C. Pembahasan Penyebab Ketidaktepatan Pelaksanaan Risk Assessment
pada Proyek Cibis Tower 9 Jakarta Selatan PT Waskita Karya Tahun 2015
1. Cabang Task Spesific Risk Analysis
a. Cabang Knowledge LTA
Cabang ini mempertimbangkan pengetahuan yang memadai harus tersedia untuk analisis risiko. Terdapat dua cabang yang
mempengaruhi pengetahuan, yaitu: 1
Cabang Use of Workers’ Suggestion and Input LTA Proyek Cibis Tower 9 dalam pelaksanaan risk assessment
mendukung adanya keterlibatan pekerja. Saran dan masukan pekerja digunakan dalam menganalisis risiko yang ada di tempat kerja.
Pelaksanaan risk assessmen dengan melibatkan pekerja akan membantu meminimalkan kelalaian pelaksana risk assessment,
memastikan kualitas analisis dan memperdalam analisis untuk menemukan pengendalian risiko tersebut ASNZS 4360, 2004.
Adanya masukan dari pekerja dibuktikan dengan adanya dokumen toolbox meeting, dalam dokumen ini diketahui terdapat penyampaian
topik yang disesuaikan dengan keluhan pekerja di lapangan. Berrdasarkan hasil wawancara, pekerja terlibat dengan
memberikan informasi risiko yang dihadapi di area kerja kepada tim K3LMP dan pelaksana di lapangan. Pekerja merupakan bagian yang
berhubungan langsung dengan risiko dalam pekerjaan atau proses yang dilakukan. Sehingga, informasi yang didapatkan dari pekerja
dapat membantu pelaksana mengidentifikasi dan menganalisis risiko yang ada di tempat kerja. Informasi dapat dijadikan pertimbangan
masukan untuk pelaksanaan risk assessment dan dapat dijadikan dasar revisi atau peninjauan ulang risk assessment.
Sesuai dengan salah satu ketentuan peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3 dalam Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 pasal
15 ayat 4 h yaitu perusahaan harus memperhatikan masukan dari pekerjaburuh danatau serikat pekerjaserikat buruh. Kemudian hasil
pengamatan juga mendukung adanya keterlibatan pekerja, di lapangan terlihat beberapa pekerja menemui tim K3LMP baik saat
sedang berpatroli ataupun saat safety morning untuk menyampaikan bahaya dan risiko yang dihadapi di area kerja. Pekerja juga meminta
pengendalian risiko yang mereka hadapi kepada petugas K3LMP atau kepada pelaksana di lapangan. Seperti dalanm Undang undang
No. 1 Tahun 1970 yang menjelaskan bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannya dalam
melakukan pekerjaan.setiap pekerja wajib memberikan informasi terkait bahaya di lapangan sehinggan seluruh pekerja mendapatkan
perlindungan Reese dan Eidons, 2006. Berdasarkan hasil penelitian, cabang
Use of Workers’ Suggestion and Inputs LTA dilaksanakan dengan tepat atau dengan kata lain cabang ini tidak
bermasalah. Pekerja dilibatkan dalam pemberian masukan terkait risiko yang dihadapi di tempat kerja.
2 Cabang Technical Information Systems LTA
Sistem informasi merupakan salah satu cara untuk mendukung pelaksanaan risk assessment di tempat kerja. Salah satu sistem
informasi yang sering diterapkan adalah pertemuan atau rapat. Pertemuan merupakan wadah untuk evaluasi dari hasil kerja yang
telah dilakukan yang dapat memberikan umpan balik dengan pengusulan langkah-langkah dalam menghadapi masalah di tempat
kerja Macdonald, 2004. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa terdapat sistem
pertemuan rutin di Proyek Cibis Tower 9 yang dilakukan satu minggu sekali yakni safety morning. Akan tetapi dalam
pelaksanaannya safety koordinator dan beberapa pekerja menyatakan bahwa pertemuan kurang efektif akibat kehadiran pekerja dan
karyawan yang tidak maksimal. Padahal dalam Peraturan Pemerintah no. 50 tahun 2012 tentang penerapan SMK3 pasal 13 ayat 1,
dijelaskan bahwa prosedur informasi harus memberikan jaminan bahwa informasi K3 dikomunikasikan. Hal tersebut juga didukung
hasil pengamatan, bahwa ada pertemuan antara seluruh pekerja yakni pada safety morning dan ada pertemuan rapat antar karyawan kantor.
Safety morning sebagai bentuk pengumpulan sistem informasi dilaksanankan setiap Jumat pagi pukul 07.00
– 09.30. Sepanjang pengamatan safety morning yang dilakukan seminggu sekali ini
berjalan akan tetapi pertemuan ini dihadiri oleh sedikit pekerja dan karyawan bahkan pimpinan. Selain itu karyawan juga banyak yang
telat dan tidak menghadiri safety morning akibat pertemuan yang dijadwalkan mulai cukup pagi. Sehingga pertemuan tidak maksimal
dikarenakan tidak ada pimpinan yang menghadiri. Pimpinan merupakan figur penting dalam sebuah organisaasi.
Pimpinan harus terlibat komunikasi dengan pekerja dengan upaya konsultasi guna pengambilan keputusan. Selain itu keberadaan
pimpinan penting untuk mengembangkan rencana pengendalian risiko pada semua proses kerja ASNZS 4360, 2004. Pelaksanaan
safety morning mewajibkan seluruh pekerja menghadiri setiap kegiatannya. Sistem informasi yang dibuat perusahaan juga berguna
mengontrol sumber daya, sehingga dalam mengambil dapat menghasilkan keputusan-keputusan strategis. Dengan peraturan yang
mewajibkan seluruh pekerja hadir dirasakan tidak efektif sebab akan ada proses kerja yang terhambat saat kegiatan berlangsung.
Penggantian jadwal posisi kerja dalam mengikuti kegiatan secara bergiliran memungkinkan keefektifan kegiatan berlangsung. Proses
kerja yang tetap berjalan dan safety morning juga tetap berjalan. Berdasarkan hasil penelitian, cabang Technical Information
Systems tidak dilaksanakan dengan tepat atau dapat dikatakan bermasalah. Hal tersebut dikarenakan sistem pertemuan yang ada
tidak dilaksanakan dengan tepat, yaitu tidak semua karyawan dan pekerja bahkan pimpinan mengikuti pertemuan. Absensi yang
ditemukan juga menunjukan pekerja yang mengikuti safety morning sedikit jumlahnya. Akibat dari ketidakhadiran tersebut adalah tidak
terkumpulnya informasi untuk analisis risiko yang dirasakan pekerja kepada pimpinan. Oleh sebab itu disarankan untuk mengubah waktu
sistem pertemuan menjadi lebih siang yaitu jam 08.00 – 09.30 WIB.
Selain mengubah waktu pertemuan pihak K3LMP juga membagi jadwal untuk karyawan yang mengikuti safety morning di
setiap posisi kerja, membuat jadwal shift anggota yang mengikuti safety morning., agar proses kerja tidak terhambat dan jumlah
kehadiran peserta safety morning lebih terkontrol.
b. Cabang Execution LTA