Tahapan Manajemen Risiko Risk Assessment

metode yang sistematis yang terdiri dari menetapkan konteks, mengidentifikasi, meneliti, mengevaluasi, perlakuan, monitoring dan mengkomunikasikan risiko yang berhubungan dengan aktivitas apapun, proses atau fungsi sehingga dapat memperkecil kerugian perusahaan ASNZS 4360, 2004.

1. Tahapan Manajemen Risiko

Langkah awal mengembangkan manajemen risiko adalah menentukan konteks yang diperlukan karena manajemen risiko sangat luas dan bermacam-macam, salah satu diantaranya adalah manajemen risiko K3. Untuk manajemen risiko K3, juga diperlukan penentuan konteks yang akan dikembangkan, misalnya menyangkut risiko kesehatan kerja, kebakaran, hygiene, dan lain sebagainya. Dari konteks tersebut masih dapat dikembangkan lebih lanjut misalnya manajemen risiko untuk aktifitas rumah sakit, industri kimia, kilang minyak, dan bidang lainnya. Penentuan konteks ini diselaraskan dengan visi dan misi organisasi serta sasaran yang ingin dicapai. Lebih lanjut ditetapkan kriteria risiko yang sesuai bagi organisasi. Setelah menetapkan konteks manajemen risiko, langkah berikutnya adalah melakukan identifikasi hazard, analisis, dan evaluasi risiko serta menentukan langkah atau straregi pengendaliannya. Proses manajemen risiko harus dilakukan secara komprehensif dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari manajemen proses. Proses manajemen risko digambarkan sebagai berikut ASNZS 4360, 2004: Bagan 2. 2 Tahapan Manajemen Risiko ASNZS 4360:2004

2. Risk Assessment

Risk assessment adalah metode sistematis untuk menentukan risiko dari suatu aktivitas dapat ditoleransi atau tidak. Risk assessment akan bermanfaat jika hasil risiko yang telah teridentifikasi dan diprioritaskan tersebut ditindaklanjuti dengan cara mengelola mengendalikan memperlakukan risiko tersebut dengan baik. Tujuannya adalah memberikan masukan untuk keputusan tentang apakah risiko perlu dikendalikan dan strategi pengendalian risiko yang tepat dan hemat biaya. Risk assessment melibatkan pertimbangan sumber risiko, keparahan dan kemungkinan terjadinya. Pengendalian sendiri berfungsi untuk meminimalisasi efek negatif atau meningkatkan peluang posistif ASNZS 4360, 2004. Dalam melaksanakan identifikasi, penilaian dan pengendalian risiko harus dilakukan oleh pekerja yang mempunyai kompetensi yang ditetapkan. Orang yang menganalisis risiko harus memiliki pemahaman yang baik tentang pekerjaan dan pengetahuan untuk menemukan bahaya. Melibatkan pekerja akan membantu meminimalkan kelalaian, memastikan kualitas analisis dan memperdalam analisis untuk solusi. Ada berbagai pendekatan dalam menggambarkan kemungkinan dan keparahan suatu risiko baik secara kualitatif, semi kuantitatif atau kuantitatif ASNZS 4360, 2004. a. Penilaian risiko dengan analisis kualitatif Analisis kualitatif menggunakan bentuk kata atau skala deskriptif untuk menjelaskan seberapa besar kondisi potensial dari kemungkinan yang akan di ukur. Pada umumnya analisis kualitatif digunakan untuk menentukan prioritas tingkat risiko yang lebih dahulu harus diselesaikan. Dalam metode analisis kualitatif terdapat 2 unsur yang dijadikan pertimbangan, yaitu:ASNZS 4360, 2004: 1 Konsekuensi Konsekuensi adalah nilai yang menggambarkan suatu keparahan dari efek yang ditimbulkan oleh sumber risiko pada setiap tahapan pekerjaan. 2 Kemungkinan Kemungkinan adalah nilai yang menggambarkan kecenderungan terjadinya konsekuensi dari sumber risiko pada setiap tahapan pekerjaan. Tingkat risiko pada analisis kualitatif merupakan hasil perkalian nilai variabel konsekuensi dan kemungkinan dari risiko-risiko keselamatan kerja yang terdapat pada setiap tahapan pekerjaan. b. Penilaian risiko dengan analisis kuantitatif Analisis kuantitatif menggunakan hasil perhitungan numerik untuk tiap konsekuensi dan tingkat kemungkinan dengan menggunakan variasi, seperti:  Catatan-catatan terdahulu  Pengalaman kejadian yang relevan  Literatur-literatur yang beredar dan relevan  Marketing tes dan penelitian pasar  Percobaan-percobaan dan prototype Dengan adanya sumber data tersebut, hasil analisis memiliki keakuratan lebih tinggi dibandingkan dengan analisis risiko lainnya. c. Penilaian risiko dengan analisis semi kuantitatif Pada analisis semikuantitatif penilaian numerik diberikan kepada tingkat likelihood dan consequences berdasarkan penilaian subyektif. Nilai tersebut tidak mencerminkan secara tepat ukuan relatif dari penilaian deskriptif. Analisis semi kuantitatif menghasilkan prioritas yang lebih rinci dibandingkan dengan analisis kualitatif karena risiko di agi menjadi beberapa kategori. Metode ini pada prinsipnya hampir sama dengan metode analisis kualitatif, perbedaannya terletak pada uraian atau deskripsi dari parameter yang ada pada analisis semi kuantitatif dinyatakan dengan nilai atau skor tertentu. Analisis semi kuantitatif mempertimbangkan kemungkinan untuk menggabungkan 2 elemen, yaitu probabilitas likelihood dan paparan exposure sebagai frekuensi. Terdapat hubungan yang sangat kuat antara frekuensi dari paparan dengan probabilitas terjadinya risiko ASNZS 4360, 2004. Hasil dari analisis risko kemudian di evaluasi dengan membandingkan nilai risiko yang diperoleh dengan kriteria risiko yang ditentukan apakah risiko yang di analisis dapat diterima atau tidak. Jika risiko masih berada di atas batas yang dapat diterima, harus dilakukan langkah pengendalian Ramli, 2010. Pengendalian risiko merupakan langkah penting dan menentukan dalam keseluruhan manajemen risiko. Risiko yang telah diketahui besar dan potensi risikonya harus dikelola dengan tepat, efektif dan sesuai dengan kemampuan dan kondisi perusahaan. Dalam menentukan pengendalian harus mempertimbangkan hirarki pengendalian, sebagai berikut Ramli, 2010 : 1 Eliminasi Eliminasi merupakan teknik pengendalian dengan menghilangkan sumber bahaya. Cara ini sangat efektif karena sumber bahaya dieliminasi sehingga potensi risiko dapat dihilangkan. 2 Subtitusi Substitusi adalah teknik pengendalian bahaya dengan mengganti alat, bahan, sistem atau prosedur yang berbahay dengan yang lebih aman atau lebih rendah bahayanya. 3 Pengendalian Teknis Sumber bahaya biasanya berasal dari peralatan atau saran teknis yang ada di lingkungan kerja. Karena itu, pengendalian bahaya dapat dilakukan melalui perbaikan pada desain, penambahan peralatan dan pemasangan peralatan pengaman. 4 Pengendalian Administratif Pengendalian bahaya juga dapat dilakukan secara administratif misalnya dengan mengatur jadwal kerja, istirahat, cara kerja atau prosedur kerja yang lebih aman, rotasi kerja atau pemeriksaan kesehatan. 5 Penggunaan Alat Pelindung Diri Pilihan terakhir untuk mengendalikan bahaya adalah dengan memakai alat pelindung diri misalnya pelindung kepala, sarung tangan, pelindung pernapasan, pelindung jatuh dan pelindung kaki. Dalam konsep K3 penggunaan APD merupakan pilihan terakhir atau last resort dalam pencegahan kecelakaan. Hal ini disebabkan karena APD bukan untuk mencegah kecelakaan namun hanya sekedar mengurangi efek atau keparahan kecelakaan.

3. Cabang Risk Assessment dalam MORT