45
BAB II PROFIL NAGORI TIGA RAS, KECAMATAN DOLOK
PARDAMEAN, KABUPATEN SIMALUNGUN
II. 1 Kabupaten Simalungun
Kabupaten Simalungun merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di Kabupaten Simalungun bagian timur. Secara geografis Kabupaten Simalungun
terletak antara 98 ,320– 99
,350 BT dan 2 ,360 – 3
,180 LU dengan kelembaban udara rata-rata perbulan 83.0 dengan kelembaban tertinggi terjadi pada bulan
Oktober yaitu 86 , dengan penguapan rata-rata 3,52 mmhari.
43
43
Dalam satu tahun rata-rata terdapat 15 hari hujan dengan hari hujan tertinggi terdapat pada
bulan Oktober sebanyak 24 hari hujan, curah hujan terbanyak pada bulan nopember sebesar 407 mm dengan ketinggian 20-1400 M diatas permukaan laut
yang berbatasan dengan: Sebelah barat
: Kabupaten Karo Sebelah Timur : Kabupaten Asahan
Sebelah Utara : Kabupaten Deli Serdang Sebelah Selatan :Kabupaten Toba Samosir
www.simalungunkab.go.id Profil-simalungun, diakses pada 30 Maret 2015
46
Luas wilayah Kabupaten Simalungun ialah mencapai 4.386, 60 Km
2
dengan jumlah penduduk sebanyak 830986 jiwa dengan kepadatan 189,44 jiwa Km
2
.
Gambar 2. 1: Peta Kabupaten Simalungun
Sumber: Diolah dari berbagai sumber Secara administratif Kabupaten Simalungun terdiri dari 31 Kecamatan,
yakni Bandar, Bandar huluan, Bandar Masilam, Bosar Maligas, Dolok Batunanggar, Dolok Panribuan, Dolok Pardamean, Dolok Pardamean, Dolok
Silau, Girsang Sipangan Bolon, Gunung Malela, Gunung Maligas, Panei, Panombean Panei, Pematang Bandar, Pematang Sidamanik, Pematang Silimahuta,
Purba, Raya, Raya Kahean, Siantar, Sidamanik, Haranggaol Horisan, Hatonduhan, Huta Bayu Raja, Jawa Maraja Bah Jambi, Jorlang Hataran, Silau
Kahean, Silimakuta, Tanah Jawa, Tapian Dolok, Ujung Pandang beserta 27
47
kelurahan dan 386 Nagori dengan jumlah terbanyak berada di kecamatan Raya yaitu 18 Nagori dan 4 kelurahan.
44
II. 2 Kecamatan Dolok Pardamean
Sektor pertanian dan hasil perkebunan menjadi komoditi utama yang dihasilkan di Kabupaten Simalungun. Penggunaan lahan secara keseluruhan
didominasi untuk sektor pertanian dan perkebunan dengan penghasil padi, jagung, dan ubi kayu terbesar di Sumatera Utara.
Kecamatan Dolok Pardamean merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Simalungun dengan luas adalah 103, 04 Km
2
dengan ketinggian 1247 M diatas permukaan laut yang berbatasan dengan:
Sebelah Timur : Kecamatan Panei
Sebelah Selatan : Danau Toba
Sebelah Barat : Kecamatan Purba
Sebelah Utara : Kecamatan Raya
Kecamatan Dolok Pardamean secara admiinistratif merupakan kecamatan di Kabupaten Simalungun memiliki wilayah paling kecil yaitu 103,04 Km
2
dengan jarak 35 Km
2
ke kabupaten dan terdiri dari 16 enam belas Nagori, diantaranya Bangun Pane, Butu Bayu Panei, Dolok Saribu, Parik Sabungan, Parjalangan,
Sibuntuon, Silabah Jaya, Sinaman Labah, Sirube-rube Gunung Purba, Tiga Ras
44
BPS Kabupaten Simalungun tahun 2014
48
dan Togu Domu Nauli, Nagori Bayu, Sihemun Baru, Tanjung Saribu, Pamatang Sinaman, Partuahan. Berikut tabel nama nagori beserta luas dan jumlah penduduk
yang terdapat di Kecamatan Dolok Pardamean:
Tabel 2.1 : Nama Nagori berdasarkan Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk
No Nama Nagori
Luas Wilayah Jumlah
Penduduk 1
Bangun Panei 899 Ha
1327 Orang 2
Butu Bayu Panei Raja 904 Ha
1032 Orang 3
Dolok Saribu 1020 Ha
1701 Orang 4
Parik Sabungan 933 Ha
1247 Orang 5
Parjalangan 688 Ha
993 Orang 6
Sibuntuon 967 Ha
1834 Orang 7
Silabah Jaya 987 Ha
1673 Orang 8
Sinaman Labah 1120 Ha
1820 Orang 9
Sirube-rube Gunung Purba 992 Ha
1509 Orang 10
Tiga Ras 1209 Ha
1529 Orang 11
Togu Domu Nauli 1003 Ha
1415 Orang 12
Nagori Bayu 891 Ha
897 Orang 13
Sihemun Baru 1089 Ha
1205 Orang 14
Tanjung Saribu 1163 Ha
1003 Orang
49
15 Pamatang Sinaman
697 Ha 919 Orang
16 Partuahan
1050 Ha 998 Orang
Sumber: Profil Kecamatan Dolok Pardamean Adapun jumlah penduduk Dolok Pardamean ialah sekitar 16. 080 jiwa
yang terdiri dari laki-laki sebanyak 8. 123 jiwa dan perempuan sebanyak 7.947 jiwa. Dari tabel diatas tampak bahwa wilayah terluas ialah wilayah
Nagori Tiga ras yaitu dengan luas 1209 Ha dengan jumlah penduduk yang mencapai 1529 orang.
II.3 Nagori Tiga Ras
Nagori Tiga Ras merupakan salah satu Nagori di Simalungun yang terkenal dengan tempat pariwisatanya, yakni seperti Pantai Paris, Pantai
Garoga dan lain sebagainya. Tiga Ras sendiri terdiri dari “tiga” pajak pekan dan Ras suku. Dimana pada tahun 1927 didaerah ini terdapat pekan atau
pusat perbelanjaan, dan yang berkunjung ke pekan ini datang dari berbagaisuku, diantaranya suku simalungun, suku samosir, dan suku toba.
Nagori Tiga Ras merupakan satu-satunya alternatif penyeberangan ke Samosir dan Tapanuli pada masa itu sebelum terbentuk pelabuhan di Parapat,
Tomok dan lain sebagainya. Namun sarana penyeberangan kapal baru dibuka pada tahun 2007.
50
II.3. 1Letak Geografis
Secara geografis Nagori Tiga Ras berada dikecamatan Dolok Pardamean, Kabupaten Simalungun. Ketinggian desa rata rata di atas 862-900M diatas
permukaan laut dan rata-rata suhu sekitar 25° C dengan kategori daerah DinginSejuk dan dengan luas wilayah sekitar 1209 Ha.
Secara adminitratif Nagori Tiga Ras terdiri dari 5 Dusun, diantaranya Dusun I Dusun Labuhan, Dusun II Dusun Parbalohan, Dusun III Dusun Saragih
Ras, Dusun IV Dusun Partondiaan, Dusun V Dusun Batu Marandor. Setiap nama dusun disesuaikan dengan dusun masing-masing, seperti Dusun I disebut
dusun Labuhan karena di Dusun tersebut terdapat pelabuhan, Dusun II disebut Dusun Parbalohan karena Dusun tersebut merupakan perbatasan dengan nagori
yang lain, dan seterusnya. Nagori Tiga Ras berada dibagian selatan Kabupaten Simalungun yang
berbatasan dengan: Sebelah timur
: Kecamatan Pamatang Sidamanik Sebelah barat
: Danau Toba Sebelah Utara
: Nagori Togu Domu Nauli Sebelah Selatan
: Danau Toba
51
II.3. 2Keadaan Penduduk
Penduduk Nagori Tiga Ras terdiri dari 1529 jiwa dengan jumlah penduduk Laki-laki sebanyak 637 orang dan perempuan berjumlah 892 orang.
Tabel: Jumlah Penduduk Berdasarkan jenis kelamin NO
Jenis Kelamin Jumlah
1 Laki-laki
637 jiwa 2
Perempuan 892 jiwa
Sumber: Profil Nagori Tiga Ras Penduduk Nagori Tiga Ras terdiri dari beberapa suku, seperti suku
Simalungun, Batak Toba, Batak Samosir. Penduduk mayoritas menggunakan bahasa Batak Samosir, dimana mereka meyakini Batak Samosir lebih dekat ke
Batak Simalungun dibandingkan ke Batak Toba. Adapun jumlah penduduk berdasarkan suku dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel : Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku NO
SUKU Jumlah Penduduk
1 Batak Simalungun
765 jiwa 2
Batak Samosir 718 jiwa
3 Batak Toba
46 jiwa Jumlah
1529 jiwa Sumber: Profil Nagori Tiga Ras
52
Mata pencaharian penduduk Nagori Tiga Ras mayoritas adalah petani, namun disamping petani ada juga yang bermata pencaharian pedagang, sopir,
nelayan, PNS dan lain sebagainya. Agar lebih rinci dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel: Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian No
Pekerjaan Jumlah
penduduk
1 Bertani
1350 jiwa 2
Berdagang 118 jiwa
3 Sopir
15 jiwa 4
Nelayan 34 jiwa
5 PNS
12 jiwa
Jumlah 1529 jiwa
Sumber: Profil Nagori Tiga Ras Namun melihat tuntutan biaya hidup yang semakin meningkat, hampir
semua masyarakat Nagori Tiga Ras baik itu pedagang, nelayan, PNS dan lain sebagainya disamping pekerjaan mereka itu, mereka tetap melakukan pekerjaan
sampingan dengan bercocok tanam diladang untuk melengkapi kebutuhan hidup. Sehingga dapat disimpulkan bahwa mayoritas masyarakat Nagori Tiga Ras
memenuhi kebutuhan dengan bertani, dengan hasil utama pertanian ialah kopi.
53
Nagori Tiga Ras memiliki sarana ibadah seperti gereja dan masjid, dimana Gereja kristen Protestan berjumlah 6 enam buah, Gereja Katolik ada 1 satu
buah, Masjid ada 1 satu buah dan dengan Musholah 1 satu buah. Ada berbagai agama yang dianut oleh Masyarakat Tiga Ras, seperti Kristen Protestan, Katolik,
dan Islam dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 2. 2: Jumlah Penduduk berdasarkan Agama No
Agama umlah sarana ibadah
Jumlah Umat
1 Kristen Protestan
6 buah 1049 orang
2 Katolik
1 buah 80 orang
3 Islam
2 buah 400 orang
Jumlah 9 buah
1529 orang Sumber: Profil Nagori Tiga Ras
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwasanya penduduk Nagori Tiga Ras mayoritas menganut agama Kristen Protestan yang mencapai 70, dan diikuti
oleh masyarakat yang menganut agama Islam yang mencapai 26 dan yang paling sedikit ialah yang menganut agama Katolik yang hanya 4 atau sekitar 12
KK. Sumber daya manusia merupakan faktor penentu dan pelaksanaan
pembangunan suatu wilayah, apakah sebagai perencana atau pembuat kebijakan maupun sebagai pelaksana. Peranan sumber daya manusia yang berkualitas sangat
54
menentukan terhadap proses pembangunan wilayah sesuai dengan sasaran yang telah ditentukan.
Di Nagori Tiga Ras sendiri dapat dikatakan masih memprihatinkan, pemerintah sendiri masih kurang memberi perhatian terhadap pendidikan didaerah
ini. Didaerah ini hanya terdapat 2 dua lembaga pendidikan dan itu hanya bangunan Sekolah Dasar SD saja, dan masyarakat yang ingin melanjut
pendidikan ketingkat SMP dan SMA harus pergi ke sekolah yang terdapat di tingkat Kecamatan yang berjarak sekitar 7 KM dari Nagori tersebut. Dengan
rincian pendidikan masyarakat sebagai berikut:
Tabel 2. 3: Jumlah Penduduk berdasarkan tingkat pendidikan No
Tingkat Pendidikan Jumlah
1 Tidak Sekolah
80 orang 2
SD Sekolah Dasar 193 orang
3 SMP Sekolah
MenengahPertama 254 orang
4 SMA Sekolah Menengah Atas
987 orang 5
D3 Diploma 6 orang
6 S1 Sarjana
9 orang
Jumlah 1529 orang
Sumber: Profil Nagori Tiga Ras
55
Dari tabel diatas dapat terlihat bahwasanya tingkat pendidikan masyarakat di Nagori Tiga Ras masih sangat terbelakang dan sangat memprihatinkan. Dimana
penduduk mayoritas Nagori Tiga Ras tamat SMA Sekolah Menengah Atas dan yang kuliah hanya 15 orang. Dari tingkat pendidikan dapat terlihat bagaimana
kualitas sumber daya manusia SDM dinagori ini. Hal ini terlihat dari kondisi pembangunan yang terdapat didaerah ini, sebagai lokasi strategis untuk pariwisata
dan juga terdapat pelabuhan dapat dikatakan daerah ini masih jauh tertinggal. Dimana minimnya alat transportasi kedaerah ini, yang hanya 2 dua angkutan
yang sampai kedaerah ini, itu juga hanya tujuan perjalanan Simpang Raya. Disamping alat transportasi, pembangunan jalan juga masih kurang karena
sepanjang jalan sampai ke Simpang Raya masih banyak jalan berlobang. Jalan yang bagus malah dari Nagori Tiga Ras ke Tiga Runggu sebagai jalan besar,
namun alat transportasi menuju Tiga Runggu itu sendiri tidak ada.
II.3. 3 Struktur Sosial Budaya
Struktur sosial merupakan pranata-pranata yang menentukan kedudukan laki-laki dan perempuan dalam masyarakat dan dengan demikian menyalurkan
hubungan pribadi mereka.
45
Masyarakat Nagori Tiga Ras terdiri dari suku Simalungun, Batak Samosir, dan Batak Toba meskipun hanya sedikit. Mereka sendiri tidak menerima jika
Struktur sosial secara operasional pada hakikatnya bersendikan sistem sosial marga yang patrilineals.
45
Merville J. Herskovis, 1986. Organisasi Sosial: Struktur Masyarakat. Jakarta: Gramedia. Hlm. 82
56
mereka dinyatakan suku Batak Toba dan tetap bersikeras untuk disebut sebagai masyarakat Batak Samosir karena masyarakat Nagori Tiga Ras berkembang dan
berdatangan dari Samosir dikarenakan lokasi Nagori Tiga Ras yang berada di pesisir danau toba dan dekat dengan Pulau Samosir.
Masyarakat Nagori Tiga Ras bisa disebut terdiri dari 50 masyarakat bersuku Batak Samosir dan 50 Batak Simalungun. Namun didaerah ini
mayoritas menggunakan bahasa Batak Samosir sedangkan bahasa Simalungun sudah mulai tidak digunakan lagi dan hanya digunakan didalam Gereja saja
seperti Gereja Kristen Protestan Simalungun GKPS. Hal ini mungkin dikarenakan oleh orang Simalungun biasanya berbahasa simalungun dengan
mereka yang sesuku dan dengan orang yang lain suku, orang simalungun cenderung menyesuaikan dirinya dengan bahasa lawan bicara.
Sebagian orang menganggap bahwa ini adalah sisi kelemahan orang simalungun yang kurang bisa menjaga dan mempertahankan bahasa daerahnya
sendiri. Dipihak lain ada juga yang beranggapan bahwa ini dilakukan orang simalungun untuk mengatasi gangguan komunikasi dengan orang lain yang tidak
menguasai bahasa simalungun dengan baik. Inilah menjadi penyebab mengapa orang simalungun umumnya mampu menguasai bahasa asing relatif cepat.
Didaerah yang berbatasan dengan batak karo, orang simalungun mampu berbicara dalam bahasa karo, sebaliknya orang karo tidak mampu menguasai bahasa
simalungun. Di daerah yang berbatasan dengan bahasa batak toba, orang
57
simalungun mampu berbahasa toba, demikian juga yang berbatasan dengan melayu.
Dalam bidang agama masyarakat Nagori Tiga Ras mayoritas agama yang mereka anut ialah agama yang mereka bawa dari daerah asalnya. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa masyarakat didaerah ini terbuka untuk menerima masyarakat pendatang dan dapat menerima adanya perbedaan. Masyarakat di daerah ini
bersikap sangat ramah terhadap orang yang datang kedaerah itu. Nilai-nilai keagamaan yang ada di Nagori Tiga Ras sangat banyak
memberikan memberikan dampak positif bagi terselenggaranya kekerabatan antar anggota masyarakat. Unsur-unsur budaya dan unsur keagamaan masyarakat yang
saling menghormati menjadi ciri masyarakat yang tinggal didaerah Tiga Ras. Sistem sosial yang berlaku didalam kehidupan masyarakat di Nagori Tiga Ras
merupakan sistem sosial yang diatur berdasarkan sistem sosial yang berlaku di Indonesia. Peraturan Pemerintah dan sistem norma masyarakat menjadi dasar dari
kehidupan sosial masyarakat Nagori Tiga Ras. Masyarakat Nagori Tiga Ras memiliki nilai kekeluargaan yang kuat.
Misalnya, masyarakat yang beragama Kristen merayakan hari natal, masyarakat yang beragama Islam ikut merayakannya dengan datang berkunjung kerumah
masyarakat yang beraga Kristen. Begitu juga sebaliknya jika masyarakat yang beragama Islam merayakan lebaran, masyarakat Kristen juga datang kerumah
masyarakat Muslim. Rasa saling menghormati antar suku dan umat beragama
58
sangat kental, dimana apabila ada kegiatan keagamaan, mereka saling membantu antara yang satu dengan yang lain.
II.4 Pemerintahan Nagori
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 57 tahun 2005 tentang desa, disebut bahwa desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas
wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dan
dihormati oleh sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Di kabupaten Simalungun sendiri istilah desa diganti dengan istilah Nagori
dengan mengacu pada Peraturan Daerah Kabupaten Simalungun No. 13 tahun 2006 tentang Pemerintahan Nagori. Pada Nagori sesuai dengan Perda No.13
Tahun 2006 tentang Pemerintahan Nagori pasal 55 disebutkan, bahwa susunan Pemerintahan Nagori dikepalai oleh Pangulu, dan untuk sekretaris dan kepala
urusan disebut dengan Tungkat Nagori, untuk pimpinan wilayah bagian Nagori dilingkungan kerja pelaksanaan pemerintahan Nagori adalah Gamot, dan untuk
wilayah bagian Nagori disebut dengan Huta. Sebagai perwujudan dari demokrasi, maka di Nagori Tiga Ras dibentuk
badan legislatif yakni Maujana Nagori sebagai mitra kerja Pangulu dalam menetapkan peraturan Nagori, menetapkan anggaran pendapatan Nagori,
menetapkan dan membentuk lembaga-lembaga nagori sesuai kebutuhan Nagori, menetapkan badan usaha Nagori, dan sebagainya.
59
Gambar 2. 2 Struktur Organisasi Pemerintahan Nagori Tiga Ras
Sumber: Profil Nagori Tiga Ras Pangulu
Mika Jaya Sitio
Maujana Nagori Taborliman
Sekdes Rahman Tindaon
Kaur Keuangan Rafendi
Siadari Kaur
Pembangunan Lorida Siallagan
Kaur Pemerintahan
Sadar Silalahi
Dusun I Dusun
Labuhan Samaruddin
Sitio Dusun II
Dusun Parbalohan
Kasiaman Silalahi
Dusun III Dusun
Saragih Ras Arnold
Togar Sitio Dusun IV
Dusun Partondiaan
Lorensius Silalahi
Dusun V Dusun Batu
Marandor John Hendrik
Damanik
60
II.4. 1 Pangulu
Pangulu memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Nagori, yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat berdasarkan
asal-usul dan adat –istiadat serta kondisi sosial- budaya masyarakat setempat sesuai dengan Perda No. 13 tahun 2006 tentang Nagori.
Sama dengan Kepala Desa, Pangulu juga dipilih oleh dan dari penduduk Nagori dengan masa jabatan Pangulu adalah enam tahun, yang dihitung sejak
yang bersangkutan dilantik. Pangulu yang sudah menduduki jabatan Pangulu hanya boleh menduduki jabatan Pangulu lagi untuk satu kali masa jabatan.
Pangulu Nagori Tiga Ras sendiri menjabat sejak tahun 2008 hingga tahun 2014, namun dikarenakan adanya kendala pemilihan presiden Pilpres dan pemilihan
kepala daerah Pilkada baru-baru ini, sehingga khusus kabupaten simalungun dilakukan perpanjangan dengan jabatan pelaksana hingga tahun 2015. Dan ada
kemungkinan pemilihan Pangulu dikabupaten simalungun akan dilaksanakan pada tahun 2019 dengan alasan agar pemilihan Pangulu sekabupaten simalungun
dilakukan serentak bukan seperti sebelum-sebelumnya yang tidak serentak. Pangulu mempunyai tugas untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan,
pembangunan, dan kemasyarakatan. Dalam melaksanakan tugas, Pangulu memiliki wewenang, yakni:
1. Memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan
kebijakan yang ditetapkan bersama Maujana Nagori.
61
2. Mengajukan rancangan Peraturan Nagori.
3. Menetapkan Peraturan Desa yang telah mendapat persetujuan
bersama Maujana Nagori 4.
Menyusun dan mengajukan rancangan Peraturan Desa mengenai APB Desa untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD
5. Membina kehidupan masyarakat desa
6. Membina perekonomian desa
7. Mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif
8. Mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan dan dapat
menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang –undangan
9. Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-
undangan
II.4. 2 Maujana Nagori
Sesuai dengan Perda No.13 tahun 2006 tentang Nagori, disebutkan bahwa Maujana Nagori merupakan wakil dari penduduk Nagori bersangkutan
berdasarkan keterwakilan wilayah huta. Anggota Maujana Nagori terdiri dari pemangku adat, golongan profesi, pemuka agama dan tokoh pemuka masyarakat
lainnya. Keberadaan Maujana Nagori didalam Nagori bukan hanya sekedar pelayan
pada sebuah Nagori tetapi juga sebagai mitra Pangulu dalam melaksanakan
62
pemerintahan dan pembangunan, selain itu Maujana Nagori juga diharapkan dapat menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat sehingga peran Maujana
Nagori dapat dirasakan oleh masyarakat. Maujana Nagori memiliki tugas dan wewenang, yakni:
1 Membahas rancangan peraturan nagori bersama dengan Pangulu
2 Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan Nagori dan
Peraturan Pangulu 3
Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Pangulu 4
Membentuk panitia pemilihan Pangulu 5
Menggali, menampung, menghimpun, merumuskan aspirasi masyarakat 6
Menyusun Tatatertib Maujana Nagori
Sebagai wakil masyarakat, Maujana Nagori wajib menyampaikan informasi hasil kerjanya kepada masyarakat. Sehingga relasi antara Manujana Nagori
dengan Masyarakat bisa semakin dekat. Sesuai dengan Perda No. 13 tahun 2006 tentang Nagori pasal 104 dijelaskan
bahwa jumlah anggota Maujana Nagori ditetapkan dengan jumlah ganjil, paling sedikit lima 5 orang dan paling banyak sebelas 11 orang dengan
memperhatikan luas wilayah, jumlah penduduk dan kemampuan keuangan Nagori dengan ketentuan:
a Jumlah penduduk sampai dengan 1500 jiwa,jumlah anggota 5 lima orang
63
b Jumlah pendudk 1501 sampai dengan 2000 jiwa jumlah anggota 7 tujuh
orang c
Jumlah penduduk diatas 2001 orang,jumlah anggota 9 Sembilan orang. Memicu pada jumlah penduduk yang ada di Nagori Tiga Ras yang
berjumlah 1529 orang maka jumlah anggota Maujana Nagori yang ada di Nagori Tiga Ras berjumlah 7 tujuh orang dengan ketua dan wakil ketua sehingga
keseluruhan Maujana Nagori di Nagori Tiga Ras berjumlah 9 sembilan orang.
Gambar 2. 3 Struktur Organisasi Maujana Nagori Tiga Ras
Sumber: Profil Nagori Tiga Ras
Ketua Taborliman Sidauruk
Sekretaris Dirga Siallagan
Wakil Ketua Sihar Sitio
Anggota: 1.
Jainson Tindaon 2.
Rahmat Sitio 3.
Hamdan Sitio 4.
Marojahan Sidauruk
5. Sahat Napitu
6. Bonar Sitio
64
II.5 Peraturan Nagori
Sesuai dengan Perda No. 13 tahun 2006 tentang Nagori, disebutkan bahwa Nagori memiliki weweenang mengatur dan mengurus urusan masyarakat setempat
sesuai dengan asal usul dan adat istiadatnya. Dalam rangka mengatur urusan masyarakat setempat tersebut Nagori dapat membuat peraturan nagori. Peraturan
Nagori ditetapkan oleh Pangulu bersama Maujana Nagori dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan Nagori. Sama seperti peraturan desa, peraturan
Nagori merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan kondisi sosial budaya masyarakat desa
setempat serta harus dibentuk berdasarkan asa pembentukan peraturan perundang- undangan yang baik yang meliputi:
a Kejelasan tujuan
b Kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat
c Kesesuaian antara jenis dan materi muatan
d Dapat dilaksanakan
e Kedayagunaan dan kehasilgunaan
f Kejelasan rumusan
g Keterbukaan
Dalam penyusunan peraturan Nagori, rancangan perraturan Nagori dapat diprakarsai oleh pemerintah desa dan dapat berasal dari pemerintahan Nagori dan
dapat berasal dari usul inisiatif Maujana Nagori. Jika bersal ari pemerintah Nagori
65
maka Pangulu yang menyiapkan rancangan Peraturan Nagori terbut. Jika berasal dari Maujana Nagori maka Maujana Nagori yang menyiapkan semuanya.
Terhadap rancangan peraturan Nagori, masyarakat berhak memberikan masukan baik secara tertulis maupun secara lisan . Selanjutnya rancangan peraturan Nagori
dibahas secara bersama oleh pemerintah Nagori dan Maujana Nagori. Untuk rancangan peraturan nagori tentang anggaran pendapatan dan belanja
Nagori, pungutan, dan penataan ruang yang telah disetujui bersama dengan Maujana Nagori, sebelum ditetapkan oleh Pangulu paling lambat 3 tiga hari
disampaikan oleh Pangulu kepada Bupati untuk dievaluasi.
46
4646
Hanif Nurcholis. 2011. Pertumbuhan dan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama. Hal. 114
Hasil evaluasi disampaikan oleh Bupati kepada Pangulu paling lama 30 tiga puluh hari sejak
rancangan peraturan Nagori tersebut diterima. Apabila Bupati belum belum memberikan hasil evaluasi rancangan anggaran pendapatan dan belanja Nagori
tersebut, Pangulu dapat menetapkan rancangan peraturan nagori tentang anggaran pendapatan dan belanja Nagori menjadi peraturan Nagori.
Rancangan peraturan Nagori yang telah disetujui beersama oleh Pangulu dan Maujana Nagori disampaikan oleh ketua Maujana Nagori kepada Pangulu
untuk ditetapkan menjadi peraturan Nagori. Penyampaian rancangan peraturan Nagori dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 7 tujuh hari terhitung sejak
tanggal persetujuan bersama.
66
Peraturan Nagori disampaikan oleh Pangulu kepada Bupati melalui Camat sebagai bahan pembinaan dan pengawasan paling lambat 7 tujuh hari setelah
ditetapkan. Peraturan Nagori dan peraturan pelaksanaannya wajib disebarluaskan kepada masyarakat oleh pemerintah Nagori.
II.6 Sejarah Nagori di Simalungun
Nama Simalungun menurut sumber lisan turun-temurun berasal dari bahasa simalungun Sima-sima dan lungun. Sima-sima artinya peninggalan dan lungun
artinya “yang dirindukan” atau “sepi”. Dahulu pada abad ke-6 atau sekitar tahun 500 Masehi pada masa kerajaan Nagur yang merupakan kerajaan pertama di
Simalungun, daerah ini pernah dilanda penyakit sampar kolera yang parah sehingga banyak yang meninggal. Akibatnya orang simalungun harus mengungsi
keluar dari Nagur menyeberang keseberang Laut Tawar atau Bah Sibongbongan atau yang disebut Danau Toba sekarang dan sampai ke Samosir. Nama Samosir
tersebut berawal dari orang Nagur “sahali misir” Sekali berangkat keseberang. Setelah beberapa tahun, pengungsi ini merasa daerah Nagur sudah aman dari
wabah penyakit mematikan itu. Mereka kembali kedaerah asalnya di Nagur dan melihat daerah itu sudah sepi, mereka merindukan daerah itu malungun dan
sadar bahwa yang tertinggal hanya “sima-sima” peninggalan saja. Demikianlah nama daerah itu kemudian dikenal dengan nama “ Simalungun”.
Orang Simalungun asli turunan raja-raja Simalungun membantah nenek moyangnya berasal dari keturunan orang Batak dari Tapanuli seperti diceritakan
67
dalam tarombo silsilah orang Batak Toba. Orang simalungun meyakini bahwa nenek moyangnya datang dari Tanah India yang awalnya bertempat disekitar
pesisir Timur Serdang Bedagai dan Batu Bara sekarang dan mendirikan kerajaan yang pertama yang bernama Nagur seperti nama daerah asalnya di India Kerajaan
“Nagpur” atau “Nagore”. Raja yang pertama bernama Datuk Parmanik-manik yang selanjutnya berubah menjadi Damanik “Da” artinya “sang” dan “Manik”
artinya “Berwibawa”. Inilah marga penguasa pertama di Simalungun. Akan tetapi mucul prahara di kerajaan Nagur tersebut, dimana masing-
masing panglima perang Kerajaan Nagur saling berebut pengaruh sehingga terjadi perang saudara. Namun peristiwa ini tidak berlangsung lama, karena sadar akan
bahaya yang mengancam, panglima Kerajaan Nagur berdamai dan bersatu menghadapi musuh yang datang dari Tanah India. Setelah perdamaian itu
dibentuklah empat kelompok marga di Simalungun, yaitu menurut nama panglima Nagur, yaitu Raja Banua Purba Purba artinya “Timur” menjadi Raja Silou,
kemudian menjadi Kerajaan Dolok Silau, Panei, Purba dan Silimahuta bermarga Purba. Raja Banua Sobou Parnabolon menjadi marga Saragih Sa-Ragih artinya
“Sang Pemilik Aturan” keturunannya kelak menjadi yang dipertuan di Daerah Raya Simalungun, Tebing Tinggi Serdang Bedagai dan Tanjung Morawa Deli
Serdang atau dikenal dengan Saragih Garingging dan Saragih Dasalak. Selanjutnya Raja Saniang Naga, yaitu nama dewa penguasa lautan yang menjadi
marga Sinaga penguasa di Kerajaan Batangiou kemudian beralih menjadi
68
Kerajaan Si Tonggang dan berakhir Tanah Jawa, dan Raja Nagur Damanik sebagai raja di raja kelompok itu.
Demikianlah sehingga ada empat induk di Simalungun yang kemudian disingkat dengan Si Sa Da Pur, singkatan dari Sinaga, Saragih, Damanik, Purba.
Marga yang empat inilah marga Simalungun asli yang menjadi marga pemilik tanah di Simalungun sejak zaman dahulu.
47
Zaman dahulu , masyarakat adat Simalungun terbagi atas kasta pembagian kelas masyarakat karena struktur pemerintahanya yang feodal, yakni:
Belakangan muncullah banyak pendatang ke Simalungun dari suku-suku sekitar yang umumnya dari daerah Samosir dan Toba. Mereka awalnya datang
sebagai pekerja upahan atau karena dirampas atau dibeli sebagai budak. Dikarenakan pada masa itu peraturan di Simalungun sangat ketat, dimana hanya
mereka yang masuk kedalam empat marga itu yang diakui sebagai kaula merdeka yang dapat diberikan tanah oleh raja-raja Simalungun. Sehingga banyak orang
dari Samosir dan Toba memasuki marga yang empat itu di Simalungun sebagai rakyat biasa dan mengaku dirinya orang atau suku Simalungun.
48
1 Raja beserta keluarganya yang bergelar Rajanami Tuhanta.
2 Para bangsawan beserta keluarganya yang disebut dengan Partuanon atau
Gamot.
47
Dr. Budi Agustono dkk, 2012, Sejarah Etnis Simalungun. P. Siantar: Perc. Hutarih Jaya, hlm. 162
48
Ibid. Hlm. 116
69
3 Rakyat biasa yang disebut Paruma.
4 Budak dan orang-orang yang ditawan disebut Jabolon.
Kerajaan Nagur inilah yang kemudian menjadi cikal-bakal masyarakat Simalungun dan cikal-bakal tradisi kerajaan yang diwarisi hingga dipertengahan
abad ke-6. Sehingga khususnya bagi masyarakat Simalungun nama Nagur banyak disebut sebagai penyebutan nama kampung , seperti Mariah Nagur, Nagur Raja,
Nagur Usang, Nagur Huta, Nagur Bayu, Nagur Tongah. Sistem feodalisme di Simalungun menempatkan rakyat kebanyakan dalam
posisi terendah dalam struktur pemerintahan tradisonal. Rakyat menjadi objek pemerasan para penguasa, kadang-kadang rakyat harus menyerahkan barang
bahkan anak gadisnya kepada raja dan keluarganya ini meski dengan hati berat dan paksaan. Rakyat bukan hanya menyerahkan upeti dan kewajiban lainnya,
tetapi juga persembahan langsung kepada raja dengan menyediakan dirinya pada waktu dan kondisi tertentu untuk keperluan raja.
49
Beberapa penghasilan raja berasal dari pancong alas sepersepuluh dari hasil hutan, cukai dan pajak ekspor,
hasil tiga pajak pasar atas semua barang dagangan yang dijual di pasar, wang meja sepersepuluh dari barang sengketa, parhukuman denda yang dijatuhkan
dipengadilan, pajak judi sepersepuluh dari kemenangan judi dan sewa setengah dolar atas pemakaian tikar dan meja judi.
50
49
J. Tideman. 1936 , Simeloengoen. Hlm. 92
50
Anonim. 1909, Nota Penjelasan mengenai Siantar terjemahan. Hlm. 108
Hewan buruan dan ternak sendiri yang disembelih harus diserahkan sangkae daging paha kepada raja atau tuan dimana
70
hewan itu diperoleh atau disembelih. Rakyat diwajibkan bekerja pada waktu tertentu mengerjakan ladang milik raja juma bolak tanpa digaji, membuat jalan,
membangun istana raja, menjaga kampung parari dan berperang membela kerajaannya melawan musuh atau memperluas wilayah kerajaan.
Dibawah raja ada sebagai penguasa terdapat partuanan yang masih punya hubungan kerabat dengan raja. Partuanan membawahi beberapa pangulu.
Mediator para peguasa elit simalungun disebut ulubalang. Ulubalang menyampaikan pesan-pesan pemerintah kerajaan kepada rakyat, apakah itu
sekedar pengumuman biasa atau perintah untuk melayani raja atau kepentingan kerajaan.
Pendamping raja dan tuan di daerah adalah harajaan. Di simalungun harajaan ini sifatnya hanya sebatas penasehat raja, didengar atau tidak tergantung
pada raja. Pengangkatan menjadi raja harus dengan rapat dan persetujuan harajaan setelah calon raja yang diajukan memenuhi syarat adat. Di samping itu
tiap-tiap struktur pemerintahan terdapat harajaan sampai ketingkat terendah. Sebutan untuk harajaan ini awalnya adalah Si Ompat Suku tetapi belakangan
semakin terlupakan seiring dengan masuknya pola pemerintahan modern oleh Belanda sejak 1907. Setiap harajaan memiliki pembantu tersendiri yang disebut
paiduana. Raja juga disebut partongah sebab selain kepala adat dia juga berfungsi sebagai kepala pemerintahan disamping hakin yang memutus perkara
pengadilan sesudah pengadilan tingkat huta dipimpin pangulu dan tingkat partuanan yang dipimpin tuan huta. Perkara di tingkat huta boleh dibawa banding
71
ke tingkat diatasnya sampai ketingkat raja di pamatang. Sistem peradilan ini hanya ditemukan di Simalungun, tidak ada di Toba atau daerah Batak lainnya.
51
Keputusan akhir berada ditangan raja sebagai hakim pemutus perkara. Istilah ini diterjemahkan sebagai kesatuan administrasi kampung yang disebut dengan
Nagori yang dikepalai oleh Pangulu kepala desa dengan membawahi gamot kepala dusun dalam sistem admisnistrasi pemerintahan nagori di Kabupaten
Simalungun.
52
Pembagian kekuasaan distribution of power yang diterapkan di Indonesia melalui lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif telah dimulai sejak Indonesia
merdeka pada tahun 1945. Sebagai negara yang baru merdeka , proses membentuk lembaga-lembaga tinggi negara bukanlah hal yang mudah.
Pembagian kekuasaan dan sistem pemerintahannya tidaklah langsung berjalan dengan sempurna, namun berbagai perubahan demi perubahan dicapai untuk
Istilah-istilah dalam administrasi pemerintahan nagori tersebut kemudian disahkan dengan dikeluarkannya Perda no. 13 tahun 2006 tentang nagori.
Disamping penggunaan kata nagori, pangulu dan gamot dalam administrasi pemerintahan nagori pengubahan nama juga dilakukan untuk sebutan perangkat
nagori yang diganti menjadi “ tungkot nagori” dan juga Badan Permusyawaratan Desa menjadi “maujana nagori”.
II.7 Fase Historis Pemerintahan Daerah
51
J. C. Vergowen. 2004. Masyarakat dan Hukum Adat Batak Toba terjemahan. Yogyakarta: Lkis. Hlm. 130
52
Ibid. Hal. 40
72
mencapai hasil yang lebih baik. Untuk mengetahui perubahan terhadap hubungan pangulu dengan maujana nagori, berikut dipaparkan:
Pada masa orde baru penyelenggaraan pemerintahan desa masih bersifat sentralistik dimana kepala desa sebagai pusat kekuasaan dalam pelaksanaan
pemerintahan desa. Dengan ditetapkannya UU nomor 5 tahun 1979 maka penyeragaman bentuk dan susunan pemerintahan desa bercorak nasional yang
menjamin terwujudnya demokrasi pancasila dengan dibentuknya Lembaga Musyawarah Desa LMD sebagai lembaga legislatif yang disamping sebagai
sarana demokratisasi didalam desa juga difungsikan sebagai pengontrol terhadap kinerja kepala desa dengan perangkatnya dalam pelaksanaan pemerintahan desa.
53
Berdasarkan pasal 17 UU nomor 5 tahun 1979 tentang pemerintahan desa, keanggotaan Lembaga Musyawarah Desa terdiri dari kepala-kepala dusun,
Dalam UU nomor 5 tahun 1979 disebutkan bahwa masa jabatan kepala desa adalah 8 delapan tahun terhitung sejak tanggal pelantikannya dan dapat diangkat
kembali untuk 1 satu kali jabatan berikutnya. Penetapan masa jabatan ini didasarkan pada pertimbangan bahwa tenggang waktu tersebut dianggap cukup
lama bagi seorang kepala desa untuk dapat menyelenggarakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dengan baik dan cukup untuk memberikan jaminan
terhindarnya perombakan-perombakan kebijaksanaan sebagai akibat dari pergantian-pergantian kepala desa.
53
Drs. A. W. Widjaja. 1993. Pemerintahan Desa dan Administrasi Desa Menurut UU Nomor 5 Tahun 1979 Sebuah Tinjauan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Hal. 18
73
pimpinan lembaga-lembaga kemasyarakatan, pemuka-pemuka masyarakat desa yang yang ditunjuk dan atas persetujuan kepala desa dengan diketuai oleh kepala
desa karena jabatannya ex. Officio dan sekretaris desa sebagai sekretaris Lembaga Musyawarah Desa karena jabatannya ex. Officio. Sehingga kepala desa
pada saat itu sangat berkuasa dengan mempertanggungjawabkan tugas-tugasnya kepada bupati melalui camat.
54
Berkaitan dengan penyeragaman struktur pada masa orde baru selain dibentuk Lembaga Musyawarah Desa, dibentuk juga Lembaga Ketahanan
Masyarakat Desa sebagai penyempurnaan dan peningkatan Fungsi Lembaga Sosial Desa sesuai dengan dikeluarkannya Keputusan Presiden Republik
Indonesia nomor 28 tahun 1980. Namun kembali lagi sama seperti LMD, LKMD Sehingga Lembaga yang seharusnya bernaung
untuk lebih berpihak dan untuk mengutamakan kepentingan masyarakat malah diisi oleh elit-elit desa yang cenderung berpihak kepada pemerintahan.
Melihat ketua LMD dan sekretaris LMD yang diduduki oleh kepala desa dan sekretaris desa, maka tugas LMD sebagai lembaga pengontrol kinerja kepala
desa dan perangkatnya dalam menyelenggarakan pemerintahan desa secara otomatis tidak dapat berjalan dengan baik. Sehingga pada masa orde baru sangat
memungkinkan bagi pemerintah untuk melakukan penyalahgunaan kekuasaan untuk kepentingan pribadi. Disinilah tampak secara nyata bagaimana sistem
pemerintahan desa yang bersifat sentralistik pada masa orde baru.
54
AAGN Ari Dwipayana, Suroto Eko. 2003. Membangun Good Governance di Desa. Salatiga: Pustaka Percik. Hal. 56
74
juga diisi oleh kaum elit-elit desa, dimana kepala desa menjabat sebagai ketua LKMD karena jabatan ex. Deficio dan yang menjadi anggota LKMD harus atas
persetujuan kepala desa. Dalam hal ini semakin tampak sistem pemerintahan di tingkat desa yang sentralistik dan monolitik yang berdampak buruk terhadap
sistem pemerintahan desa. Sejak bergulir era reformasi yang terjadi tahun 1998, maka pemerintah
mengeluarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah, dengan Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2001 tentang pedoman
umum desa sebagai aturan hukum pelaksananya yang isinya mengatur pemerintahan daerah termasuk pemerintahan desa dimana kekuatan otonomi
dikembalikan lagi sesuai dengan porsi yang sebenarnya. Desa dalam Undang- Undang ini diberikan otonomi luas, nyata dan bertanggungjawab untuk mengurus
rumah tangganya. Pemerintahan desa dalam hal ini tidak bertanggungjawab kepada Camat tetapi langsung kepada Bupati dan susunan pemerintah desa dalam
hal ini terdapat unsur Badan Perwakilan Desa sebagai alat control yang diambil dari unsur masyarakat masing-masing desa.
Dikeluarkannya UU No. 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah merupakan upaya yang dilakukan untuk mengubah sistem pemerintahan yang
awalnya bersifat sentralistik menjadi semakin demokratis dengan melakukan pemisahan kekuasaan antara Badan Perwakilan Desa dengan kepala desa. BPD
hadir untuk menggantikan Lembaga Musyawarah Desa yang bertujuan untuk membatasi kekuasaan kepala desa yang independen dari perwakilan elit-elit desa
75
yang dipilih oleh warga desa sesuai dengan UU nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah serta diharapkan dapat berperan sebagai kekuatan
pengontrol dan penyeimbang check and balances kepala desa. Sama dengan LMD, BPD bertugas sebagai pengontrol kinerja kepala desa dan perangkatnya
dalam menyelenggarakan pemerintahan desa. Tetapi dalam perjalanan paruh waktu, pada tahun 2004 Undang-Undang ini
diubah dengan adanya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dimana substansi materi otonomi desa lebih disempurnakan
sedangkan pada hal terkait pemerintahan desa terjadi perubahan pada unsur Badan Perwakilan Desa yang menjadi Badan Permusyawaratan Desa. Karena selama ini
dalam banyak kasus, kenyataan yang terjadi anggota Badan Perwakilan Desa dianggap terlampau jauh mancampuri urusan pemerintahan kepala desa dan
perangkat desa. Dimana terjadinya kecenderungan BPD bukan tampil sebagai wakil rakyat , melainkan sebagai oligarki baru. BPD hanya merupakan
representase dari elit-elit desa yang memegang kekuasaan daripada memperjuangkan permasalahan yang dihadapi masyarakatnya, BPD lebih tertarik
untuk mengurusi isu-isu strategis yang dapat menjatuhkan kepala desa. Sehingga dalam UU nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah
dilakukan pemangkasan terhadap fungsi BPD, yakni BPD tidak memiliki pengawasan terhadap kinerja pemerintahan desa dan juga BPD tidak dapat
mengusulkan pemecatan kepala desa kepada bupati.
76
Adapun perbedaan antara BPD dalam UU nomor 22 tahun 1999 dengan UU nomor 32 tahun 2004 dapat dilihat dalam tabel berikut:
55
No Badan Perwakilan
Desa UU No. 22 tahun 1999
Badan Permusyawaratan Desa UU No. 32 tahun
2004 1
Keanggotaan Dipilih dari dan oleh penduduk desa yang
memenuhi persyaratan Wakil-wakil dari penduduk
desa yang ditetapkan secara musyawarah dan mufakat
2
Fungsi Mengayomi adat
istiadat, membuat peraturan
desa, menampung dan
menyalurkan aspirasi masyarakat, serta
melakukan pengawasan terhadap
penyelenggaraan pemerintahan desa
Menetapkan peraturan desa bersama kepala desa ,
menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat
55
Heru Cahyono. 2005. Konflik Elit Politik Pedesaan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 368
77
3
Posisi Politik Sangat kuat • Dapat mengusulkan
pemberhentian kepala desa kepada
bupati • Kepala desa
bertanggung jawab kepada rakyat
melalui BPD • Bersama kepala
desa menetapkan APBD
• Bersama kepala desa menetapkan
tata cara dan pungutan obyek
pendapatan dan belanja desa
Lemah • BPD tidak memiliki fungsi
pengawasan • BPDtidak dapat
mengusulkan pemberhentian kepala desa
kepada bupati • Kepala desa tidak lagi
bertanggung jawab kepada rakyat melalui BPD
• BPD tidak memiliki kewenangan dalam
pengelolaan keuangan desa, termasuk penetapan APBD
dan penetapan tata cara dan pungutan obyek pendapatan
dan belanja desa
78
BAB III ANALISIS HUBUNGAN POLITIK ANTARA PANGULU DAN
MAUJANA NAGORI
III. 1 Penyelenggaraan Pemerintahan Nagori Tiga Ras
Dalam perda kabupaten simalungun no.13 tahun 2006 tentang pemerintahan nagori disebutkan bahwa “desa” diganti dengan nama “nagori”, “kepala desa”
diganti menjadi “pangulu” dengan perangkat nagori yang diganti menjadi “tungkot nagori” yang terdiri dari sekretaris nagori, kaur yang terdiri dari kaur
pembangunan, kaur keuangan, dan kaur pemerintahan, dan kepala dusun yang diganti menjadi “gamot” serta Badan Permusyawaratan Desa yang diganti nama
menjadi “maujana nagori” sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan nagori. Dalam hal ini pangulu sebagai pimpinan pemerintahan bersama dengan maujana
nagori sebagai mitra kerja yang sejajar dalam melaksanakan pemerintahan nagori. Penggunaan istilah ini merupakan salah satu usaha yang dilakukan oleh
pemerintahan Kabupaten Simalungun untuk menunjukkan ciri khas dari Kabupaten Simalungun dan juga untuk menjaga keutuhan budaya simalungun.
56
Pangulu Nagori Tiga Ras merupakan pangulu yang dilantik pada periode 2008 hingga 2014 dengan masa jabatan 6 enam tahun menggantikan pangulu
sebelumnya yang tidak mencalonkan kembali. Namun dikarenakan kendala
56
Wawancara dengan BPMPN Kabupaten Simalungun, April 2015, di Hapoltakan
79
pemilihan presiden dan legislatif yang baru-baru ini, maka bupati kabupaten simalungun membuat kebijakan bahwa seluruh pangulu di kabupaten simalungun
diangkat sebagai pelaksana selama satu tahun hingga 2015.
57
Pangulu Nagori Tiga Ras tidak memiliki visi dan misi tertulis guna menjadi acuan dalam melaksanakan program-program yang akan dilaksanakan dalam
waktu-waktu tertentu, dan terkait tugasnya dalam hal surat menyurat. Dalam Pemilihan pangulu di kabupaten Simalungun tidak dilakukan secara
serentak disetiap nagori, hal ini berdampak terhadap sistem pemilihan umum yang tidak teratur, sebagian nagori ada telah 3 tiga kali bahkan 4 empat kali
memberlakukan pemilihan umum terhadap pangulu namun ada juga yang masih 2 dua kali. Nagori Tiga Ras masih dua kali melakukan sistem pemilihan umum
dalam menetukan pangulu, yakni yang dimulai pada periode 2003 sampai dengan periode 2008 dan pangulu yang sekarang menjabat yang dilantik pada 2008
sampai dengan 2014. Pemerintah nagori memiliki peranan yang signifikan sebagai pemerintahan
terkecil dari penyelenggaraan pemerintahan daerah, pemerintah nagori berhubungan langsung dengan masyarakat nagori, oleh karena itu hubungan yang
sangat menentukan dari berjalannya pemerintahan daerah ditentukan oleh pemerintahan nagori yaitu pangulu dan maujana nagori sebagai bagian dari
pemerintahan di nagori.
57
Wawancara dengan Pangulu, Maret 2015, di Nagori Tiga Ras
80
penyelenggaraan pemerintahan nagori pangulu dibantu oleh tungkot nagori yang terdiri dari sekretaris nagori, kaur yang terdiri kaur pemerintahan, kaur keuangan
dan kaur pembangunan, dan gamot serta bekerja sama dengan mitra kerjanya yakni maujana nagori. Secara umum pemerintah nagori di Nagori Tiga Ras
melakukan sebagian dari tugas utamanya yakni dalam melayani masyarakat dalam hal administrasi surat-menyurat. Dalam hal surat-menyurat di Nagori Tiga Ras
dapat dikatakan berjalan dengan baik dan dari masyarakat sendiri belum ada yang mengkritik ataupun mengeluh terhadap pelayanan surat-menyurat didalam
pemerintahan. Meskipun tidak terdapat kantor nagori di Nagori Tiga Ras namun tidak menjadi suatu masalah terhadap sistem administrasi di nagori tersebut. Hal
ini dikarenakan adanya kerja sama yang baik antara pangulu dengan sekretaris nagori dalam mengurus surat-menyurat. Masyarakat yang ingin mengurus surat
kepada pemerintah nagori dapat langsung datang ke rumah sekretaris nagori dan setelah surat selesai diketik oleh sekretaris nagori maka sekretaris nagori sendiri
yang mengantar surat tersebut ke rumah pangulu untuk ditanda tangani. Sehingga butuh satu hari untuk mengurus surat tersebut. Namun dalam hal surat- menyurat
cenderung tidak dipersulit oleh pemerintah nagori ataupun dilakukan pungutan atau sejenisnya, hal ini dikarenakan masih kentalnya kekeluargaan di nagori
tersebut.
58
Disamping tugas pemerintah nagori untuk melayani masyarakat dalam hal surat-menyurat, kinerja pangulu yang nyata ialah mengumpulkan pungutan seperti
58
Wawancara dengan Gamot Labuhan, Gamot Saragih Ras, dan Sekretaris, Maret 2015, di Nagori Tiga Ras
81
Pajak Bumi dan Bangunan PBB. Dalam melakukan tugas ini pemerintah nagori sangat baik dalam pelaksanaannya dengan memberdayakan gamot dalam
mengutip tagihan Pajak Bumi dan Bangunan. Setiap gamot memiliki tanggung jawab dalam memungut tagihan Pajak Bumi dan Bangunan dari masyarakat di
dusun masing-masing. Dalam melakukan tanggung jawabnya gamot dibantu oleh kaur pemerintahan jika ada kesulitan ataupun masalah dalam penagihan Pajak
Bumi dan Bangunan. Dalam penagihan Pajak Bumi dan Bangunan pangulu memberikan jangka
waktu untuk gamot dalam menyelesaikan tugasnya dalam melakukan pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan. Hal ini dilakukan agar penyetoran ke kantor bupati
dapat dilakukan tepat waktu. Jika seluruh Pajak Bumi dan Bangunan telah terkumpul, maka pangulu bersama dengan sekretaris nagori bersama-sama
menyetor Pajak Bumi dan Bangunan dan slip bukti pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan akan diberikan kepada masyarakat sesuai dengan nama yang tertera di
slip pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan. Disamping itu, mengarahkan gotong royong juga merupakan salah satu
tugas pemerintah nagori dalam mewujudkan keharmonisan dan kekeluargaan masyarakat nagori. Dalam proses pelaksanaan gotong royong, sama seperti dalam
proses pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan dimana pangulu bekerja sama dengan gamot. Pangulu hanya memberitahukan kepada setiap gamot bahwa akan
diadakan gotong royong dengan menentukan waktu dan tempat dan biasanya pemberitahuan ini disampaikan hanya melalui handphone. Setelah gamot
82
menerima pesan tersebut, kemudian gamot dari setiap dusun mengumumkan kepada masyarakat di dusun masing-masing bahwa akan diadakan gotong royong.
Dalam pelaksanaan gotong royong sendiri tampak respon yang baik dari masyarakat di Nagori Tiga Ras, dimana pada hari yang ditentukan mayoritas
masyarakat datang untuk bergotong royong dengan membawa peralatan yang telah ditentukan. Meskipun sebagian masyarakat memberikan respon yang kurang
baik terhadap program tersebut, dan pada umumnya yang memberikan respon yang kurang baik ialah masyarakat yang berusia lebih tua dari pemerintah di
nagori tersebut.
III. 2 Relasi Hubungan Politik antara Pangulu dengan Maujana