalian yang dilakukan langsung pada poin pengendalian administratif.
Padahal rekayasa teknis merupakan pengendalian yang terbaik karena menghilangkan bahaya yang ada atau menghilangkan kemungkinan
bahaya tersebut mengenai pekerja. Sedangkan kontrol administratif tidak menghilangkan bahaya secara langsung, tetapi digunakan untuk
membatasi waktu kontak antar pekerja dengan bahaya.
Berdasarkan hasil
wawancara diketahui
bahwa pada
pelaksanaannya pengendalian yang dilaksanakan tidak semua sesuai dengan hirarki yang terdapat pada form hasil hiradc hanya saja dalam
pelaksanaan dengan hirarki pengendalian mayoritas difokuskan pada perlengkapan K3LMP. Padahal perlengkapan atau APD digunakan
sebagai cara terakhir untuk melindungi pekerja bila pengendalian teknis dan administratif tidak mungkin dilakukan atau dalam keadaan
darurat. APD tidak menghilangkan ataupun mengurangi bahaya yang ada, karena hanya mengurangi jumlah kontak dengan bahaya dengan
menempatkan penghalang antara pekerja dengan bahaya. Hal ini dapat mengakibatkan ketidakefektifan dalam mengatasi risiko yang ada,
karena tidak ada pertimbangan tingkat risiko dalam menerapkan pengendalian.
Pada lampiran I tentang pedoman penerapan SMK3 Peraturan Pemerintah no. 50 tahun 2012, menyatakan bahwa apabila upaya
pengendalian risiko diperlukan, maka upaya tersebut ditetapkan melalui tingkat pengendalian. Berdasarkan hasil penelitian, cabang
Compatibility bermasalah. Hal disebabkan biaya untuk keperluan pengendalian administrasi, pelatihan dan tindakan pencegahan lain
tersedia akan tetapi dalam pelaksanaan hanya fokus kepada APD sehingga pengendaian yang direkomendasikan tidak kompatibel
dengan hirarki pengendalian. Oleh sebab itu, sebaiknya Proyek Cibis Tower 9 melakukan tinjauan ulang terhadap rekomendasi
pengendalian yang dibuat agar sejalan dengan yang dilaksanakan, yaitu dengan mengutamakan berdasarkan hirarki pengendalian.
c. Cabang Testing of Control LTA