104
BAB VI PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
Dalam melakukan penelitian mengenai analisis pelaksanaan risk assessment pada Proyek Cibis Tower 9 Jakarta Selatan PT Waskita Karya,
peneliti menghadapi beberapa keterbatasan seperti pada beberapa dokumen tidak dapat ditampilkan dalam tulisan ini. Dokumen yang tidak dapat
ditampilkan dalam tulisan ini adalah dokumen anggaran dana secara mendalam, hasil audit internal dan dokumen metode kerja. Peneliti hanya
boleh melihat dokumen tersebut pada saat itu juga dikarenakan dokumen tersebut merupakan dokumen rahasia perusahaan.
B. Pembahasan Pelaksanaan Risk Assessment pada Proyek Cibis Tower 9
Jakarta Selatan PT Waskita Karya tahun 2015
Risk assessment merupakan salah satu bagian dari manajemen risiko. Manajemen risiko merupakan bagian dari sistem manajemen PT Waskita
Karya yang dirancang untuk mengantisipasi dan pengendalian risiko potensial PT Waskita Karya, 2013. Dalam prosedur penilaian risiko dengan nomor
dokumen PW-K3LMP-01 memiliki detail pelaksanaan prosedur penilaian risiko harus mencakup identifikasi bahaya dan aspek lingkungan, penilaian
dan pengendalian risiko serta persetujuan, pemantauan dan update penilaian risiko.
Tujuan PT Waskita Karya membuat prosedur terkait penilaian risiko adalah guna memastikan bahwa seluruh proses penilaian risiko yang
mencakup Keselamatan Kesehatan Kerja, Lingkungan, Mutu dan Pengamanan K3LMP ditetapkan, diterapkan dan dirawat.
Tujuan tersebut selaras dengan sebuah standar yakni AS NZS 4360 : 2004 yang pada intinya penilaian dan pengendalian risiko dilakukan untuk
meminimalisasi meluasnya kejadian yang tidak diinginkan, meminimalkan kerugian, menyusun dan melaksanakan program dengan tepat dan efisien.
Tujuan melaksanakan program secara tepat dan efisien dirasa relevan dengan memaksimalkan pencapaian tujuan menjamin tidak terjadinya
gangguan kesehatan, kecelakaan kerja dan penurunan kualitas lingkungan yang tertera dalam RK3LMP Proyek Cibis Tower 9 Jakarta Selatan PT
Waskita Karya. Dalam RK3LMP Proyek Cibis Tower 9 menyebutkan bahwa tujuan risk
assessment adalah untuk memastikan bahwa semua potensi bahaya teridentifikasi, dinilai risiko yang meliputi identifikasi bahaya, penilaian
risiko dan pengendalian risiko. Tujuan penilaian risiko yang dibuat oleh PT Waskita Karya dalam
RK3LMP telah sesuai dengan sistem manajemen K3. Penilaian risiko merupakan proses evaluasi risiko-risiko yang diakibatkan adanya bahaya-
bahaya dengan memperhatikan kecukupan pengendalian yang dimiliki, dan menentukan apakah risikonya dapat diterima atau tidak. Perusahaan harus
membuat, menerapkan dan memelihara prosedur untuk mengidentifikasi
bahaya yang ada, penilaian risiko, dan penetapan pengendalian yang diperlukan. OHSAS 18001, 2007.
Proyek konstruksi sangat berpotensi mengakibatkan terjadinya hal –hal
yang tidak diinginkan menjadi risiko. Risiko tersebut ada dalam semua aspek yang membutuhkan perencanaan dan pengaturan, akan tetapi kompleksitas
dan tingkat risiko dalam tiap-tiap pekerjaan sangat variatif tergantung seberapa besar pekerjaan dan bidang yang dijalankan Banaitiene dan
Banaitis, 2013. Prosedur risk assessment atau penilaian risiko secara tertulis tidak
tercantum alur tahapan penerapan penilaian risiko akan tetapi dijelaskan berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber. Proses manajemen risiko
harus dilakukan secara komprehensif dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari manajemen proses. Proses penialaian risiko diperusahaan
telah sejalan dengan proses manajemen risko digambarkan sebagai berikut ASNZS 4360, 2004:
Bagan 6. 1 Proses Manajemen Risiko AS NZS 4360 : 2004
Tahap pelaksanaan risk assessment pada Proyek Cibis Tower 9 mempelajari spesifikasi teknis selaras dengan proses manajemen risiko
ASNZS 4360:2004 yakni menetapkan konteks. Sedangkan mengidentifikasi bahaya dan aspek lingkungan, menilai risiko, menentukan pengendalian
risiko juga terdapat dalam standar yang sama. Pada pelaksanaannya berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber
sekertaris K3LMP selaku yang membuat penilaian risiko K3 mengatakan bahwa pelaksanaan risk assessment masih belum sesuai alur. Diketahui dalam
alur proses bahwa penerapan penilaian risiko di proyek dilakukan setelah organisasi membuat metode kerja dan spesifikasi teknis, akan tetapi dalam
pelaksanaannya penialaian risiko dilakukan sebelum metode kerja dan spesifikasi dibuat.
Dalam alur proses penialain risiko, hasil risk assessment wajib ditanda tangani oleh organisasi, hal ini merupakan salah satu bentuk bahwa hasil risk
assessment juga telah dikomunikasikan kepada pihak terkait. Namun dalam pelaksanaanya diketahui bahwa pada dokumen Form PW-K3LMP-01-01
hasil penilaian risiko yang dibuat pada bulan oktober tersebut belum disetujui. Penyetujuan hasil risk assessment merupakan salah satu bentuk
bahwa risk assessment telah dikomunikasikan. Hasil penilaian risiko yang tidak disetujui menjadi salah satu
ketidaktepatan pelaksanaan risk assessment. Selain tidak sesuai dengan prosedur, hal ini juga tidak sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.50 Tahun
2012 tentang Penerapan SMK3 pasal 13 ayat 3 a yang menyatakan bahwa prosedur informasi K3 harus dikomunikasikan kepada semua pihak dalam
perusahaan dan pihak terkait di luar perusahaan. Sebagaimana berdasarkan lampiran I pada Peraturan Pemerintah No.50 Tahun 2012, hasil identifikasi,
penilaian, dan pengendalian risiko serta sumber bahaya yang meliputi keadaan mesin-mesin, pesawat-pesawat, alat kerja, peralatan lainnya, bahan-
bahan, lingkungan kerja, sifat pekerjaan, cara kerja, dan proses produksi harus dikomunikasikan.
Pertimbangan dalam melakukan identifikasi bahaya dan aspek lingkungan pada prosedur penilaian risiko di Proyek Cibis Tower 9 telah
sesuai dengan standar OHSAS 18001:2007 yakni prosedur untuk mengidentifikasi bahaya dan menilai risiko harus memperhatikan:
a. Aktifitas rutin dan non rutin
b. Aktifitas seluruh personil yang mempunyai akses tempat kerja
termasuk kontraktor dan tamu c.
Perilakukebiasaan manusia, kemampuan dan faktor-faktor manusia lainnya
d. Bahaya-bahaya yang timbul dari luar tempat kerja yang berdampak
pada kesehatan dan keselamatan personil e.
Bahaya-bahaya yang terjadi disekitar tempat kerja hasil aktivitas kerja f.
Prasarana, peralatan dan material di tempat kerja, baik milik sendiri maupun milik subkontraktor.
g. Perubahan-perubahan atau usulan perubahan di perusahaan, aktifitas-
aktifitasnya atau material h.
Modifikasi sistem manajemen K3, termasuk perubahan semen tara dan dampaknya kepada operasional, proses dan aktifitas.
i. Adanya kewajiban perundangan yang relevan terkait penilaian risiko
dan penerapan pengendalian yang dibutuhkan.. j.
Rancangan area-area kerja, proses-proses, instalasi-instalasi, mesinperalatan dan organisasi kerja serta adaptasinya kepada
kemampuan manusia. Prosedur identifikasi bahaya Proyek Cibis Tower 9 telah sesuai dengan
pertimbangan yang diatur dalam OHSAS 18001:2007. Pertimbangan melakukan identifikasi bahaya telah cukup baik dengan melebihkan dua poin
yakni kapan pekerjaan akan dikerjakan dan AMDALRKLRPLUKLUPL. Berdasarkan hasil studi pendahuluan diketahui bahwa dalam pelaksanaan
pembangunan proyek Cibis Tower 9 tidak terdapat dokumen AMDAL. Peraturan Pemerintah RI No.27 tahun 2012 mengatur bahwa setiap Usaha
danatau Kegiatan yang wajib memiliki Amdal atau UKL-UPL wajib memiliki Izin Lingkungan.
Berdasarkan telaah dokumen, tidak adanyanya dokumen AMDAL menjadi salah satu masalah penting dalam penilaian risiko karena AMDAL
merupakan bentuk dari penilaian risiko dari aspek lingkungan. Narasumber mengungkapkan pengajuan AMDAL telah dilakukan akan tetapi belum
disetujui oleh pihak terkait, akibatnya proyek Cibis Tower 9 dibangun tanpa adanya izin lingkungan. AMDAL berguna untuk mengantisipasi adanya
dampak buruk atau kerusakan terhadap lingkungan. Dalam pendirian bangunandengan tanpa memperhatikan dampak dari usaha atau industri yang
akandibangunan dapat merusak lingkungan fisik dan biologis secara perlahan dan tidaklangsung Azevedo dkk., 2014.
C. Pembahasan Penyebab Ketidaktepatan Pelaksanaan Risk Assessment