tidak terdapat dokumen AMDAL. Tidak adanyanya dokumen AMDAL menjadi salah satu masalah penting dalam penilaian risiko. Berdasarkan
hasil studi pendahuluan wawancaara dengan Sekertaris K3LMP mengungkapkan pengajuan AMDAL telah dilakukan akan tetapi belum
disetujui oleh pihak terkait, akibatnya proyek Cibis Tower 9 dibangun tanpa adanya izin lingkungan.
D. Penyebab Ketidaktepatan Pelaksanaan Risk Assessment pada Proyek
Cibis Tower 9 Jakarta Selatan PT Waskita Karya Tahun 2015
Berdasarkan ketidaktepatan dalam pelaksanaan risk assessment pada Proyek Cibis Tower 9, maka peneliti melakukan analisis pelaksanaan risk
assessment dengan menggunakan teknik Management Oversight and Risk Tree MORT pada cabang Task Spesific Risk Assessment. Dalam teknik
MORT, pada lapis kesepuluh terdapat dua cabang yang membahas risk assessment yaitu cabang Task Spesific Risk Assessment Not Performed dan
Task Spesific Risk Assessment LTA. Cabang Task Spesific Risk Assessment Not Performed membahas tidak terlaksananya risk assessment. Sedangkan
cabang Task Spesific Risk Assessment LTA membahas ketidaktepatan pelaksanaan risk assessment Noordwijk Risk Initiative, 2009.
Cabang Task Spesific Risk Assessment LTA ini yang akan menjadi fokus analisis karena pada Proyek Cibis Tower 9 Jakarta Selatan risk assessment
dilaksanakan namun terdapat ketidaktepatan pelaksanaannya. Berikut ini penjabaran penyebab masalah berdasarkan cabang Task Spesific Risk
Assessment LTA:
a. Cabang Task Spesific Risk Analysis LTA
1 Cabang Knowledge LTA
Cabang knowledge dengan kode E4 mempertimbangkan pengetahuan yang memadai harus tersedia untuk pelaksanaan risk
assessment. Terdapat dua cabang yang mempengaruhi pengetahuan, yaitu:
a Cabang Use of Workers’ Suggestion and Input LTA
Cabang Use of Workers’ Suggestion and Input dengan kode
F5 mempertimbangkan saran dan masukan pekerja yang memadai digunakan dalam pelaksanaan risk assessment. Proyek Cibis Tower
9 melibatkan pekerja dalam pemberian informasi terkait bahaya atau risiko yang dihadapi. Berdasarkan hasil wawancara dengan
informan, diketahui bahwa pekerja dilibatkan sebagai objek yang akan memberikan informasi terkait bahaya yang dihadapi. Berikut
ini kutipan pernyataan informan utama: “Pekerja nggak terlibat langsung dalam pembuatan risk
assessment nya, tapi mereka cukup terlibat dalam memberi masukan ke kita risiko sama bahaya apa aja yang ada di
lapangan.. nanti setelah mereka kasih tau ke kita, kita kasih tindakan koreksi nya...
“ PRA1. “Selama ini pekerja sudah banyak yang terlibat.. Ketika ada
kemungkinan yang bisa menimpa pekerja, pekerja nya itu melaporkan risiko apa yang dia lihat ke K3. Dari laporan itu
langsung di antisipasi dan dimasukan ke hiradc... ” PRA2.
“Kalau terlibat pasti terlibat...dari pekerja seumpama ada risiko atau bahaya yang menyangkut kondisi pekerja biasanya langsung
melapor ke K3 atau ke pelaksana di lapangan, nanti pelaksana dilapangan akan memberitahu orang K3 nya...
“ PRA3. Selanjutnya hasil wawancara dengan pekerja mendukung
pernyataan dari informan utama, berikut ini kutipan pernyataan informan pendukung:
“Keterlibatan pekerja ya ada ya, kalopun intelektual mereka backgroundnya hanya SD SMP tapi mereka tetap dilibatkan... ya
kalo ada risiko gitu mereka lapor ke kita... “ PRA5.
“Setau saya pekerja disini sering kasih masukan mbak, risiko disini kan sering jadi pekerja aktif kasih tau orang K3 supaya ada
tindakan gitu mbak... “ PRA7.
“Kita kerja diketinggian pasti hubungannya dengan jatuh, risiko yang ekstrim gitu pasti harus lapor. Kalo saya si seringnya lapor
ke p elaksana...” PRA8.
Dari hasil kutipan wawancara diatas dapat diketahui bahwa pekerja terlibat dengan memberikan informasi risiko yang dihadapi
di area kerja kepada tim K3LMP dan pelaksana di lapangan. Selama pengamatan berlangsung di lapangan terlihat beberapa
pekerja menemui tim K3LMP baik saat sedang berpatroli ataupun saat safety morning untuk menyampaikan bahaya dan risiko yang
dihadapi di area kerja. Pekerja juga meminta penanggulangan kepada petugas K3LMP atau kepada Pelaksana di lapangan untuk
risiko yang mereka hadapi, tidak hanya mandor atau wakil mandor tetap anak buah pun ikut melaporkan atas temuan risiko yang
mereka hadapi dan melaporkannya dengan kritis. Berdasarkan hasil telah dokumen topik toolbox meeting
dengan nomor dokumen WKHSETBMCBSI2015 diketahui penyampaian topik disesuaikan dari keluhan pekerja di lapangan
setiap minggu nya.
Sumber: Dokumen Proyek Cibis Tower 9 PT Waskita Karya Gambar 5. 4 Topik Toolbox Meeting
b Cabang Technical Information Systems LTA
Cabang Technical Information Systems LTA dengan kode F6 mempertimbangkan risk assessment didukung oleh sistem
informasi. Proyek Cibis Tower 9 dalam melaksanakan risk assessment didukung oleh sistem informasi teknis, yaitu memilki
pertemuan rutin satu kali dalam seminggu. Namun tidak semua pekerja hadir berdasarkan dokumen absen hasil pertemuan safety
morning yang diadakan satu minggu sekali banyak karyawan dan
pekerja yang tidak menghadiri pertemuan tersebut. Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber, diketahui bahwa terdapat
sistem pertemuan guna mengumpulkan berbagai macam informasi terkait K3 yang terjadi di tempat kerja. Berikut ini kutipan
pernyataan narasumber: “Sistem informasi komunikasi langsung dengan pekerja ada setiap
hari jumat pagi safety morning, ada juga rapat orang kantor setiap hari rabu siang. Disitu semua informasi selama satu minggu
terkumpul untuk di evaluasi juga... “ PRA1.
“Pengumpulan informasi untuk analisa risiko tentu saja ada komunikasi dengan tim, baik itu kapro, kalap, maupun tim dari
K3LMP. Setiap hari ada briefing dan seminggu sekali juga ada safety morning walau yang datang tidak banyak....
“ PRA2. “Safety morning seminggu sekali kita jabarkan bahaya apa aja
dihadapan pekerja, tapi jujur disini masih susah masih kurang kompak dari tim kantor yang jarang hadir, safety dilapangan cuma
2 orang, pekerja ada 300 bangunan ada 16 lantai harus patrol ...”
PRA3 Dari kutipan hasil wawancara tersebut diketahui bahwa
pertemuan safety morning yang diadakan satu kali dalam seminggu merupakan wadah untuk mengevaluasi risiko yang ada di tempat
kerja. Akan tetapi dalam pelaksanaannya safety koordinator dan beberapa pekerja menyatakan bahwa pertemuan kurang efektif
akibat kehadiran pekerja dan karyawan yang tidak maksimal. Berikut ini kutipan pernyataan pekerja:
“Pertemuan ya ada briefing setiap pagi ada juga yang seminggu sekali buat sharing antara pekerja dengan karyawan kantortapi
kurang efektif ya banyak yang telat dan malahan tidak datang... Kepagian mungkin ya kan safety morning jam 7 pagi jadi pada
telat, kalau sudah telat ya mungkin tidak datang... ”PRA5
“Safety morning tapi saya ndak pernah ikut, emang udah masuk tapi nggak ikut aja. Apalagi briefing itu jarang sekali...
”PRA6 “Ya situ pernah ikut safety morning kan, bagus buat evaluasi cuma
sayang yang ikut sedikit... “ PRA8.
Selama pengamatan di lapangan ada pertemuan antara seluruh pekerja yakni pada safety morning dan ada pertemuan rapat
antar karyawan kantor. Safety morning dilaksanakan Jumat pagi pukul 07.00
– 09.30 yang membahas perkembangan pekerjaan setiap minggu nya dan evaluasi secara keseluruhan tentang aspek
K3LMP. Terkait pertemuan setiap hari yakni briefing tidak diwajibkan sehingga berdasarkan hasil pengamatan briefing tidak
dilakukan oleh semua pihak, hanya staf K3LMP dan safety koordinator.
Sepanjang pengamatan safety morning yang dilakukan seminggu sekali ini berjalan akan tetapi pertemuan ini dihadiri oleh
sedikit pekerja dan karyawan. Beberapa pertemuan juga tidak dihadiri oleh pimpinan. Selain itu karyawan juga banyak yang telat
dan tidak menghadiri safety morning akibat pertemuan yang dijadwalkan mulai cukup pagi. Sehingga pertemuan tidak maksimal
dikarenakan tidak ada pimpinan yang menghadiri. Padahal agenda safety morning adalah untuk mengumpulkan informasi terkait yang
terjadi selama seminggu hari kerja untuk menjadi bahan evaluasi. Berdasarkan hasil telaah dokumen diketahui bahwa jumlah
pekerja dan karyawan yang mengikuti safety morning masih kurang dari jumlah pekerja dan karyawan yang ada dan diketahui pula
dalam beberapa pertemuan pimpinan tidak hadir. Berikut ini merupakan daftar absensi yang mengikuti safety morning:
Sumber: Dokumen Proyek Cibis Tower 9 PT Waskita Karya Gambar 5. 5 Absensi Safety Morning
2 Cabang Execution LTA
Cabang Execution LTA dengan kode E5 mempertimbangkan hal- hal yang memengaruhi kualitas risk assessment. Terdapat 5 cabang
yang mempengaruhi kualitas risk assessment, yaitu:
c Cabang Time LTA
Cabang Time LTA dengan kode F7 mempertimbangkan waktu yang cukup untuk membuat risk assessment dan
melaksanakannya. Proyek Cibis Tower 9 melaksanakan risk assessment tidak sesuai prosedur akibat keterbatasan personil dan
spesifikasi teknis tentang pekerjaan juga belum diberikan padahal dikejar oleh waktu pembangunan.
Pembuatan risk assessment dibuat setelah proyek berjalan selama satu bulan, berdasarkan hasil wawancara dengan informan
diketahui bahwa waktu pelaksanaan analisis risiko tidak di awal pekerjaan dan tidak di revisi secara berkala sesuai dengan prosedur
penilaian risiko PT Waskita Karya. Penyebab ketidaktepatan waktu pelaksanaan risk assessment diketahui akibat keterlambatan
spesifikasi teknis yang diberikan tidak di awal pekerjaan, setelah satu bulan proyek berlangsung. Berikut ini kutipan pernyataan
sekertaris K3LMP: “Risk assessment dibuat satu bulan setelah proyek mulai, memang
di prosedur harusnya diawal pekerjaan. Pada saat proyek jalan spesifikasi teknis baru diberikan sehingga pembuatan risk
assessment lama.... “ PRA1.
Safety koordinator sebagai informan pendukung memberikan informasi bahwa risk assessment tidak dibuat di awal proyek atau
ada keterlambatan. Berikut ini kutipan pernyataan narasumber: “Assessment ya? Waduh udah lama ya itu dibuat waktu proyek
sudah berjalan.. Harusnya sih sebelum pelaksanaan pekerjaan itu udah dibikin...
“ PRA5. Selanjutnya berdasarkan hasil telaah dokumen diketahui
bahwa hasil dari penilaian risiko dengan nomor dokumen PW- K3LMP-01-01 masih memiliki revisi 02, 07 Oktober 2011. Dalam
prosedur penilaian risiko telah ditetapkan bahwa hasil penilaian risiko secara periodik ditinjau minimal 6 bulan sekali sehingga
terdapat ketidaktepatan antara pelaksanaan dan prosedur yang berlaku.
Sumber: Dokumen Proyek Cibis Tower 9 PT Waskita Karya Gambar 5. 6 Revisi Hasil Risk Assessment
Berdasarkan hasil telaah dokumen diketahui bahwa dalam prosedur penilaian risiko Proyek Cibis Tower 9 dengan nomor
dokumen PW-K3LMP-01 dijabarkan bahwa revisi dilakukan secara on going dimana jika ada perubahan aktivitas maka perlu dibuat
penilaian risiko yang baru atau di review. Selama pekerjaan
berlangsung terdapat aktivitas baru yakni tahap plumbing dan finishing akan tetapi penilaian risiko tidak dilakukan kembali atau
direvisi. d
Cabang Budget LTA Cabang budget LTA dengan kode F8 mempertimbangkan
anggaran yang cukup untuk melakukan analisis risiko. Proyek Cibis Tower 9 memiliki anggaran untuk melaksanakan program
K3LMP dan risk assessment masuk kedalam anggaran program tersebut. Proyek Cibis Tower 9 berjalan dengan anggaran yang
diberikan oleh perusahaan terdapat pada Rencana Keselamatan, Kesehatan Kerja, Lingkungan, Mutu dan Pengamanan RK3LMP.
Anggaran dana untuk keperluan risk assessment mencakup semua pengendalian risiko yang perlu diterapkan di lapangan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber, diketahui bahwa anggaran untuk melaksanakan risk assessment masuk ke dalam
anggaran program K3LMP secara keseluruhan. Berikut ini kutipan pernyataan narasumber:
“Untuk budget risk assessment hanya print hiradc saja mungkin untuk pengendalian risiko yang butuh biaya, tidak ada masalah,
karna berapa biaya yang harus dihabiskan dari awal sampai akhir dihitung dan dan setiap bulan juga dibuat laporan bulanan yang
dikasih ke pimpinan.. “ PRA1.
“Sudah ada anggaran dana nya, untuk K3LMP 3,2 dari biaya keseluruhan.
.” PRA4.
Dari hasil wawancara tersebut diketahui bahwa anggaran dana untuk melaksanakan risk assessment termasuk dalam
anggaran dana rencana K3LMP. Anggaran dana yang ada dikatakan
cukup dan
dapat mendukung
berlangsungnya pengendalian risiko dan program K3LMP di Proyek Cibis Tower 9.
Jumlah anggaran dana 3,2 dari total keseluruhan dana untuk pembangunan sehingga anggaran dana tersebut dirasa cukup untuk
memenuhi seluruh kebutuhan program K3LMP termasuk pelaksanaan risk assessment.
Berdasarkan hasil telaah dokumen anggrana dana pada RK3LMP diketahui terdapat biaya perencanaan yang didalamnya
termasuk biaya fotokopi dan biaya jilid untuk dokumen risk assessment. Akan tetapi dokumen anggaran dana tidak dapat
dilampirkan karena merupakan dokumen rahasia perusahaan. Berikut uraian biaya dalam anggaran RK3LMP
Biaya Fotocopy dan jilid Biaya Distribusi
Biaya Pengadaan Dokumen Perusahaan Biaya APD Perlengkapan K3LMP + Alat Safety Deck
Biaya Pembuatan Laporan Alat Security + CCTV Biaya Medical Check Obat
Biaya Penyelenggaraan Training Biaya Seminar-seminar K3LMP EksternalInternal
Biaya Inspeksi dan Tes Lapangan
Biaya Perawatan Akibat Kecelakaan Biaya Kalibrasi Peralatan
Biaya Perawatan dan Penyimpanan Alat Biaya Audit K3LMP
e Cabang Scope LTA
Cabang scope LTA dengan kode F9 mempertimbangkan ruang lingkup dan detail dari risk assessment untuk mencakup
semua risiko yang terkait dengan pekerjaan proses pada Proyek Cibis Tower 9. Lingkup pelaksanaan risk assessment Proyek Cibis
Tower 9 dibuat berdasarkan proses secara umum pada kegiatan konstruksi. Pada prosedur penilaian risiko Proyek Cibis Tower 9
dijelaskan bahwa pelaksanaan risk assessment dilakukan di seluruh proses bisnis di PT Waskita Karya termasuk pihak luar yang
bekerja untuk atau atas nama Waskita. Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber diketahui
bahwa lingkup pelaksanaan risk assessment masih ada kekurangan. Terdapat proses kerja baru yang tidak dianalisis
risikonya yakni proses plumbing yang dilakukan oleh pihak subkontraktor yang tergabung dengan perusahaan. Padahal proses
plumbing juga merupakan tanggungjawab PT Waskita Karya. Berikut ini kutipan pernyataan narasumber:
“Lingkupnya ya konstruksi, kita melihat item pekerjaan bagi pekerjaan nya apa aja, risiko paling sering terjadi tertusuk paku.
Kalau di konstruksi risiko yang paling tinggi itu nilai 6 jatuh dari ketinggian...
“ PRA1. “Bisa dilihat dalam dokumen hiradc, semua kegiatan harus
dicantumkan dan sudah memang seharusnya mendetail. Tapi beberapa hal yang tidak tercantumkan karena lingkup kerja yang
baru seperti plumbing.. Ya belum sempat ya kan Bapak juga megang proyek lain.
...”PRA2 Berdasarkan hasil telaah dokumen risk assessment Proyek
Cibis Tower 9 terdapat kolom lokasi namun kolom tersebut digabung dengan kolom peralatan, perkakas dan material sehingga
pengisian tidak lengkap. Area lokasi yang pernah disebutkan dalam hasil risk assessment hanya area proyek tidak ada area kantor atau
lokasi lainnya. Meskipun risk assessment berdasarkan aktivitas akan tetapi terdapat kekurangan aktivitas dalam hasil risk
assessment yakni tidak ada nya aktivitas plumbing dan finishing. Selanjutnya terkait detail risiko yang dianalisis adalah risiko
K3LMP baik tinggi, sedang, maupun rendah yang disesuaikan dengan prosedur penilaian risiko.
Pada saat telaah dokumen ditemukan dokumen hasil audit internal yang di lakukan pada bulan Juli 2015 terdapat temuan
terkait tingkatan risiko. Untuk beberapa pekerjaan yang mengakibatkan jari terputus tingkat risiko tersebut termasuk tingkat
3 yaitu cacat permanen akan tetapi dalam hasil risk assessment
keparahan tersebut masih dinilai 2. Akan tetapi dokumen tidak dapat ditampilkan karena merupakan rahasia perusahaan.
Selain itu berdasarkan telaah dokumen prosedur risk assessment Proyek Cibis Tower 9 tipe risiko yang dianalisis adalah
risiko terhadap keselamatan, kesehatan dan lingkungan. Namun pada form hasil risk assessment Proyek Cibis Tower 9 risiko yang
dianalisis hanya risiko keselamatan dan kesehatan terhadap manusia. Padahal berdasarkan pengamatan, terdapat risiko
pencemaran udara dari pekerjaan pengecoran dan pembongkaran. Berikut ini merupakan contoh hasil risk assessment:
Sumber: Dokumen Proyek Cibis Tower 9 PT Waskita Karya Gambar 5. 7 Form Hasil Risk Assessment Proyek Cibis Tower 9
f Cabang Analytical Skill LTA
Cabang Analytical
Skill LTA
dengan kode
F10 mempertimbangkan pengalaman dan keterampilan pelaksana yang
dibutuhkan untuk membuat dan melaksanakan risk assessment. Proyek Cibis Tower 9 tidak menentukan pelaksana risk assessmen
secara khusus akan tetapi pelaksana harus termasuk dalam divisi K3LMP. Berdasarkan telaah dokumen prosedur risk assessment
Proyek Cibis Tower 9 pelaksana risk assessment secara tanggung jawab berada pada divisi K3LMP dan kepala proyek serta unit
kerja terkait. Berikut ini merupakan pembagian tugas dan tanggung jawab pelaksana risk assessment:
Tabel 5. 2 Tanggung Jawab Pelaksana Risk Assessment
No. Uraian Kegiatan
Penanggungjawab
1. Menyiapkan input HIRADC dan aspek
dampak lingkungan yang berupa seluruh proses bisnis.
Divisi K3LMP
2. Melakukan
Identifikasi bahaya, aspek dampak lingkungan baik dalam kondisi
normal, abnormal dan darurat. Divisi K3LMP
3. Melakukan identifikasi dengan melihat
kondisi lapangan ruangan tempat kerja dan lingkungan
sekitarnya observasi
dan wawancara kepada personil terkait.
Divisi K3LMP
4. Melakukan identifikasi persyaratan hukum
dan persyaratan lainnya yang berlaku untuk aktivitas produk atau jasa tersebut.
Divisi K3LMP
5. Menghitung risiko awal dengan matriks dan
mengklasifikasikan skala risiko awal sesuai dengan matriks penilaian risiko.
Divisi K3LMP
6. Melakukan identifikasi pengendalian risiko
sesuai hirarki meliputi Eliminasi dan Subtitusi.
Divisi K3LMP
7. Melakukan identifikasi pengendalian risiko
sesuai hirarki
meliputi pengendalian
rekayasa, pengendalian administratif dan alat pelindung diri serta penghitungan sisa
risiko. Unit kerja terkait
K3LMP
8. Pemantauan dan pengukuran terhadap
pengendalian risiko serta persetujuan hasil penilaian risiko
Unit kerja terkait
9. Meninjau penilaian risiko secara on going
dan periodik 6 bulan sekali. Divisi K3LMP
Kapro
Berdasarkan tanggung jawab tersebut hampir secara keseluruhan divisi K3LMP bertugas dalam pelaksanaan risk
assessment. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa pelaksana risk assessment telah memiliki pengalaman yang cukup
panjang dibidang konstruksi seperti pada pernyataan berikut ini: “Kalau melihat pengalaman sudah pengalaman di konstruksi
sudah bertahun-tahun juga, beliau tau risk assessment bagaimana...
“ PRA2. “Oh Bapak sih sudah melanglang buana, saya juga sudah hampir
7 tahun kerja di waskita ...”PRA3
Selain itu, pada prosedur risk assessment dijelaskan bahwa tidak hanya divisi K3LMP saja yang memiliki tanggung jawab dalam
pelaksanaan risk assessment. Pimpinan juga dilibatkan dalam pelaksanaan risk assessment, Kepala proyek bertugas meninjau
hasil risk assessment. Berikut ini kutipan pernyataan narasumber: “Semua yang disini sudah berpengalaman. Untuk risk assesment
saya belum memeriksa yang si Asi Sekertaris K3LMP buat makanya
kemarin pas
audit masih
ada yang
harus diperbaiki
...”PRA4
“Pelaksana risk assessment disini bagus pengalamannya sudah banyak di bidang konstruksi
...”PRA5 Dari kutipan hasil wawancara diatas, diketahui bahwa
pelaksana telah memiliki banyak pengalaman dibidang konstruksi. Berdasarkan hasil wawancara dengan sekertaris K3LMP juga
menjelaskan bahwa risk assessment dibuat berdasarkan data sebelumnya saja. Staf ikut terlibat dalam pelaksanaan risk
assessment namun tidak memiliki sertifikasi akan hal tersebut, seperti pada kutipan berikut ini:
“Risk assessment dibuat berdasarkan pengalaman selama di proyek. Disini tidak ada yang sertifikasi tentang risk assessment,
staf K3LMP kita suruh untuk mengoreksi hasil risk assessment yang dibuat saja...
“ PRA1
g Cabang Hazard Selection LTA
Cabang hazard selection LTA dengan kode F11 mempertimbangkan tentang kesesuaian temuan bahaya pada
analisis risiko dengan bahaya yang ada. Temuan bahaya sangat penting untuk kecukupan risk assessment. Terdapat 2 cabang yang
mempengaruhi hazard selection, yaitu:
- Cabang Hazard Identification LTA
Cabang hazard identification LTA dengan kode G1 mempertimbangkan
kriteria yang
digunakan untuk
mengidentifikasi bahaya.
Proyek Cibis
Tower 9
mengidentifikasi bahaya menggunakan form yang telah disediakan oleh perusahaan yaitu form identifikasi bahaya,
penilaian risiko dan penentuan pengendalian risiko dengan nomor dokumen PW-K3LMP-01-01. Bahaya diidentifikasi
berdasarkan aktivitas proses pekerjaan, akan tetapi kolom lokasi, proses, peralatan, material dijadikan dalam satu kolom sehingga
terdapat ketidakjelasan atau membingungkan dalam pengisian. Berdasarkan hasil wawancara dengan sekertaris K3LMP,
diketahui bahwa terdapat prosedur khusus identifikasi bahaya K3LMP
dengan form
yang dapat
digunakan untuk
mengidentifikasi bahaya. Berikut merupakan kutipan pernyataan informan:
“Untuk identifikasi bahaya menggunakan form yang ada di PWK3LMP, form nya diisi bahaya nya apa lalu dinilai
keparahannya... “ PRA1.
Hal tersebut didukung dengan hasil telaah dokumen yang dilakukan peneliti, memang benar terdapat form khusus
identifikasi aspek K3LMP dengan nomor dokumen PW-01-01. Berikut ini form identifikasi aspek K3LMP:
Sumber: Dokumen Proyek Cibis Tower 9 PT Waskita Karya Gambar 5. 8 Form Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko dan Penentuan
Pengendalian Risiko
Selanjutnya pada prosedur risk assessment Proyek Cibis Tower 9, dijelaskan bahwa identifikasi bahaya harus dilakukan
secara on going dimana jika terjadi perubahan aktivitas penilaian risiko dibuat yang baru. Berdasarkan hasil telaah
dokumen metode kerja dengan nomor dokumen WK-CIBIS- ENG-MS-BS-009 dengan hasil form risk assessment dengan
nomor dokumen
PW-K3LMP-01-01 diketahui
terdapat ketidaksesuaian tahapan yang di analisis. Terdapat tahapan kerja
yang tidak dianalisis adalah proses kerja yakni plumbing. Namun dokumen metode kerja tidak dapat dilampirkan karena
dokumen tersebut merupakan rahasia perusahaan.
- Cabang Hazard Prioritisation LTA
Cabang hazard prioritisation LTA dengan kode G2 mempertimbangkan
metode yang
digunakan dalam
memprioritaskan bahaya yang telah diidentifikasi. Pada Proyek Cibis Tower 9 terdapat ketidaktepatan penentuan kategori
analisis risiko antara prosedur dengan form hasil risk assessment. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan
diketahui bahwa metode analisis terdapat pada prosedur perusahaan. Berikut ini kutipan pernyataan informan:
“Ya bahaya di prioritaskan sesuai risiko nya dilihat keparahan dan kemungkinannya rendah, sedang, tinggi, 1, 2, 3 gitu di tabel
di PWK3, saya sudah pernah kasih lihat sama kamu kan...
“PRA1. Selanjutnya
berdasarkan telaah
dokumen prosedur
penilaian risiko Proyek Cibir Tower 9 PT Waskita Karya, metode analisis yang digunakan adalah metode analisis
kualitatif. Hal tersebut terlihat dari tahapan pelaksanaan pertama yaitu menentukan kemungkinan dan selanjutnya menentukan
keparahan. Berikut merupakan pengkategorian kemungkinan dan keparahan serta kategori tingkat risiko yang terlampir
dalam prosedur penilaian risiko Proyek Cibis Tower 9:
Sumber: Dokumen Proyek Cibis Tower 9 PT Waskita Karya Gambar 5. 9 Matriks Penilaian Tingkat Risiko
Penilaian tingkat risiko dilakukan dengan memadukan nilai kemungkinan terjadinya peristiwa risiko K3 dengan keparahan
yang ditimbulkannya. Dalam prosedur penialaian risiko Proyek Cibis Tower juga menjelaskan bahwa kerugian yang diakibatkan
bisa karena kerusakan harta benda atau lingkungan. Risiko awal dikategorikan penting jika nilainya lebih besar dari dua. Setelah
didapatkan tingkat risiko maka masuk ke tahap selanjutnya untuk penentuan tindakan dan skala waktu pengendalian risiko.
Berikut merupakan matriks penentuan pengendalian risiko:
Sumber: Dokumen Proyek Cibis Tower 9 PT Waskita Karya Gambar 5. 10 Matriks Penentuan Pengendalian
b. Cabang Recommended Risk Controls LTA
3 Cabang Clarity LTA
Cabang clarity LTA dengan kode E6 mempertimbangkan kejelasan rekomendasi dari penilaian risiko untuk memudahkan memahami dan
melaksanakannya. Pengendalian yang direkomendasikan telah ditulis dalam form hasil risk assessment, didalam hasil tersebut juga
memasukan pengendalian sesuai dengan hirarki pengendalian. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, diketahui bahwa
rekomendasi pengendalian tertulis dalam form hasil risk assessment. Berikut ini kutipan pernyataan informan utama:
“Pengendalian ada di hiradc dari mulai eliminasi sampai APD ditambah juga RTD Rencana tanggap darurat. Mayoritas pekerja
juga sudah paham pengendalian yang ada dilapangan.Ya kaya jalur evakuasi, rambu-rambu juga jelas, peringatan untuk area wajib APD
juga... “ PRA1.
“Sejauh yang saya ketahui rekomendasi pengendalian sangat jelas, di lapangan, pemahaman pekerja tentang APD cukup baik ya
...”PRA3 Selain itu, dilapangan pekerja juga diberi petunjuk terkait
pengendalian yang direkomendasikan. Berikut ini kutipan pernyataan informan:
“Kalau pengendalian saya paham, misal yang simple aja ketinggian harus pake bodyharness...
“PRA6. “Sudah jelas sih mbak, kan kita pakai APD setiap masuk proyek ada
papan nya didepan area kerja kita cara-cara pakainya... “ PRA7.
Menurut staf K3LMP pekerja memahami pengendalian yang direkomendasikan karena pekerja memiliki pengalaman bekerja di
area kerja yang sama yakni pekerja konstruksi. Berikut merupakan kutipan pernyataan staf K3LMP:
“Pengendalian disini jelas dan sebagian pekerja sudah paham kan sudah lama di proyek...
“ PRA2. Selanjutnya berdasarkan telaah dokumen form hasil risk
assessment Proyek Cibis Tower 9, terdapat kolom rekomendasi
pengendalian. Kolom pengendalian risiko dalam hasil risk assessment diisi dengan rekomendasi pengendalian. Berikut merupakan salah satu
rekomendasi pengendalian risiko yang dilakukan di Proyek Tower 9:
Sumber: Dokumen Proyek Cibis Tower 9 PT Waskita Karya Gambar 5. 11 Contoh Pengendalian Risiko
4 Cabang Compatibility LTA
Cabang compatibility LTA dengan kode E7 mempertimbangkan pengendalian yang direkomendasikan kompatibel dengan persyaratan
yang ada. Proyek Cibis Tower 9 mengatur rekomendasi pengendalian harus dengan hirarki pengendalian dalam prosedurnya. Berdasarkan
telaah dokumen prosedur risk assessment Proyek Cibis Tower 9, rekomendasi pengendalian yang diberikan sesuai hirarki. Berikut ini
hirarki pengendalian pada prosedur: a.
Eliminasi yaitu menghilangkan bahaya atau risiko dari sumbernya
b. Subtitusi yaitu mengganti dengan bahan atau sumber bahaya
yang lebih kecil c.
Pengendalian rekayasa Engineering control yaitu cara pengendalian risiko dengan cara rekayasa
d. Pengendalian administratif yaitu cara pengendalian risiko
dengan memasang tanda-tanda peringatan serta melalui penerapan suatu prosedur atau sistem kerja
e. Alat pelindung diri APD yaitu pengendalian risiko dengan
cara memakai peralatan APD sesuai dengan jenis dan sumber bahayanya.
Namun berdasarkan telaah dokumen form hasil risk assessment Proyek Cibis Tower 9 Jakarta Selatan PT Waskita Karya, rekomendasi
pengendalian yang diberikan lebih banyak kontrol administratif. Padahal
dalam menerapkan
pengendalian terdapat
hirarki pengendalian lain sebelum pengendalian administratif. Salah satu
contoh diketahui dari hasil risk assessment proses pekerjaan struktur pada aktivitas pemasangan baja casteleted beam di ketinggian, untuk
aktivitas tersebut dapat dikendalikan dengan pengendalian teknis seperti pemasangan safety net akan tetapi dalam hasil analisis
pengendalian yang dilakukan langsung pada poin pengendalian administratif. Hal tersebut dapat dilhat dalam hasil risk assessment
dalam kolom pengendalian pada Gambar 5.11 Contoh Pengendalian Risiko.
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, diketahui bahwa rekomendasi pengendalian mempertimbangkan hirarki pengendalian
dalam prosedur. Berikut ini kutipan pernyataan informan: “Sesuai peraturan kan dimasukan juga di form nya, pengendalian
juga sudah sesuai hirarki kan kamu bisa baca sendiri... “ PRA1.
Selain itu, berdasarkan pernyataan informan pendukung diketahui bahwa pada pelaksanaannya pengendalian yang dilaksanakan tidak
semua sesuai dengan hirarki yang terdapat pada form hasil hiradc. Berikut merupakan penyataan infroman pendukung:
“Ya kalau selama pekerjaan tuh ya liat HIRADC berdasarkan itu aja pengendaliannya tapi tidak semua diikuti. APD dan rambu-rambu
paling yang diterapkan ...”PRA5
Berdasarkan telaah dokumen anggaran dana membuktikan bahwa ada rincian biaya APD dan perlengkapan K3LMP. Biaya untuk
keperluan pengendalian administrasi, pelatihan dan tindakan pencegahan lain juga tersedia hanya saja dalam pelaksanaan dengan
hirarki pengendalian mayoritas difokuskan pada perlengkapan K3LMP.
5 Cabang Testing of Control LTA
Cabang testing
of control
LTA dengan
kode E8
mempertimbangkan pengujian pengendalian untuk efektivitas sebelum diimplementasikan. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan,
diketahui bahwa pengujian pengendalian tidak dilakukan akibat keterbatasan waktu. Berikut ini kutipan pernyataan narasumber:
“Tidak ada pengujian ya kita siapkan pengendalian sesuai standar aja karena sistem kerja disini yang cepat jadi tidak melakukan pengujian-
pengujian... “ PRA1.
Rekomendasi pengendalian langsung diterapkan pada pekerja. Selain itu, menurut informan lain pengendalian sudah tersedia saja
sudah cukup sehingga tidak diperlukan pengjuian. Berikut kutipan pernyataan informan:
“Pengujian dari supllier lah dek, disini mah tinggal make aja pekerjanya...
“ PRA2. “Tidak sih tidak ada. Sudah efektif jadi kalau disini langsung
diterapkan saja pengendaliannya. Pengendalian yang digunakan juga tidak jauh berbeda dengan proyek kita yang lain...
“ PRA3. “Ya seharusnya ada pengujian tapi disini tidak ada karena sudah ada
saja sudah bagus ..”PRA5
Selanjutnya berdasarkan telaah dokumen hasil risk assessment Proyek Cibis Tower 9 terdapat pengendalian yang harus dilakukan
pengujian seperti pengujian jalur evakuasi tanggap darurat, APD, peralatan kerja, dan lain-lain. Meskipun tidak dilakukan pengujian
berdasarkan observasi dapat diketahui spesifikasi alat pelindung diri yang digunakan di Proyek Cibis Tower 9 Jakarta Selatan.
Hasil identifikasi jenis dan kualitas kesesuaian APD dengan : a
Safety helmet MSA V-Gard
Keterangan: Putih
: Karyawan, Tamu, Subkontraktor Oren
: Pekerja K3 harian, serbai, logistik Merah, Biru : Pekerja besi
Kuning : Pekerja Galian dan Cor
Hijau : Pekerja Kayu
Safety helmet merupakan alat pelindung kepala dari bahaya kejatuhan atau benturan sesuai dengan bahaya dan risiko yang ada di
tempat kerja. Safety helmet yang terdapat di perusahaan telah memenuhi kualitas standar ANSI Z89.1 2009. Safety helmet yang
digunakan adalah dengan kelas G yakni helm berjenis umum yang telah diuji ketahanannya pada tegangan 2.200 volts.
b Safety shoes
Safety shoes merk King’s ini dilengkapi dengan steel toe cap
diproduksi menggunakan bahan yang relevan dari EN ISO 20345:2004 ASNZS 2210.3:2009 untuk kinerja dan kualitas. Safety
shoes berfungsi melindung kaki dari bahaya kejatuhan benda, terlindas benda berat dan bahaya terpeleset sesuai dengan bahaya yang
ada di tempat kerja. Sepatu ini memiliki ketahanan perlindungan beban sebanyak 20Kg 200 Joules dan perlindungan tekanan sebesar
15.000 Newtons. Sedangkan sepatu boots merk Petrova dan AP boots terbuat dari
bahan karet yang kuat dengan guratan yang bisa melekat pada permukaan yang licin sehingga mencegah pekerja yang memakai dari
bahaya terpeleset di area kerja. c
Safety full body harness
Konstruksi merupakan sektor industri yang sangat erat kaitannya dengan bahaya jatuh dari ketinggian, untuk itu perusahaan
menyediakan safety full body harness untuk mencegah cedera yang lebih parah pada pekerja yang bekerja di ketinggian. Safety full body
harness memiliki kualitas yang baik, mampu menahan beban kerja
aman safety working load sebesar 590 kg dan daya renggang breaking strength sebesar 1000kgs.
d Vest
Pekerja harus berpakaian dan dilengkapi rompi pada saat bekerja, selain untuk sebagai identitas rompi juga berfungsi untuk menandakan
bahwa sedang ada pekerjaan terutama pada saat malam hari. Rompi tersebut akan memantulkan sinar, hal ini sangat berguna untuk pekerja
yang bekerja pada malam hari ataupun pada saat bekerja di area yang gelap seperti confined space.
e Face shield Kedok
Face shield berfungsi melindungi wajah dan mata pekerja. Di area kerja terdapat aktifitas pengelasan sehingga face shield merupakan
salah satu alat pelindung diri yang diperlukan dan disediakan oleh
perusahaan. Face shield dapat melindungi pekerja dari paparan radiasi, benda panas dan cahaya sesuai dengan jenis bahaya yang ada
di tempat kerja. f
Sarung tangan
Sarung tangan katun digunakan pada pekerja besi beton, pekerjaan bobokan dan batu, pelindung pada waktu harus menaiki tangga untuk
pekerjaan ketinggian. Sarung tangan ini sesuai dengan jenis bahaya yang ada, untuk pekerjaan yang dapat menimbulkan cedera lecet atau
terluka pada tangan. g
Safety Eyewear
\ Safety eyewear ini merupakan safety glasses yang memenuhi
standard ANSI Z87.1+2010 dan EN166. Kaca yang berwarna gelap ini digunakan pekerja saat siang hari. Safety eyewear ini memiliki
kualitas yang baik dalam menangkal sinar UV hingga 99,9 serta memiliki lapisan yang kuat terhadap goresan.
6 Cabang Directive LTA
Cabang directive LTA dengan kode E9 mempertimbangkan arahan untuk penggunaan pengendalian yang direkomendasikan dalam risk
assessment. Proyek Cibis Tower 9 memberi arahan terkait pengendalian. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan,
diketahui bahwa arahan untuk penggunaan pengendalian diberikan oleh staf K3LMP kepada para pekerja. Berikut ini kutipan pernyataan
narasumber: “Gini arahan ke pekerja ada pas safety morning selalu diulang
bahaya apa aja pengendalian apa aja seperti induksi. Kita punya banyak karakter sifat pekerja ada yang bandel, ada yang cuek, ada
yang tertib. K3LMP memberikan arahan ke pekerja jika masih bertindak tidak aman akan kita tegur lagi....
“ PRA1. “Kalau disini semua arahan pengendalian di lapangan, dikantor sih
jarang ada arahan ya... “ PRA2.
“Arahan pengendalian untuk menggunakan APD, bertindak safety, tanggap darurat juga. Tidak hanya K3LMP tapi pelaksana kadang
juga kasih arahan karena pekerja sebanyak ini susah ya kalau yang ngawas cuma berdua saja
..” PRA3. Dari kutipan hasil wawancara tersebut, diketahui bahwa
rekomendasi pengendalian yang diarahkan oleh staf K3LMP dan atau pelaksana di lapangan. Pekerja dengan jumlah yang banyak
menyulitkan petugas K3LMP yang hanya berjumlah dua orang untuk memberikan pengarahan atau teguran. Hal ini juga dirasakan oleh
pekerja sebagai mandor yang terkadang perlu ikut menegur pekerja yang tidak bertindak aman atau tidak menggunakan APD, berikut
pernyataan pekerja: ”
Masih jarang yang pakai APD masih kurang pengawasan untuk pekerja nya, ya kita mandor suka bantu tegur saja
..”PRA7 Berdasarkan hasil pengamatan juga diketahui terdapat arahan
kepada pekerja, namun terdapat juga beberapa pekerja yang masih membandel dikarenakan pengawasan yang masih kurang. Seperti
terdapat pekerja yang bekerja di ketinggian namun tidak menggunakan body harness
Kemudian berdasarkan telaah dokumen, terdapat dokumen terkait pengendalian yaitu instruksi kerja penggunaan APD dengan nomor
dokumen IK-PW-K3LMP-APD-08.
Pada dokumen
tersebut, dijelaskan bahwa divisi K3LMP bertanggungjawab untuk memberikan
pelatihan cara penggunaan APD kepada seluruh pekerja termasuk pengunjung.
Sumber: Dokumen Proyek Cibis Tower 9 PT Waskita Karya Gambar 5. 12 Instruksi Kerja Alat Pelindung Diri
7 Cabang Availability LTA
Cabang availability LTA dengan kode E10 mempertimbangkan ketersediaan perlengkapan pengendalian yang direkomendasikan
untuk digunakan oleh personil yang terkait. Proyek Cibis Tower 9 memberikan rekomendasi pengendalian risiko yang tersedia dengan
lengkap. Berdasarkan dokumen anggaran dana pada RK3LMP Proyek Cibis Tower membuktikan bahwa ada terdapat anggaran baik untuk
tindakan pencegahan maupun pemeliharaan. Anggaran untuk tindakan pencegahan meliputi, pengadaan APD, alat safety deck, obat-obatan,
CCTV, safety reward, pelatihan, biaya administrasi dan lain-lain.
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, diketahui bahwa pengadaan perlengkapan pengendalian dilakukan oleh Divisi K3LMP
serta divisi
Logistik dan
Peralatan. Kemudian
pengadaan perlengkapan juga telah mencakup semua aspek baik K3, lingkungan
dan pengamanan. Berikut ini kutipan pernyataan informan: “Saya rasa perlengkapan sudah cukup karna banyak yang
dimodifikasi dari proyek sebelumnya untuk keperluan safety disini. Walaupun disini K3 digabung dengan Mutu, Lingkungan dan
Pengamanan semua pengendalian yang dibutuhkan sudah terpenuhi semua ya...
“ PRA1. “Di lapangan kalau untuk perlengkapan safety sudah ada semua kan
bisa dilihat juga APD, rambu-rambu sampai ruang medis semua ada...
“ PRA3. Selain itu Kepala Proyek juga selalu mengingatkan terkait
pengadaan pengendalian di lapangan dengan memantau anggaran dana. Seperti pada pernyataan Kepala Proyek berikut ini:
“Untuk perlengkapan itu bagian K3LMP dan Logistik, selama ini kalau butuh apa-apa selalu siap sedia sih kita. Saya juga selalu
ingatkan anggaran dana kan ada jadi saya tidak mau sampai lah ada kekurangan...
“PRA4. Selanjutnya pekerja sebagai informan pendukung menyatakan
bahwa pengendalian tersedia di lapangan memang benar tersedia dengan lengkap. Berikut ini kutipan pernyataan narasumber:
“Alhamdulillah perlengkapan cukup mbak. Ya kaya helm, sepatu, body harness ada...
“ PRA6. “Kalau disini lengkap pengendaliannya..”PRA7
“Dari pada proyek yang dulu di Bogor mending disini sih lebih lengkap. Ya kaya ada bu dokter, APD, APAR terus juga ada safety net
gitu... “ PRA8
Dalam pengamatan diketahui bahwa ketersediaan perlengkapan sudah cukup memenuhi terdapat ruang medis, APAR, APD, rambu-
rambu, safety net, dan lain sebagainya. Ketersediaan perlengkapan telah sesuai dengan bahaya yang ada dalam proses kerja dan
lingkungan kerja. Perlengkapan yang tersedia disesuaikan dengan keadaan di lapangan seperti risiko kecelakaan ringan, bahaya bekerja
diketinggian dan lain-lain. Jika ada persediaan yang diperlukan tim K3LMP segera menghubungi bagian logistik untuk mendapatkan
persediaan perlengkapan.
8 Cabang Adaptability LTA
Cabang adaptability LTA dengan kode E11 mempertimbangkan situasi yang berbeda-beda sesuai dengan rancangan pengendalian
yang direkomendasikan. Pekerja proyek Cibis Tower 9 melakukan pekerjaan yang sama setiap harinya di area kerja yang menetap.
Pengendalian yang dirberikan disama ratakan di setiap pekerjaan, namun beberapa pengendalian tidak sesuai dengan beberapa pekerjaan
tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama diketahui bahwa rekomendasi pengendalian yang diberikan hampir sama di
setiap pekerjaan. Namun ada beberapa penambahan untuk bagian pekerjaan tertentu seperti pengelasan, bekerja diketinggian. Berikut ini
kutipan pernyataan informan: “Semua pekerjaan pengendalian di lapangan di sama ratakan, sarung
tangan, masker, helm, sepatu tapi akan ada penambahan dari jenis pekerjaannya. Seperti bagian las perlu pakai kedok, bagian cor
bekisting pakai body harness... “PRA1.
Pernyataan diatas didukung oleh penyataan staf K3LMP yang menjelaskan bahwa di lapangan pekerja mendapatkan pengendalian
yang sama agar lebih mudah. Berikut pernyataan staf K3LMP: “Ndak ada beda-beda sama semua, ribet kalau harus dibeda-
bedain... “ PRA2.
“Harusnya sih disesuaikan tapi ya begini. Mungkin kalau di hiradc dibedakan tapi sudah di lapangan sama saja semua pakai, terkadang
pekerja nya sendiri suka lalai tidak pakai APD... “PRA3.
Dari hasil kutipan wawancara tersebut, diketahui bahwa pengendalian yang direkomendasikan sama jenisnya. Selama
pengamatan didapatkan semua pekerja menggunakan pengendalian yang sama. Pekerja diberikan APD seperti helm dan sepatu. Pekerjaan
yang dihadapi pekerja berbeda-beda seperti bagian cor, pembesian, dan kayu yang memiliki risiko yang berbeda. Seperti pada bagian cor
yang memerlukan masker dan bagian besi yang memerlukan sarung tangan.
Berdasarkan telaah dokumen pada form hasil risk assessment Proyek Cibis Tower 9 menunjukkan bahwa pengendalian dari setiap
proses kerja telah disesuaikan dengan situasi masing-masing proses kerja tersebut.
9 Cabang Use Not Mandatory
Cabang use
not mandatory
dengan kode
E12 mempertimbangkan kewajiban atas penggunaan pengendalian yang
direkomendasikan. Proyek Cibis Tower 9 memiliki peraturan yang diwajibkan atas pelaksanaan pengendalian yang direkomendasikan
didukung dengan adanya punishment. Komitmen ini dibuktikan dengan adanya dokumen form bukti pelanggaran dengan nomor
dokumen 03IMWKDGDG28141222015.
Sumber: Dokumen Proyek Cibis Tower 9 PT Waskita Karya Gambar 5. 13 Form Bukti Pelanggaran K3LMP
Form bukti pelanggaran dipergunakan untuk memberi hukuman kepada pekerja yang tidak bertindak aman dan tidak menggunakan
APD pada saat di area kerja. Staf K3LMP bertugas mengisi form pelanggaran tersebut didukung oleh adanya dokumen lembar inspeksi
harian dengan nomor dokumen PW-K3LMP-06-10. Temuan di lapangan terkait pelanggaran tidak bertindak aman dan tidak
menggunakan APD akan dimasukan kedalam form bukti pelanggaran. Kemudian pekerja yang melanggar akan dikenakan denda berupa
pemotongan honor sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa Proyek Cibis
Tower 9 menerapkan sistem punishment dan reward. Punishment diberikan kepada pekerja yang telah terkena teguran namun masih
tidak merubah tindakannya. Sedangkan reward diberikan kepada pekerja yang tertib. Berikut pernyataan informan terkait hal tersebut:
“Oh ya ada punishment nya denda kan kamu juga bantu bagikan form denda nya. Ada jenis-jenis pelanggaran nya juga kan kamu sudah
tahu. Kita buat itu supaya mereka patuh terhadap peraturan demi keselamatan mereka juga. Untuk reward juga ada kita pantau di
lapangan mandor siapa yang anak buahnya rapih kerja nya itu akan dikasih reward nya ya uang bonus buat mereka...
”PRA1 “Ada hukuman denda kalau pekerja tidak menggunakan APD, jika
pekerja tetap bandel dan tidak ada perubahan kita langsung buat surat untuk pengeluaran pekerja. Sedangkan kalau reward ada dalam
bentuk uang biasanya pas safety morning dikasih reward untuk pekerja yang rajin
...”PRA2. Kutipan
hasil wawancara
diatas menunjukkan
bahwa pengendalian yang direkomendasikan merupakan hal yang wajib
untuk dilaksanakan didukung dengan adanya punishment yang ditetapkan. Punishment yang diberikan berupa teguran dan potong
gaji. Berikut ini kutipan pernyataan pekerja selaku:: “Kalau disini ditegur sekali dua kali lalu difoto sistemnya dipotong
upahnya bukan ke pekerja tapi ke mandor. Hm reward nya kalau safety morning aja ada nya...
“ PRA8. “Ditegur kadang juga dikasih sanksi kadang ada yang disuruh keluar
proyek disuruh pulang dulu ambil helm. Jarang denda atau dikeluarkan tapi pernah kalau ada pekerja yang bandel diarahin
malah membantah... ”PRA7
Kutipan diatas selaras dengan hasil selama pengamatan berlangsung memang terdapat punishment dan reward di tempat kerja.
Punishment diberikan kepada pekerja yang tidak patuh menggunakan APD di area kerja. Seperti teguran dan denda terdapat juga pekerja
yang sangat membantah setelah diberikan teguran beberapa kali lalu dilakukan pemecatan. Sedangkan reward diberikan kepada pekerja
yang tertib dan rajin. Reward diberikan pada saat safety morning setiap minggu nya.
102
E. Pohon MORT pelaksanaan risk assessment pada Proyek Cibis Tower 9 Jakarta Selatan PT Waskita Karya tahun 2015
Task Spesific Risk Assessment
LTA
Task Spesific Risk Analysis
LTA Rceommended
Risk Control LTA
Knowledge LTA
Execution LTA
Clarity LTA
Compa tibility
LTA Testing of
Control LTA
Directive to Use
LTA
Availabi lity LTA
Adaptabili ty LTA
Use Not Mandator
y
Use of workers
Input LTA Technical
Information System LTA
Time LTA
Budget LTA
Scope LTA
Analytical Skill
LTA
Hazard Selection
LTA
Hazard Identificati
on LTA Hazard
Prioritisati on LTA
Keterangan: Warna Merah = Bermasalah
Warna Hijau = Tidak Bermasalah
= Atau
= Basic Cause = Intermediate Cause
= Undeveloped Cuase
Bagan 5. 3 Pohon MORT pelaksanaan risk assessment pada Proyek Cibis Tower 9
103 Pohon MORT diatas menggambar hasil penelitian yang dilakukan
bahwa dari semua cabang yang diteliti pada cabang Task Spesific Risk Assessment LTA terdapat lima cabang yang tidak bermasalah yakni cabang
Use of Workers Input LTA, Budget LTA, Clarity LTA, Testing of Control LTA, Availability LTA dan Use not Mandatory. Sedangkan cabang
Technical InformationSystem LTA, Time LTA, Scope LTA, Analytical Skil LTA, Hazard Identification Prioritisation LTA, Compatibility LTA,
Directive to Use LTA dan Adaptability LTA merupakan cabang yang bermasalah dalam ketidaktepatan pelaksanaan risk assessment pada
Proyek Cibis Tower 9 PT Waskita Karya tahun 2015.
104
BAB VI PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
Dalam melakukan penelitian mengenai analisis pelaksanaan risk assessment pada Proyek Cibis Tower 9 Jakarta Selatan PT Waskita Karya,
peneliti menghadapi beberapa keterbatasan seperti pada beberapa dokumen tidak dapat ditampilkan dalam tulisan ini. Dokumen yang tidak dapat
ditampilkan dalam tulisan ini adalah dokumen anggaran dana secara mendalam, hasil audit internal dan dokumen metode kerja. Peneliti hanya
boleh melihat dokumen tersebut pada saat itu juga dikarenakan dokumen tersebut merupakan dokumen rahasia perusahaan.
B. Pembahasan Pelaksanaan Risk Assessment pada Proyek Cibis Tower 9
Jakarta Selatan PT Waskita Karya tahun 2015
Risk assessment merupakan salah satu bagian dari manajemen risiko. Manajemen risiko merupakan bagian dari sistem manajemen PT Waskita
Karya yang dirancang untuk mengantisipasi dan pengendalian risiko potensial PT Waskita Karya, 2013. Dalam prosedur penilaian risiko dengan nomor
dokumen PW-K3LMP-01 memiliki detail pelaksanaan prosedur penilaian risiko harus mencakup identifikasi bahaya dan aspek lingkungan, penilaian
dan pengendalian risiko serta persetujuan, pemantauan dan update penilaian risiko.