tidak  terdapat  dokumen  AMDAL.  Tidak  adanyanya  dokumen  AMDAL menjadi  salah  satu  masalah  penting  dalam  penilaian  risiko.  Berdasarkan
hasil  studi  pendahuluan  wawancaara  dengan  Sekertaris  K3LMP mengungkapkan  pengajuan  AMDAL  telah  dilakukan  akan  tetapi  belum
disetujui  oleh  pihak  terkait,  akibatnya  proyek  Cibis  Tower  9  dibangun tanpa adanya izin lingkungan.
D. Penyebab  Ketidaktepatan  Pelaksanaan  Risk  Assessment  pada  Proyek
Cibis Tower 9 Jakarta Selatan PT Waskita Karya Tahun 2015
Berdasarkan  ketidaktepatan  dalam  pelaksanaan  risk  assessment  pada Proyek  Cibis  Tower  9,  maka  peneliti  melakukan  analisis  pelaksanaan  risk
assessment  dengan  menggunakan  teknik  Management  Oversight  and  Risk Tree  MORT  pada  cabang  Task  Spesific  Risk  Assessment.  Dalam  teknik
MORT,  pada  lapis  kesepuluh  terdapat  dua  cabang  yang  membahas  risk assessment  yaitu  cabang  Task  Spesific  Risk  Assessment  Not  Performed  dan
Task  Spesific  Risk  Assessment  LTA.  Cabang  Task  Spesific  Risk  Assessment Not  Performed  membahas  tidak  terlaksananya  risk  assessment.  Sedangkan
cabang  Task  Spesific  Risk  Assessment  LTA  membahas  ketidaktepatan pelaksanaan risk assessment Noordwijk Risk Initiative, 2009.
Cabang Task Spesific Risk Assessment LTA ini yang akan menjadi fokus analisis  karena  pada  Proyek  Cibis  Tower  9  Jakarta  Selatan  risk  assessment
dilaksanakan  namun  terdapat  ketidaktepatan  pelaksanaannya.  Berikut  ini penjabaran  penyebab  masalah  berdasarkan  cabang  Task  Spesific  Risk
Assessment LTA:
a. Cabang Task Spesific Risk Analysis LTA
1 Cabang Knowledge LTA
Cabang  knowledge  dengan  kode  E4  mempertimbangkan pengetahuan  yang  memadai  harus  tersedia  untuk  pelaksanaan  risk
assessment.  Terdapat  dua  cabang  yang  mempengaruhi  pengetahuan, yaitu:
a Cabang Use of Workers’ Suggestion and Input LTA
Cabang Use of Workers’ Suggestion and Input  dengan kode
F5 mempertimbangkan saran dan masukan  pekerja yang memadai digunakan dalam pelaksanaan risk assessment. Proyek Cibis Tower
9  melibatkan  pekerja  dalam  pemberian  informasi  terkait  bahaya atau  risiko  yang  dihadapi.  Berdasarkan  hasil  wawancara  dengan
informan,  diketahui  bahwa  pekerja  dilibatkan  sebagai  objek  yang akan  memberikan informasi  terkait  bahaya  yang  dihadapi.  Berikut
ini kutipan pernyataan informan utama: “Pekerja  nggak  terlibat  langsung  dalam  pembuatan  risk
assessment  nya,  tapi  mereka  cukup  terlibat  dalam  memberi masukan  ke  kita  risiko  sama  bahaya  apa  aja  yang  ada  di
lapangan..  nanti  setelah  mereka  kasih  tau  ke  kita,  kita  kasih tindakan koreksi nya...
“ PRA1. “Selama  ini  pekerja  sudah  banyak  yang  terlibat..  Ketika  ada
kemungkinan  yang  bisa  menimpa  pekerja,  pekerja  nya  itu melaporkan  risiko  apa  yang  dia  lihat  ke  K3.  Dari  laporan  itu
langsung di antisipasi dan dimasukan ke hiradc... ” PRA2.
“Kalau  terlibat  pasti  terlibat...dari  pekerja  seumpama  ada  risiko atau  bahaya  yang  menyangkut  kondisi  pekerja  biasanya  langsung
melapor  ke  K3  atau  ke  pelaksana  di  lapangan,  nanti  pelaksana dilapangan akan memberitahu orang K3 nya...
“ PRA3. Selanjutnya  hasil  wawancara  dengan  pekerja  mendukung
pernyataan  dari  informan  utama,  berikut  ini  kutipan  pernyataan informan pendukung:
“Keterlibatan  pekerja  ya  ada  ya,  kalopun  intelektual  mereka backgroundnya  hanya  SD  SMP  tapi  mereka  tetap  dilibatkan...  ya
kalo ada risiko gitu mereka lapor ke kita... “ PRA5.
“Setau saya pekerja disini sering kasih masukan mbak, risiko disini kan  sering  jadi  pekerja  aktif  kasih  tau  orang  K3  supaya  ada
tindakan gitu mbak... “ PRA7.
“Kita  kerja  diketinggian  pasti  hubungannya  dengan  jatuh,  risiko yang  ekstrim  gitu  pasti  harus  lapor.  Kalo  saya  si  seringnya  lapor
ke p elaksana...” PRA8.
Dari  hasil  kutipan  wawancara  diatas  dapat  diketahui  bahwa pekerja terlibat dengan memberikan informasi risiko yang dihadapi
di  area  kerja  kepada  tim  K3LMP  dan  pelaksana  di  lapangan. Selama  pengamatan  berlangsung  di  lapangan  terlihat  beberapa
pekerja  menemui tim  K3LMP  baik  saat  sedang  berpatroli  ataupun saat safety morning   untuk menyampaikan bahaya dan risiko  yang
dihadapi  di  area  kerja.  Pekerja  juga  meminta  penanggulangan kepada  petugas  K3LMP  atau  kepada  Pelaksana  di  lapangan  untuk
risiko yang mereka hadapi, tidak hanya mandor atau wakil mandor tetap  anak  buah  pun  ikut  melaporkan  atas  temuan  risiko  yang
mereka hadapi dan melaporkannya dengan kritis. Berdasarkan  hasil  telah  dokumen  topik  toolbox  meeting
dengan  nomor  dokumen  WKHSETBMCBSI2015  diketahui penyampaian  topik  disesuaikan  dari  keluhan  pekerja  di  lapangan
setiap minggu nya.
Sumber: Dokumen Proyek Cibis Tower 9 PT Waskita Karya Gambar 5. 4 Topik Toolbox Meeting
b Cabang Technical Information Systems LTA
Cabang  Technical  Information  Systems  LTA  dengan  kode F6  mempertimbangkan  risk  assessment  didukung  oleh  sistem
informasi.  Proyek  Cibis  Tower    9  dalam  melaksanakan  risk assessment  didukung  oleh  sistem  informasi  teknis,  yaitu  memilki
pertemuan  rutin  satu  kali  dalam  seminggu.  Namun  tidak  semua pekerja  hadir  berdasarkan  dokumen  absen  hasil  pertemuan  safety
morning  yang  diadakan  satu  minggu  sekali  banyak  karyawan  dan
pekerja  yang  tidak  menghadiri  pertemuan  tersebut.  Berdasarkan hasil  wawancara  dengan  narasumber,  diketahui  bahwa  terdapat
sistem  pertemuan  guna  mengumpulkan  berbagai  macam  informasi terkait  K3  yang  terjadi  di  tempat  kerja.  Berikut  ini  kutipan
pernyataan narasumber: “Sistem informasi komunikasi  langsung dengan pekerja ada setiap
hari jumat pagi safety morning, ada juga rapat orang kantor setiap hari  rabu  siang.  Disitu  semua  informasi  selama  satu  minggu
terkumpul untuk di evaluasi juga... “ PRA1.
“Pengumpulan  informasi  untuk  analisa  risiko  tentu  saja  ada komunikasi  dengan  tim,  baik  itu  kapro,  kalap,  maupun  tim  dari
K3LMP.  Setiap  hari  ada  briefing  dan  seminggu  sekali  juga  ada safety morning walau yang datang tidak banyak....
“ PRA2. “Safety  morning  seminggu  sekali  kita  jabarkan  bahaya  apa  aja
dihadapan  pekerja,  tapi  jujur  disini  masih  susah  masih  kurang kompak dari tim kantor yang jarang hadir, safety dilapangan cuma
2 orang, pekerja ada 300 bangunan ada 16 lantai harus patrol ...”
PRA3 Dari  kutipan  hasil  wawancara  tersebut  diketahui  bahwa
pertemuan safety morning yang diadakan satu kali dalam seminggu merupakan  wadah  untuk  mengevaluasi  risiko  yang  ada  di  tempat
kerja.  Akan  tetapi  dalam  pelaksanaannya  safety  koordinator  dan beberapa  pekerja  menyatakan  bahwa  pertemuan  kurang  efektif
akibat  kehadiran  pekerja  dan  karyawan  yang  tidak  maksimal. Berikut ini kutipan pernyataan pekerja:
“Pertemuan  ya  ada  briefing  setiap  pagi ada  juga  yang  seminggu sekali  buat  sharing  antara  pekerja  dengan  karyawan  kantortapi
kurang  efektif  ya  banyak  yang  telat  dan  malahan  tidak  datang... Kepagian  mungkin  ya  kan  safety  morning  jam  7  pagi  jadi  pada
telat, kalau sudah telat ya mungkin tidak datang... ”PRA5
“Safety  morning  tapi  saya  ndak  pernah  ikut,  emang  udah  masuk tapi nggak ikut aja. Apalagi briefing itu jarang sekali...
”PRA6 “Ya situ pernah ikut safety morning kan, bagus buat evaluasi cuma
sayang yang ikut sedikit... “ PRA8.
Selama  pengamatan  di  lapangan  ada  pertemuan  antara seluruh pekerja yakni pada safety morning dan ada pertemuan rapat
antar  karyawan  kantor.  Safety  morning  dilaksanakan  Jumat  pagi pukul  07.00
–  09.30  yang  membahas  perkembangan  pekerjaan setiap  minggu  nya  dan  evaluasi  secara  keseluruhan  tentang  aspek
K3LMP.  Terkait  pertemuan  setiap  hari  yakni  briefing  tidak diwajibkan  sehingga  berdasarkan  hasil  pengamatan  briefing  tidak
dilakukan  oleh  semua  pihak,  hanya  staf  K3LMP  dan  safety koordinator.
Sepanjang  pengamatan  safety  morning  yang  dilakukan seminggu sekali ini berjalan akan tetapi pertemuan ini dihadiri oleh
sedikit  pekerja  dan  karyawan.  Beberapa  pertemuan  juga  tidak dihadiri oleh pimpinan. Selain itu karyawan juga banyak yang telat
dan  tidak  menghadiri  safety  morning  akibat  pertemuan  yang dijadwalkan mulai cukup pagi. Sehingga pertemuan tidak maksimal
dikarenakan tidak ada pimpinan yang menghadiri. Padahal agenda safety morning adalah untuk mengumpulkan informasi terkait yang
terjadi selama seminggu hari kerja untuk menjadi bahan evaluasi. Berdasarkan  hasil  telaah  dokumen  diketahui  bahwa  jumlah
pekerja dan karyawan yang mengikuti safety morning masih kurang dari  jumlah  pekerja  dan  karyawan  yang  ada  dan  diketahui  pula
dalam  beberapa  pertemuan  pimpinan  tidak  hadir.  Berikut  ini merupakan daftar absensi yang mengikuti safety morning:
Sumber: Dokumen Proyek Cibis Tower 9 PT Waskita Karya Gambar 5. 5 Absensi Safety Morning
2 Cabang Execution LTA
Cabang  Execution  LTA  dengan  kode  E5  mempertimbangkan  hal- hal  yang  memengaruhi  kualitas  risk  assessment.  Terdapat  5  cabang
yang mempengaruhi kualitas risk assessment, yaitu:
c Cabang Time LTA
Cabang    Time  LTA  dengan  kode  F7  mempertimbangkan waktu  yang  cukup  untuk  membuat  risk  assessment  dan
melaksanakannya.  Proyek  Cibis  Tower  9  melaksanakan  risk assessment  tidak  sesuai  prosedur  akibat  keterbatasan  personil  dan
spesifikasi  teknis  tentang  pekerjaan  juga  belum  diberikan  padahal dikejar oleh waktu pembangunan.
Pembuatan  risk  assessment  dibuat  setelah  proyek  berjalan selama  satu  bulan,  berdasarkan  hasil  wawancara  dengan  informan
diketahui  bahwa  waktu  pelaksanaan  analisis  risiko  tidak  di  awal pekerjaan dan tidak di revisi secara berkala sesuai dengan prosedur
penilaian risiko PT Waskita Karya. Penyebab ketidaktepatan waktu pelaksanaan  risk  assessment  diketahui  akibat  keterlambatan
spesifikasi  teknis  yang  diberikan  tidak  di  awal  pekerjaan,  setelah satu  bulan  proyek  berlangsung.  Berikut  ini  kutipan  pernyataan
sekertaris K3LMP: “Risk assessment dibuat satu bulan setelah proyek  mulai, memang
di  prosedur  harusnya  diawal  pekerjaan.  Pada  saat  proyek  jalan spesifikasi  teknis  baru  diberikan  sehingga  pembuatan  risk
assessment lama.... “ PRA1.
Safety koordinator sebagai informan pendukung memberikan informasi  bahwa  risk  assessment  tidak  dibuat  di  awal  proyek  atau
ada keterlambatan. Berikut ini kutipan pernyataan narasumber: “Assessment  ya?  Waduh  udah  lama  ya  itu  dibuat  waktu  proyek
sudah berjalan.. Harusnya sih  sebelum pelaksanaan pekerjaan itu udah dibikin...
“ PRA5. Selanjutnya  berdasarkan  hasil  telaah  dokumen  diketahui
bahwa  hasil  dari  penilaian  risiko  dengan  nomor    dokumen  PW- K3LMP-01-01 masih memiliki revisi 02, 07 Oktober 2011. Dalam
prosedur  penilaian  risiko  telah  ditetapkan  bahwa  hasil  penilaian risiko  secara  periodik  ditinjau  minimal  6  bulan  sekali  sehingga
terdapat  ketidaktepatan  antara  pelaksanaan  dan  prosedur  yang berlaku.
Sumber: Dokumen Proyek Cibis Tower 9 PT Waskita Karya Gambar 5. 6 Revisi Hasil Risk Assessment
Berdasarkan  hasil  telaah  dokumen  diketahui  bahwa  dalam prosedur  penilaian  risiko  Proyek  Cibis  Tower  9  dengan  nomor
dokumen PW-K3LMP-01 dijabarkan bahwa revisi dilakukan secara on  going  dimana  jika  ada  perubahan  aktivitas  maka  perlu  dibuat
penilaian  risiko  yang  baru  atau  di  review.  Selama  pekerjaan
berlangsung  terdapat  aktivitas  baru  yakni  tahap  plumbing  dan finishing  akan  tetapi  penilaian  risiko  tidak  dilakukan  kembali  atau
direvisi. d
Cabang Budget LTA Cabang  budget  LTA  dengan  kode  F8  mempertimbangkan
anggaran  yang  cukup  untuk  melakukan  analisis  risiko.  Proyek Cibis  Tower  9  memiliki  anggaran  untuk  melaksanakan  program
K3LMP  dan  risk  assessment    masuk  kedalam  anggaran  program tersebut.  Proyek  Cibis  Tower  9  berjalan  dengan  anggaran  yang
diberikan  oleh  perusahaan  terdapat  pada  Rencana  Keselamatan, Kesehatan Kerja, Lingkungan, Mutu dan Pengamanan RK3LMP.
Anggaran  dana  untuk  keperluan  risk  assessment  mencakup semua  pengendalian  risiko  yang  perlu  diterapkan  di  lapangan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber, diketahui bahwa anggaran  untuk  melaksanakan  risk  assessment  masuk  ke  dalam
anggaran program K3LMP secara keseluruhan. Berikut ini kutipan pernyataan narasumber:
“Untuk  budget  risk  assessment  hanya  print  hiradc  saja  mungkin untuk  pengendalian  risiko  yang  butuh  biaya,  tidak  ada  masalah,
karna berapa biaya  yang harus dihabiskan dari awal sampai akhir dihitung  dan  dan  setiap  bulan  juga  dibuat  laporan  bulanan  yang
dikasih ke pimpinan.. “ PRA1.
“Sudah  ada  anggaran  dana  nya,  untuk  K3LMP  3,2  dari  biaya keseluruhan.
.” PRA4.
Dari  hasil  wawancara  tersebut  diketahui  bahwa  anggaran dana  untuk  melaksanakan  risk  assessment  termasuk  dalam
anggaran  dana  rencana  K3LMP.  Anggaran  dana  yang  ada dikatakan
cukup dan
dapat mendukung
berlangsungnya pengendalian risiko dan program K3LMP di Proyek Cibis Tower 9.
Jumlah  anggaran  dana  3,2  dari  total  keseluruhan  dana  untuk pembangunan sehingga anggaran dana tersebut dirasa cukup untuk
memenuhi  seluruh  kebutuhan  program  K3LMP  termasuk pelaksanaan risk assessment.
Berdasarkan  hasil  telaah  dokumen  anggrana  dana  pada RK3LMP  diketahui  terdapat  biaya  perencanaan  yang  didalamnya
termasuk  biaya  fotokopi  dan  biaya  jilid  untuk  dokumen  risk assessment.  Akan  tetapi  dokumen  anggaran  dana  tidak  dapat
dilampirkan  karena  merupakan  dokumen  rahasia  perusahaan. Berikut uraian biaya dalam anggaran RK3LMP
  Biaya Fotocopy dan jilid   Biaya Distribusi
  Biaya Pengadaan Dokumen Perusahaan   Biaya APD  Perlengkapan K3LMP + Alat Safety Deck
  Biaya Pembuatan Laporan  Alat Security + CCTV   Biaya Medical Check  Obat
  Biaya Penyelenggaraan Training   Biaya Seminar-seminar K3LMP EksternalInternal
  Biaya Inspeksi dan Tes Lapangan
  Biaya Perawatan Akibat Kecelakaan   Biaya Kalibrasi Peralatan
  Biaya Perawatan dan Penyimpanan Alat   Biaya Audit K3LMP
e Cabang Scope LTA
Cabang  scope  LTA  dengan  kode  F9  mempertimbangkan ruang  lingkup  dan  detail  dari  risk  assessment  untuk  mencakup
semua  risiko  yang  terkait  dengan  pekerjaan  proses  pada  Proyek Cibis Tower 9. Lingkup  pelaksanaan risk assessment Proyek Cibis
Tower  9  dibuat  berdasarkan  proses  secara  umum  pada  kegiatan konstruksi.  Pada  prosedur  penilaian  risiko  Proyek  Cibis  Tower  9
dijelaskan bahwa pelaksanaan risk assessment dilakukan di seluruh proses  bisnis  di  PT  Waskita  Karya  termasuk  pihak  luar  yang
bekerja untuk atau atas nama Waskita. Berdasarkan  hasil  wawancara  dengan  narasumber  diketahui
bahwa  lingkup  pelaksanaan  risk  assessment    masih  ada kekurangan.  Terdapat  proses  kerja  baru  yang  tidak  dianalisis
risikonya    yakni  proses  plumbing  yang  dilakukan  oleh  pihak subkontraktor  yang  tergabung  dengan  perusahaan.  Padahal  proses
plumbing  juga  merupakan  tanggungjawab  PT  Waskita  Karya. Berikut ini kutipan pernyataan narasumber:
“Lingkupnya  ya  konstruksi,  kita  melihat  item  pekerjaan  bagi pekerjaan  nya  apa  aja,  risiko  paling  sering  terjadi  tertusuk  paku.
Kalau di konstruksi risiko yang paling tinggi itu nilai 6 jatuh dari ketinggian...
“ PRA1. “Bisa  dilihat  dalam  dokumen  hiradc,  semua  kegiatan  harus
dicantumkan  dan  sudah  memang  seharusnya  mendetail.  Tapi beberapa  hal  yang  tidak  tercantumkan  karena  lingkup  kerja  yang
baru  seperti  plumbing..  Ya  belum  sempat  ya  kan  Bapak  juga megang proyek lain.
...”PRA2 Berdasarkan  hasil  telaah  dokumen  risk  assessment  Proyek
Cibis  Tower  9  terdapat  kolom  lokasi  namun  kolom  tersebut digabung dengan kolom peralatan, perkakas dan material sehingga
pengisian tidak lengkap. Area lokasi yang pernah disebutkan dalam hasil risk assessment hanya area proyek tidak ada area kantor atau
lokasi  lainnya.  Meskipun  risk  assessment  berdasarkan  aktivitas akan  tetapi  terdapat  kekurangan  aktivitas  dalam  hasil  risk
assessment  yakni  tidak  ada  nya  aktivitas  plumbing  dan  finishing. Selanjutnya  terkait  detail  risiko  yang  dianalisis  adalah  risiko
K3LMP  baik  tinggi,  sedang,  maupun  rendah  yang  disesuaikan dengan prosedur penilaian risiko.
Pada  saat  telaah  dokumen  ditemukan  dokumen  hasil  audit internal  yang  di  lakukan  pada  bulan  Juli  2015  terdapat  temuan
terkait  tingkatan  risiko.  Untuk  beberapa  pekerjaan  yang mengakibatkan jari terputus tingkat risiko tersebut termasuk tingkat
3  yaitu  cacat  permanen  akan  tetapi  dalam  hasil  risk  assessment
keparahan  tersebut  masih  dinilai  2.  Akan  tetapi  dokumen  tidak dapat ditampilkan karena merupakan rahasia perusahaan.
Selain  itu  berdasarkan  telaah  dokumen  prosedur  risk assessment Proyek Cibis Tower 9 tipe risiko yang dianalisis adalah
risiko  terhadap  keselamatan,  kesehatan  dan  lingkungan.  Namun pada form hasil risk assessment Proyek Cibis Tower 9 risiko yang
dianalisis  hanya  risiko  keselamatan  dan  kesehatan  terhadap manusia.  Padahal  berdasarkan  pengamatan,  terdapat  risiko
pencemaran  udara  dari  pekerjaan  pengecoran  dan  pembongkaran. Berikut ini merupakan contoh hasil risk assessment:
Sumber: Dokumen Proyek Cibis Tower 9 PT Waskita Karya Gambar 5. 7 Form Hasil Risk Assessment Proyek Cibis Tower 9
f Cabang Analytical Skill LTA
Cabang Analytical
Skill LTA
dengan kode
F10 mempertimbangkan  pengalaman  dan  keterampilan  pelaksana  yang
dibutuhkan  untuk  membuat  dan  melaksanakan  risk  assessment. Proyek Cibis Tower 9 tidak menentukan pelaksana risk assessmen
secara  khusus  akan  tetapi  pelaksana  harus  termasuk  dalam  divisi K3LMP.  Berdasarkan  telaah  dokumen  prosedur  risk  assessment
Proyek  Cibis  Tower  9  pelaksana  risk  assessment  secara  tanggung jawab  berada  pada  divisi  K3LMP  dan  kepala  proyek  serta  unit
kerja terkait. Berikut ini merupakan pembagian tugas dan tanggung jawab pelaksana risk assessment:
Tabel 5. 2 Tanggung Jawab Pelaksana Risk Assessment
No. Uraian Kegiatan
Penanggungjawab
1. Menyiapkan  input  HIRADC  dan  aspek
dampak  lingkungan  yang  berupa  seluruh proses bisnis.
Divisi K3LMP
2. Melakukan
Identifikasi  bahaya,  aspek dampak  lingkungan  baik  dalam  kondisi
normal, abnormal dan darurat. Divisi K3LMP
3. Melakukan  identifikasi  dengan  melihat
kondisi lapangan ruangan tempat kerja dan lingkungan
sekitarnya observasi
dan wawancara kepada personil terkait.
Divisi K3LMP
4. Melakukan  identifikasi  persyaratan  hukum
dan persyaratan lainnya yang berlaku untuk aktivitas produk atau jasa tersebut.
Divisi K3LMP
5. Menghitung risiko awal dengan matriks dan
mengklasifikasikan  skala  risiko  awal  sesuai dengan matriks penilaian risiko.
Divisi K3LMP
6. Melakukan  identifikasi  pengendalian  risiko
sesuai  hirarki  meliputi  Eliminasi  dan Subtitusi.
Divisi K3LMP
7. Melakukan  identifikasi  pengendalian  risiko
sesuai hirarki
meliputi pengendalian
rekayasa,  pengendalian  administratif  dan alat  pelindung  diri  serta  penghitungan  sisa
risiko. Unit kerja terkait
K3LMP
8. Pemantauan  dan  pengukuran  terhadap
pengendalian  risiko  serta  persetujuan  hasil penilaian risiko
Unit kerja terkait
9. Meninjau  penilaian  risiko  secara  on  going
dan periodik 6 bulan sekali. Divisi K3LMP
Kapro
Berdasarkan  tanggung  jawab  tersebut  hampir  secara keseluruhan  divisi  K3LMP  bertugas  dalam  pelaksanaan  risk
assessment.  Berdasarkan  hasil  wawancara  diketahui  bahwa pelaksana  risk  assessment  telah  memiliki  pengalaman  yang  cukup
panjang dibidang konstruksi seperti pada pernyataan berikut ini: “Kalau  melihat  pengalaman  sudah  pengalaman  di  konstruksi
sudah  bertahun-tahun  juga,  beliau  tau  risk  assessment bagaimana...
“ PRA2. “Oh Bapak sih sudah melanglang buana, saya juga sudah hampir
7 tahun kerja di waskita ...”PRA3
Selain  itu,  pada  prosedur  risk  assessment  dijelaskan  bahwa  tidak hanya  divisi  K3LMP  saja  yang  memiliki  tanggung  jawab  dalam
pelaksanaan  risk  assessment.  Pimpinan  juga  dilibatkan  dalam pelaksanaan  risk  assessment,  Kepala  proyek  bertugas  meninjau
hasil risk assessment. Berikut ini kutipan pernyataan narasumber: “Semua  yang  disini  sudah  berpengalaman.  Untuk  risk  assesment
saya  belum  memeriksa  yang  si  Asi  Sekertaris  K3LMP  buat makanya
kemarin pas
audit masih
ada yang
harus diperbaiki
...”PRA4
“Pelaksana  risk  assessment  disini  bagus  pengalamannya  sudah banyak di bidang konstruksi
...”PRA5 Dari  kutipan  hasil  wawancara  diatas,  diketahui  bahwa
pelaksana  telah memiliki banyak pengalaman dibidang konstruksi. Berdasarkan  hasil  wawancara  dengan  sekertaris  K3LMP  juga
menjelaskan  bahwa  risk  assessment  dibuat  berdasarkan  data sebelumnya  saja.  Staf  ikut  terlibat  dalam  pelaksanaan  risk
assessment  namun  tidak  memiliki  sertifikasi  akan  hal  tersebut, seperti pada kutipan berikut ini:
“Risk  assessment  dibuat  berdasarkan  pengalaman  selama  di proyek.  Disini  tidak  ada  yang  sertifikasi  tentang  risk  assessment,
staf  K3LMP  kita  suruh  untuk  mengoreksi  hasil  risk  assessment yang dibuat saja...
“ PRA1
g Cabang Hazard Selection LTA
Cabang  hazard  selection  LTA  dengan  kode  F11 mempertimbangkan  tentang  kesesuaian  temuan  bahaya  pada
analisis  risiko  dengan  bahaya  yang  ada.  Temuan  bahaya  sangat penting untuk kecukupan risk assessment. Terdapat 2 cabang yang
mempengaruhi hazard selection, yaitu:
- Cabang Hazard Identification LTA
Cabang  hazard  identification  LTA  dengan  kode  G1 mempertimbangkan
kriteria yang
digunakan untuk
mengidentifikasi bahaya.
Proyek Cibis
Tower 9
mengidentifikasi  bahaya  menggunakan  form  yang  telah disediakan  oleh  perusahaan  yaitu  form  identifikasi  bahaya,
penilaian  risiko  dan  penentuan  pengendalian  risiko  dengan nomor  dokumen  PW-K3LMP-01-01.  Bahaya  diidentifikasi
berdasarkan aktivitas proses pekerjaan, akan tetapi kolom lokasi, proses, peralatan, material dijadikan dalam satu kolom sehingga
terdapat ketidakjelasan atau membingungkan dalam pengisian. Berdasarkan  hasil  wawancara  dengan  sekertaris  K3LMP,
diketahui  bahwa  terdapat  prosedur  khusus  identifikasi  bahaya K3LMP
dengan form
yang dapat
digunakan untuk
mengidentifikasi bahaya. Berikut merupakan kutipan pernyataan informan:
“Untuk  identifikasi  bahaya  menggunakan  form  yang  ada  di PWK3LMP,  form  nya  diisi  bahaya  nya  apa  lalu  dinilai
keparahannya... “ PRA1.
Hal  tersebut  didukung  dengan  hasil  telaah  dokumen  yang dilakukan  peneliti,  memang  benar  terdapat  form  khusus
identifikasi  aspek  K3LMP  dengan  nomor  dokumen  PW-01-01. Berikut ini form identifikasi aspek K3LMP:
Sumber: Dokumen Proyek Cibis Tower 9 PT Waskita Karya Gambar 5. 8 Form Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko dan Penentuan
Pengendalian Risiko
Selanjutnya  pada  prosedur  risk  assessment  Proyek  Cibis Tower  9,  dijelaskan  bahwa  identifikasi  bahaya  harus  dilakukan
secara  on  going  dimana  jika  terjadi  perubahan  aktivitas penilaian  risiko  dibuat  yang  baru.  Berdasarkan  hasil  telaah
dokumen  metode  kerja  dengan  nomor  dokumen  WK-CIBIS- ENG-MS-BS-009  dengan  hasil  form  risk  assessment  dengan
nomor dokumen
PW-K3LMP-01-01 diketahui
terdapat ketidaksesuaian tahapan yang di analisis. Terdapat tahapan kerja
yang  tidak  dianalisis  adalah  proses  kerja  yakni  plumbing. Namun  dokumen  metode  kerja  tidak  dapat  dilampirkan  karena
dokumen tersebut merupakan rahasia perusahaan.
- Cabang Hazard Prioritisation LTA
Cabang  hazard  prioritisation  LTA  dengan  kode  G2 mempertimbangkan
metode yang
digunakan dalam
memprioritaskan  bahaya  yang  telah  diidentifikasi.  Pada  Proyek Cibis  Tower  9  terdapat  ketidaktepatan  penentuan    kategori
analisis  risiko  antara  prosedur  dengan  form  hasil  risk assessment.  Berdasarkan  hasil  wawancara  dengan  informan
diketahui  bahwa  metode  analisis  terdapat  pada  prosedur perusahaan. Berikut ini kutipan pernyataan informan:
“Ya bahaya di prioritaskan sesuai risiko nya dilihat keparahan dan kemungkinannya rendah, sedang, tinggi, 1, 2, 3 gitu di tabel
di  PWK3,  saya  sudah  pernah  kasih  lihat  sama  kamu kan...
“PRA1. Selanjutnya
berdasarkan telaah
dokumen prosedur
penilaian  risiko  Proyek  Cibir  Tower  9  PT  Waskita  Karya, metode  analisis  yang  digunakan  adalah  metode  analisis
kualitatif. Hal tersebut terlihat dari tahapan pelaksanaan pertama yaitu  menentukan  kemungkinan  dan  selanjutnya  menentukan
keparahan.  Berikut  merupakan  pengkategorian  kemungkinan dan  keparahan  serta  kategori  tingkat  risiko  yang  terlampir
dalam prosedur penilaian risiko Proyek Cibis Tower 9:
Sumber: Dokumen Proyek Cibis Tower 9 PT Waskita Karya Gambar 5. 9 Matriks Penilaian Tingkat Risiko
Penilaian tingkat risiko dilakukan dengan memadukan nilai kemungkinan  terjadinya peristiwa  risiko  K3 dengan keparahan
yang  ditimbulkannya.  Dalam  prosedur  penialaian  risiko  Proyek Cibis Tower juga menjelaskan bahwa kerugian yang diakibatkan
bisa karena kerusakan harta benda atau lingkungan. Risiko awal dikategorikan penting jika nilainya lebih besar dari dua. Setelah
didapatkan  tingkat  risiko  maka  masuk  ke  tahap  selanjutnya untuk penentuan tindakan dan skala waktu pengendalian risiko.
Berikut merupakan matriks penentuan pengendalian risiko:
Sumber: Dokumen Proyek Cibis Tower 9 PT Waskita Karya Gambar 5. 10 Matriks Penentuan Pengendalian
b. Cabang Recommended Risk Controls LTA
3 Cabang Clarity LTA
Cabang clarity LTA dengan kode E6 mempertimbangkan kejelasan rekomendasi dari penilaian risiko untuk memudahkan memahami dan
melaksanakannya.  Pengendalian  yang  direkomendasikan  telah  ditulis dalam  form  hasil  risk  assessment,  didalam  hasil  tersebut  juga
memasukan  pengendalian  sesuai  dengan  hirarki  pengendalian. Berdasarkan  hasil  wawancara  dengan  informan,  diketahui  bahwa
rekomendasi  pengendalian  tertulis  dalam  form  hasil  risk  assessment. Berikut ini kutipan pernyataan informan utama:
“Pengendalian  ada  di  hiradc  dari  mulai  eliminasi  sampai  APD ditambah  juga  RTD  Rencana  tanggap  darurat.  Mayoritas  pekerja
juga  sudah  paham  pengendalian  yang  ada  dilapangan.Ya  kaya  jalur evakuasi, rambu-rambu juga jelas, peringatan untuk area wajib APD
juga... “ PRA1.
“Sejauh yang saya ketahui rekomendasi pengendalian sangat jelas, di lapangan, pemahaman pekerja tentang APD cukup baik ya
...”PRA3 Selain  itu,  dilapangan  pekerja  juga  diberi  petunjuk  terkait
pengendalian yang  direkomendasikan. Berikut ini kutipan pernyataan informan:
“Kalau pengendalian saya paham, misal yang simple aja ketinggian harus pake bodyharness...
“PRA6. “Sudah jelas sih mbak, kan kita pakai APD setiap masuk proyek ada
papan nya didepan area kerja kita cara-cara pakainya... “ PRA7.
Menurut  staf  K3LMP  pekerja  memahami  pengendalian  yang direkomendasikan  karena  pekerja  memiliki  pengalaman  bekerja  di
area  kerja  yang  sama  yakni  pekerja  konstruksi.  Berikut  merupakan kutipan pernyataan staf K3LMP:
“Pengendalian  disini  jelas  dan    sebagian  pekerja  sudah  paham  kan sudah lama di proyek...
“ PRA2. Selanjutnya  berdasarkan  telaah  dokumen  form  hasil  risk
assessment  Proyek  Cibis  Tower  9,  terdapat  kolom  rekomendasi
pengendalian. Kolom pengendalian risiko dalam hasil risk assessment diisi dengan rekomendasi pengendalian. Berikut merupakan salah satu
rekomendasi pengendalian risiko yang dilakukan di Proyek Tower 9:
Sumber: Dokumen Proyek Cibis Tower 9 PT Waskita Karya Gambar 5. 11 Contoh Pengendalian Risiko
4 Cabang Compatibility LTA
Cabang  compatibility  LTA  dengan  kode  E7  mempertimbangkan pengendalian  yang  direkomendasikan  kompatibel  dengan  persyaratan
yang ada. Proyek Cibis Tower 9 mengatur rekomendasi pengendalian harus  dengan  hirarki  pengendalian  dalam  prosedurnya.  Berdasarkan
telaah  dokumen  prosedur  risk  assessment  Proyek  Cibis  Tower  9, rekomendasi  pengendalian  yang  diberikan  sesuai  hirarki.  Berikut  ini
hirarki pengendalian pada prosedur: a.
Eliminasi  yaitu  menghilangkan  bahaya  atau  risiko  dari sumbernya
b. Subtitusi  yaitu  mengganti  dengan  bahan  atau  sumber  bahaya
yang lebih kecil c.
Pengendalian  rekayasa  Engineering  control  yaitu  cara pengendalian risiko dengan cara rekayasa
d. Pengendalian  administratif  yaitu  cara  pengendalian  risiko
dengan  memasang  tanda-tanda  peringatan  serta  melalui penerapan suatu prosedur atau sistem kerja
e. Alat  pelindung  diri  APD  yaitu  pengendalian  risiko  dengan
cara  memakai  peralatan  APD  sesuai  dengan  jenis  dan  sumber bahayanya.
Namun  berdasarkan  telaah  dokumen  form  hasil  risk  assessment Proyek Cibis Tower 9 Jakarta Selatan PT Waskita Karya, rekomendasi
pengendalian  yang  diberikan  lebih  banyak  kontrol  administratif. Padahal
dalam menerapkan
pengendalian terdapat
hirarki pengendalian  lain  sebelum  pengendalian  administratif.  Salah  satu
contoh  diketahui  dari  hasil  risk  assessment  proses  pekerjaan  struktur pada  aktivitas  pemasangan  baja  casteleted  beam  di  ketinggian,  untuk
aktivitas  tersebut  dapat  dikendalikan  dengan  pengendalian  teknis seperti  pemasangan  safety  net  akan  tetapi  dalam  hasil  analisis
pengendalian  yang  dilakukan  langsung  pada  poin  pengendalian administratif.  Hal  tersebut  dapat  dilhat  dalam  hasil  risk  assessment
dalam  kolom  pengendalian  pada  Gambar  5.11  Contoh  Pengendalian Risiko.
Berdasarkan  hasil  wawancara  dengan  informan,  diketahui  bahwa rekomendasi  pengendalian  mempertimbangkan  hirarki  pengendalian
dalam prosedur. Berikut ini kutipan pernyataan informan: “Sesuai  peraturan  kan  dimasukan  juga  di  form  nya,  pengendalian
juga sudah sesuai hirarki kan kamu bisa baca sendiri... “ PRA1.
Selain  itu,  berdasarkan  pernyataan  informan  pendukung  diketahui bahwa  pada  pelaksanaannya  pengendalian  yang  dilaksanakan  tidak
semua  sesuai  dengan  hirarki  yang  terdapat  pada  form  hasil  hiradc. Berikut merupakan penyataan infroman pendukung:
“Ya kalau selama pekerjaan tuh ya liat HIRADC berdasarkan itu aja pengendaliannya  tapi  tidak  semua  diikuti.  APD  dan  rambu-rambu
paling yang diterapkan ...”PRA5
Berdasarkan  telaah  dokumen  anggaran  dana  membuktikan  bahwa ada  rincian  biaya  APD  dan  perlengkapan  K3LMP.  Biaya  untuk
keperluan  pengendalian  administrasi,  pelatihan  dan  tindakan pencegahan  lain  juga  tersedia  hanya  saja  dalam  pelaksanaan  dengan
hirarki  pengendalian  mayoritas  difokuskan  pada  perlengkapan K3LMP.
5 Cabang Testing of Control LTA
Cabang testing
of control
LTA dengan
kode E8
mempertimbangkan pengujian pengendalian untuk efektivitas sebelum diimplementasikan.  Berdasarkan  hasil  wawancara  dengan  informan,
diketahui  bahwa    pengujian  pengendalian  tidak  dilakukan  akibat keterbatasan waktu. Berikut ini kutipan pernyataan narasumber:
“Tidak ada pengujian ya kita siapkan pengendalian sesuai standar aja karena sistem kerja disini yang cepat jadi tidak melakukan pengujian-
pengujian... “ PRA1.
Rekomendasi  pengendalian  langsung  diterapkan  pada  pekerja. Selain  itu,  menurut  informan  lain  pengendalian  sudah  tersedia  saja
sudah  cukup  sehingga  tidak  diperlukan  pengjuian.  Berikut  kutipan pernyataan informan:
“Pengujian  dari  supllier  lah  dek,  disini  mah  tinggal  make  aja pekerjanya...
“ PRA2. “Tidak  sih  tidak  ada.  Sudah  efektif  jadi  kalau  disini  langsung
diterapkan saja pengendaliannya. Pengendalian yang digunakan juga tidak jauh berbeda dengan proyek kita yang lain...
“ PRA3. “Ya seharusnya ada pengujian tapi disini tidak ada karena sudah ada
saja sudah bagus ..”PRA5
Selanjutnya  berdasarkan  telaah  dokumen  hasil  risk  assessment Proyek  Cibis  Tower    9  terdapat  pengendalian  yang  harus  dilakukan
pengujian  seperti  pengujian  jalur  evakuasi  tanggap  darurat,  APD, peralatan  kerja,  dan  lain-lain.  Meskipun  tidak  dilakukan  pengujian
berdasarkan  observasi  dapat  diketahui  spesifikasi  alat  pelindung  diri yang digunakan di Proyek Cibis Tower 9 Jakarta Selatan.
Hasil identifikasi jenis dan kualitas kesesuaian APD dengan : a
Safety helmet MSA V-Gard
Keterangan:   Putih
: Karyawan, Tamu, Subkontraktor   Oren
: Pekerja K3 harian, serbai, logistik   Merah, Biru  : Pekerja besi
  Kuning : Pekerja Galian dan Cor
  Hijau : Pekerja Kayu
Safety  helmet  merupakan  alat  pelindung  kepala  dari  bahaya kejatuhan atau benturan sesuai dengan bahaya dan risiko yang ada di
tempat  kerja.  Safety  helmet  yang  terdapat  di  perusahaan  telah memenuhi  kualitas  standar  ANSI  Z89.1  2009.  Safety  helmet  yang
digunakan  adalah  dengan  kelas  G  yakni  helm  berjenis  umum  yang telah diuji ketahanannya pada tegangan 2.200 volts.
b Safety shoes
Safety  shoes merk  King’s  ini  dilengkapi  dengan  steel  toe  cap
diproduksi  menggunakan  bahan  yang  relevan  dari  EN  ISO 20345:2004  ASNZS 2210.3:2009 untuk kinerja dan kualitas. Safety
shoes  berfungsi  melindung  kaki  dari  bahaya  kejatuhan  benda, terlindas benda berat dan bahaya terpeleset sesuai dengan bahaya yang
ada  di  tempat  kerja.  Sepatu  ini  memiliki  ketahanan  perlindungan beban sebanyak 20Kg 200 Joules dan perlindungan tekanan sebesar
15.000 Newtons. Sedangkan  sepatu  boots  merk  Petrova  dan  AP  boots  terbuat  dari
bahan  karet  yang  kuat  dengan  guratan  yang  bisa  melekat  pada permukaan yang licin sehingga mencegah pekerja yang memakai dari
bahaya terpeleset di area kerja. c
Safety full body harness
Konstruksi  merupakan  sektor  industri  yang  sangat  erat  kaitannya dengan  bahaya  jatuh  dari  ketinggian,  untuk  itu  perusahaan
menyediakan  safety  full  body  harness  untuk  mencegah  cedera  yang lebih parah pada pekerja yang bekerja di ketinggian. Safety full body
harness  memiliki  kualitas  yang  baik,  mampu  menahan  beban  kerja
aman  safety  working  load  sebesar  590  kg  dan  daya  renggang breaking strength sebesar 1000kgs.
d Vest
Pekerja  harus  berpakaian  dan  dilengkapi rompi  pada  saat  bekerja, selain untuk sebagai identitas rompi juga berfungsi untuk menandakan
bahwa  sedang  ada  pekerjaan  terutama  pada  saat  malam  hari.  Rompi tersebut akan memantulkan sinar, hal ini sangat berguna untuk pekerja
yang bekerja pada malam hari ataupun pada saat bekerja di area yang gelap seperti confined space.
e Face shield Kedok
Face shield berfungsi melindungi wajah dan mata pekerja. Di area kerja  terdapat  aktifitas  pengelasan  sehingga  face  shield  merupakan
salah  satu  alat  pelindung  diri  yang  diperlukan  dan  disediakan  oleh
perusahaan.  Face  shield  dapat  melindungi  pekerja  dari  paparan radiasi, benda panas dan cahaya sesuai dengan jenis bahaya yang ada
di tempat kerja. f
Sarung tangan
Sarung tangan katun digunakan pada pekerja besi beton, pekerjaan bobokan dan batu, pelindung pada waktu harus menaiki tangga untuk
pekerjaan  ketinggian.  Sarung  tangan  ini  sesuai  dengan  jenis  bahaya yang ada, untuk pekerjaan yang dapat menimbulkan cedera lecet atau
terluka pada tangan. g
Safety Eyewear
\ Safety  eyewear  ini  merupakan  safety  glasses  yang  memenuhi
standard  ANSI  Z87.1+2010  dan  EN166.  Kaca  yang  berwarna  gelap ini  digunakan  pekerja  saat  siang  hari.  Safety  eyewear  ini  memiliki
kualitas  yang  baik  dalam  menangkal  sinar  UV  hingga  99,9  serta memiliki lapisan yang kuat terhadap goresan.
6 Cabang Directive LTA
Cabang directive LTA dengan kode E9 mempertimbangkan arahan untuk  penggunaan  pengendalian  yang  direkomendasikan  dalam  risk
assessment.  Proyek  Cibis  Tower  9  memberi  arahan  terkait pengendalian.  Berdasarkan  hasil  wawancara  dengan  informan,
diketahui  bahwa  arahan  untuk  penggunaan  pengendalian  diberikan oleh staf K3LMP kepada para pekerja. Berikut ini kutipan pernyataan
narasumber: “Gini  arahan  ke  pekerja  ada  pas  safety  morning  selalu  diulang
bahaya  apa  aja  pengendalian  apa  aja  seperti  induksi.  Kita  punya banyak  karakter  sifat  pekerja  ada    yang  bandel,  ada  yang  cuek,  ada
yang  tertib.  K3LMP  memberikan  arahan  ke  pekerja  jika  masih bertindak tidak aman akan kita tegur lagi....
“ PRA1. “Kalau disini semua arahan pengendalian di lapangan, dikantor sih
jarang ada arahan ya... “ PRA2.
“Arahan  pengendalian  untuk  menggunakan  APD,  bertindak  safety, tanggap  darurat  juga.  Tidak  hanya  K3LMP  tapi  pelaksana  kadang
juga  kasih  arahan  karena  pekerja  sebanyak  ini  susah  ya  kalau  yang ngawas cuma berdua saja
..” PRA3. Dari  kutipan  hasil  wawancara  tersebut,  diketahui  bahwa
rekomendasi pengendalian yang diarahkan oleh staf K3LMP dan atau pelaksana  di  lapangan.  Pekerja  dengan  jumlah  yang  banyak
menyulitkan petugas K3LMP  yang hanya berjumlah dua orang untuk memberikan  pengarahan  atau  teguran.  Hal  ini  juga  dirasakan  oleh
pekerja  sebagai  mandor  yang  terkadang  perlu  ikut  menegur  pekerja yang  tidak  bertindak  aman  atau  tidak  menggunakan  APD,  berikut
pernyataan pekerja: ”
Masih  jarang  yang  pakai  APD  masih  kurang  pengawasan  untuk pekerja nya, ya kita mandor suka bantu tegur saja
..”PRA7 Berdasarkan  hasil  pengamatan  juga  diketahui  terdapat  arahan
kepada  pekerja,  namun  terdapat  juga  beberapa  pekerja  yang  masih membandel  dikarenakan  pengawasan  yang  masih  kurang.  Seperti
terdapat  pekerja  yang  bekerja  di  ketinggian  namun  tidak menggunakan body harness
Kemudian  berdasarkan  telaah  dokumen,  terdapat  dokumen  terkait pengendalian  yaitu  instruksi  kerja  penggunaan  APD  dengan  nomor
dokumen IK-PW-K3LMP-APD-08.
Pada dokumen
tersebut, dijelaskan bahwa divisi K3LMP bertanggungjawab untuk memberikan
pelatihan  cara  penggunaan  APD  kepada  seluruh  pekerja  termasuk pengunjung.
Sumber: Dokumen Proyek Cibis Tower 9 PT Waskita Karya Gambar 5. 12 Instruksi Kerja Alat Pelindung Diri
7 Cabang Availability LTA
Cabang  availability  LTA  dengan  kode  E10  mempertimbangkan ketersediaan  perlengkapan  pengendalian  yang  direkomendasikan
untuk  digunakan  oleh  personil  yang  terkait.  Proyek  Cibis  Tower  9 memberikan  rekomendasi  pengendalian  risiko  yang  tersedia  dengan
lengkap. Berdasarkan dokumen anggaran dana pada RK3LMP Proyek Cibis  Tower  membuktikan  bahwa  ada  terdapat  anggaran  baik  untuk
tindakan pencegahan maupun pemeliharaan. Anggaran untuk tindakan pencegahan  meliputi,  pengadaan  APD,  alat  safety  deck,  obat-obatan,
CCTV, safety reward, pelatihan, biaya administrasi dan lain-lain.
Berdasarkan  hasil  wawancara  dengan  informan,  diketahui  bahwa pengadaan perlengkapan pengendalian  dilakukan oleh Divisi K3LMP
serta divisi
Logistik dan
Peralatan. Kemudian
pengadaan perlengkapan juga telah mencakup semua aspek baik K3, lingkungan
dan pengamanan. Berikut ini kutipan pernyataan informan: “Saya  rasa  perlengkapan    sudah  cukup  karna  banyak  yang
dimodifikasi  dari  proyek  sebelumnya  untuk  keperluan  safety  disini. Walaupun  disini  K3  digabung  dengan  Mutu,  Lingkungan  dan
Pengamanan  semua  pengendalian  yang  dibutuhkan  sudah  terpenuhi semua ya...
“ PRA1. “Di lapangan kalau untuk perlengkapan safety sudah ada semua kan
bisa  dilihat  juga  APD,  rambu-rambu  sampai  ruang  medis  semua ada...
“ PRA3. Selain  itu  Kepala  Proyek  juga  selalu  mengingatkan  terkait
pengadaan  pengendalian  di  lapangan  dengan  memantau  anggaran dana. Seperti pada pernyataan Kepala Proyek berikut ini:
“Untuk  perlengkapan  itu  bagian  K3LMP  dan  Logistik,  selama  ini kalau  butuh  apa-apa  selalu  siap  sedia  sih  kita.  Saya  juga  selalu
ingatkan anggaran dana kan ada jadi saya tidak mau sampai lah ada kekurangan...
“PRA4. Selanjutnya  pekerja  sebagai  informan  pendukung  menyatakan
bahwa  pengendalian  tersedia  di  lapangan  memang  benar  tersedia dengan lengkap. Berikut ini kutipan pernyataan narasumber:
“Alhamdulillah  perlengkapan  cukup  mbak.  Ya  kaya  helm,  sepatu, body harness ada...
“ PRA6. “Kalau disini lengkap pengendaliannya..”PRA7
“Dari  pada  proyek  yang  dulu  di  Bogor  mending  disini  sih  lebih lengkap. Ya kaya ada bu dokter, APD, APAR terus juga ada safety net
gitu... “ PRA8
Dalam  pengamatan  diketahui  bahwa  ketersediaan  perlengkapan sudah  cukup  memenuhi  terdapat  ruang  medis,  APAR,  APD,  rambu-
rambu,  safety  net,  dan  lain  sebagainya.  Ketersediaan  perlengkapan telah  sesuai  dengan  bahaya  yang  ada  dalam  proses  kerja  dan
lingkungan  kerja.  Perlengkapan  yang  tersedia  disesuaikan  dengan keadaan di lapangan seperti risiko kecelakaan ringan, bahaya bekerja
diketinggian  dan  lain-lain.  Jika  ada  persediaan  yang  diperlukan  tim K3LMP  segera  menghubungi  bagian  logistik  untuk  mendapatkan
persediaan perlengkapan.
8 Cabang Adaptability LTA
Cabang  adaptability  LTA  dengan  kode  E11  mempertimbangkan situasi  yang  berbeda-beda  sesuai  dengan  rancangan  pengendalian
yang  direkomendasikan.  Pekerja  proyek  Cibis  Tower  9  melakukan pekerjaan  yang  sama  setiap  harinya  di  area  kerja  yang  menetap.
Pengendalian  yang  dirberikan  disama  ratakan  di  setiap  pekerjaan, namun beberapa pengendalian tidak sesuai dengan beberapa pekerjaan
tersebut.
Berdasarkan  hasil  wawancara  dengan  informan  utama  diketahui bahwa  rekomendasi  pengendalian  yang  diberikan  hampir  sama  di
setiap  pekerjaan.  Namun  ada  beberapa  penambahan  untuk  bagian pekerjaan tertentu seperti pengelasan, bekerja diketinggian. Berikut ini
kutipan pernyataan informan: “Semua pekerjaan pengendalian di lapangan di sama ratakan, sarung
tangan,  masker,  helm,  sepatu  tapi  akan  ada  penambahan  dari  jenis pekerjaannya.  Seperti  bagian  las  perlu  pakai  kedok,  bagian  cor
bekisting pakai body harness... “PRA1.
Pernyataan  diatas  didukung  oleh  penyataan  staf  K3LMP  yang menjelaskan  bahwa  di  lapangan  pekerja  mendapatkan  pengendalian
yang sama agar lebih mudah. Berikut pernyataan staf K3LMP: “Ndak  ada  beda-beda  sama  semua,  ribet  kalau  harus  dibeda-
bedain... “ PRA2.
“Harusnya  sih  disesuaikan  tapi  ya  begini.  Mungkin  kalau  di  hiradc dibedakan tapi sudah di lapangan sama saja semua pakai, terkadang
pekerja nya sendiri suka lalai tidak pakai APD... “PRA3.
Dari  hasil  kutipan  wawancara  tersebut,  diketahui  bahwa pengendalian  yang  direkomendasikan  sama  jenisnya.  Selama
pengamatan  didapatkan  semua  pekerja  menggunakan  pengendalian yang sama. Pekerja diberikan APD seperti helm dan sepatu. Pekerjaan
yang  dihadapi  pekerja  berbeda-beda  seperti  bagian  cor,  pembesian, dan kayu yang memiliki risiko yang berbeda. Seperti pada bagian cor
yang  memerlukan  masker  dan  bagian  besi  yang  memerlukan  sarung tangan.
Berdasarkan  telaah  dokumen  pada  form  hasil  risk  assessment Proyek  Cibis  Tower  9  menunjukkan  bahwa  pengendalian  dari  setiap
proses  kerja  telah  disesuaikan  dengan  situasi  masing-masing  proses kerja tersebut.
9 Cabang Use Not Mandatory
Cabang use
not mandatory
dengan kode
E12 mempertimbangkan  kewajiban  atas  penggunaan  pengendalian  yang
direkomendasikan.  Proyek  Cibis  Tower  9  memiliki  peraturan  yang diwajibkan  atas  pelaksanaan  pengendalian  yang  direkomendasikan
didukung  dengan  adanya  punishment.  Komitmen  ini  dibuktikan dengan  adanya  dokumen  form  bukti  pelanggaran  dengan  nomor
dokumen 03IMWKDGDG28141222015.
Sumber: Dokumen Proyek Cibis Tower 9 PT Waskita Karya Gambar 5. 13 Form Bukti Pelanggaran K3LMP
Form bukti pelanggaran dipergunakan untuk memberi hukuman kepada  pekerja  yang  tidak  bertindak  aman  dan  tidak  menggunakan
APD  pada  saat  di  area  kerja.  Staf  K3LMP  bertugas  mengisi  form pelanggaran tersebut didukung oleh adanya dokumen lembar inspeksi
harian  dengan  nomor  dokumen  PW-K3LMP-06-10.  Temuan  di lapangan  terkait  pelanggaran  tidak  bertindak  aman  dan  tidak
menggunakan APD akan dimasukan kedalam form bukti pelanggaran. Kemudian  pekerja  yang  melanggar  akan  dikenakan  denda  berupa
pemotongan honor sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan. Berdasarkan  hasil  wawancara  diketahui  bahwa  Proyek  Cibis
Tower  9  menerapkan  sistem  punishment  dan  reward.  Punishment diberikan  kepada  pekerja  yang  telah  terkena  teguran  namun  masih
tidak  merubah  tindakannya.  Sedangkan  reward  diberikan  kepada pekerja yang tertib. Berikut pernyataan informan terkait hal tersebut:
“Oh ya ada punishment nya denda kan kamu juga bantu bagikan form denda  nya.  Ada  jenis-jenis  pelanggaran  nya  juga  kan  kamu  sudah
tahu.  Kita  buat  itu  supaya  mereka  patuh  terhadap  peraturan  demi keselamatan  mereka  juga.  Untuk  reward  juga  ada  kita  pantau  di
lapangan mandor siapa yang anak buahnya rapih kerja nya itu akan dikasih reward nya ya uang bonus buat mereka...
”PRA1 “Ada  hukuman  denda  kalau  pekerja  tidak  menggunakan  APD,  jika
pekerja  tetap  bandel  dan  tidak  ada  perubahan  kita  langsung  buat surat untuk pengeluaran pekerja. Sedangkan kalau reward ada dalam
bentuk  uang  biasanya  pas  safety  morning  dikasih  reward  untuk pekerja yang rajin
...”PRA2. Kutipan
hasil wawancara
diatas menunjukkan
bahwa pengendalian  yang  direkomendasikan  merupakan  hal  yang  wajib
untuk  dilaksanakan  didukung  dengan  adanya  punishment  yang ditetapkan.  Punishment  yang  diberikan  berupa  teguran  dan  potong
gaji. Berikut ini kutipan pernyataan pekerja selaku:: “Kalau  disini  ditegur  sekali  dua  kali  lalu  difoto  sistemnya  dipotong
upahnya  bukan  ke  pekerja  tapi  ke  mandor.  Hm  reward  nya  kalau safety morning aja ada nya...
“ PRA8. “Ditegur kadang juga dikasih sanksi kadang ada yang disuruh keluar
proyek  disuruh  pulang  dulu  ambil  helm.  Jarang  denda  atau dikeluarkan  tapi  pernah  kalau  ada  pekerja  yang  bandel  diarahin
malah membantah... ”PRA7
Kutipan  diatas  selaras  dengan  hasil  selama  pengamatan berlangsung memang terdapat punishment dan reward di tempat kerja.
Punishment diberikan kepada pekerja yang tidak patuh menggunakan APD  di  area  kerja.  Seperti  teguran  dan  denda  terdapat  juga  pekerja
yang  sangat  membantah  setelah  diberikan  teguran  beberapa  kali  lalu dilakukan  pemecatan.  Sedangkan  reward    diberikan  kepada  pekerja
yang  tertib  dan  rajin.  Reward  diberikan  pada  saat  safety  morning setiap minggu nya.
102
E. Pohon MORT pelaksanaan risk assessment pada Proyek Cibis Tower 9 Jakarta Selatan PT Waskita Karya tahun 2015
Task Spesific Risk Assessment
LTA
Task Spesific Risk Analysis
LTA Rceommended
Risk Control LTA
Knowledge LTA
Execution LTA
Clarity LTA
Compa tibility
LTA Testing of
Control LTA
Directive to Use
LTA
Availabi lity LTA
Adaptabili ty LTA
Use Not Mandator
y
Use of workers
Input LTA Technical
Information System LTA
Time LTA
Budget LTA
Scope LTA
Analytical Skill
LTA
Hazard Selection
LTA
Hazard Identificati
on  LTA Hazard
Prioritisati on  LTA
Keterangan: Warna Merah  = Bermasalah
Warna Hijau = Tidak Bermasalah
= Atau
= Basic Cause = Intermediate Cause
= Undeveloped Cuase
Bagan 5. 3 Pohon MORT pelaksanaan risk assessment pada Proyek Cibis Tower 9
103 Pohon MORT diatas menggambar hasil penelitian yang dilakukan
bahwa  dari  semua  cabang  yang  diteliti  pada  cabang  Task  Spesific  Risk Assessment LTA terdapat lima cabang yang tidak bermasalah yakni cabang
Use  of  Workers  Input  LTA,  Budget  LTA, Clarity  LTA,  Testing  of  Control LTA,  Availability  LTA  dan  Use  not  Mandatory.  Sedangkan  cabang
Technical InformationSystem LTA, Time LTA, Scope LTA, Analytical Skil LTA,  Hazard  Identification    Prioritisation  LTA,  Compatibility  LTA,
Directive  to  Use  LTA  dan  Adaptability  LTA  merupakan  cabang  yang bermasalah  dalam  ketidaktepatan  pelaksanaan  risk  assessment  pada
Proyek Cibis Tower 9 PT Waskita Karya tahun 2015.
104
BAB VI PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
Dalam  melakukan  penelitian  mengenai  analisis  pelaksanaan  risk assessment  pada  Proyek  Cibis  Tower  9  Jakarta  Selatan  PT  Waskita  Karya,
peneliti  menghadapi  beberapa  keterbatasan  seperti  pada  beberapa  dokumen tidak  dapat  ditampilkan  dalam  tulisan  ini.  Dokumen  yang  tidak  dapat
ditampilkan  dalam  tulisan  ini  adalah  dokumen  anggaran  dana  secara mendalam,  hasil  audit  internal  dan  dokumen  metode  kerja.  Peneliti  hanya
boleh  melihat  dokumen  tersebut  pada  saat  itu  juga  dikarenakan  dokumen tersebut merupakan dokumen rahasia perusahaan.
B. Pembahasan  Pelaksanaan  Risk  Assessment  pada  Proyek  Cibis  Tower  9
Jakarta Selatan PT Waskita Karya tahun 2015
Risk  assessment  merupakan  salah  satu  bagian  dari  manajemen  risiko. Manajemen  risiko  merupakan  bagian  dari  sistem  manajemen  PT  Waskita
Karya yang dirancang untuk mengantisipasi dan pengendalian risiko potensial PT  Waskita  Karya,  2013.  Dalam  prosedur  penilaian  risiko  dengan  nomor
dokumen  PW-K3LMP-01  memiliki  detail  pelaksanaan  prosedur  penilaian risiko  harus  mencakup  identifikasi  bahaya  dan  aspek  lingkungan,  penilaian
dan  pengendalian  risiko  serta  persetujuan,  pemantauan  dan  update  penilaian risiko.