1
BAB I PENDAHULUAN
I. 1 L.atar Belakang
Negara Indonesia merupakan negara kesatuan, dimana didalam negara kesatuan dapat dibagi menjadi dua bentuk, yang pertama ialah negara kesatuan
dalam sistem sentralisasi yaitu segala urusan negara diatur langsung oleh pemerintahan pusat dan daerah tinggal melaksanakan dan yang kedua ialah negara
kesatuan dalam sistem desentralisasi yaitu daerah diberi kewenangan untuk mengatur rumah tangganya sendiri.
1
Kekuasaan merupakan masalah sentral yang terdapat didalam setiap negara, hal ini dikarenakan negara merupakan pelembagaan masyarakat politik Polity
paling besar dan memiliki kekuasaan yang otoritatif.
2
Pembagian kekuasaan pertama kali dilakukan oleh John Locke 1632- 1704. Dalam bukunya Two Treaties of Government 1679, John Locke membagi
kekuasaan menjadi tiga macam yaitu kekuasaan eksekutif, kekuasaan legislatif, Sehingga didalam negara
demokrasi untuk menghindari terjadinya pemusatan kekuasaan maka perlu dilakukan pembagian kekuasaan distribution of power.
1
Christine S.T, Kansil, C.S.T. 2008. Sistem Pemerintahan Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara
2
Kacung Maridjan. 2010. Sistem Politik Indonesia Konsolidasi Demokrasi Pasca Orde Baru. Jakarta: Kencana. Hal. 17.
2
dan kekuasaan federatif. Sedangkan Montesquieu 1689-1755 memisahkan kekuasaan ke dalam tiga organ yakni kekuasaan legislatif, kekuasaan eksekutif,
dan kekuasaan yudikatif. Dengan adanya pembagian kekuasaan dalam tiga lembaga tersebut diharapkan dalam menjalankan pemerintahan negara tidak
terjadi tumpang tindih diantara lembaga pemegang kekuasaan tersebut. Berkaitan dengan upaya mengontrol kekuasaan, agar tidak terulang sentralisasi kekuasaan
sebagaimana pada masa Orde Baru. Era reformasi telah membawa perubahan dalam sistem pemerintahan dari
tingkatpusat sampai ke desa. Dimana sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia menurut Undang-Undang dasar 1945 memberikan
keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah.
3
Penyelenggaraan pemerintahan di desa diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa yang ditetapkan pada
tanggal 30Desember 2005.Dalam Peraturan Pemerintah dijelaskan susunan organisasi pemerintahan desa, yakni Pemerintahan Desa terdiri dari Pemerintah
Desa dan Badan PerwakilanDesa BPD untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat
Dimana otonomi daerah itu sendiri bertujuan untuk mempercepat pembangunan daerah
dan guna mewujudkan masyarakat yang sejahtera.
3
Prof. Drs. HAW. Widjaja. 2001. Pemerintahan Desa Marga Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Hal. 1.
3
setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Desa atau sebutan lain merupakan satu kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Pemerintahan desa merupakan pemerintahan terkecil dari penyelenggaraan pemerintahan daerah, pemerintahan berhubungan langsung
dengan masyarakat desa, olehkarena itu hubungan yang sangat menentukan dari berjalannya pemerintahan daerah ditentukan oleh pemerintahan desa yaitu kepala
desa dan Badan Permusyawaratan Desa BPD sebagai bagian dari pemerintahan di desa. Diharapkan dengan adanya pemerintahan didesa ini dapat lebih peka
terhadap permasalahan yang ada didalam masyarakat desa . Kepaladesa beserta Badan Permusyawaratan Desa berhak untuk mengatur masyarakatnya
dalambentuk Peraturan Desa yang telah disepakati bersama- sama masyarakat desa.
Badan Perwakilan Desa adalah lembaga legislasi dan pengawasan dalam hal pelaksanaan peraturan desa anggaran pendapatan dan belanja desa dan keputusan
kepalaDesa. BPD berkedudukan sejajar dan menjadi mitra pemerintah desa. BPD merupakan lembaga perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan
desa. BPD merupakan lembaga baru di desa pada eraotonomi daerah di Indonesia. Anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan
4
berdasarkan keterwakilan wilayah yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat. Anggota BPD terdiri dari Ketua Rukun Warga, pemangku adat,
golongan profesi, pemuka agama dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya. Masajabatan anggota BPD adalah 6 tahun dan dapat diangkat diusulkan kembali
untuk 1 kali masa jabatan berikutnya. Pimpinan dan Anggota BPD tidak diperbolehkan merangkap jabatan sebagai Kepala Desa dan Perangkat Desa.
Permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan kekuasaan antara Kepala Desa dengan BPD dalam melaksanakan
penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Dimana pola relasi kekuasaan yang sejajar sebagaimana telah diatur dalam undang-undang, dalam pelaksanaannya diwarnai
oleh praktek-praktek hubungan kerja yang kurang harmonis dan menunjukkan kecenderungan terjadinya dominasi Kepala Desa. Wujud konkret dari terjadinya
hubungan yang tidak harmonis antara Kepala Desa dengan BPD terlihat dalam proses-proses penyusunan dan penetapan peraturan desa, penyusunan dan
penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa APBD, pelaksanaan peraturan desa dan pelaksanaan pertanggungjawaban Kepala Desa.
Hubungan kekuasaan elit Pemerintahan Desa yaitu Kepala Desa denganBPD menunjukkan hanya sebatas pada penetapan peraturan
desa.Penyelenggaraan Pemerintahan Desa menjadi otoritas Kepala Desa. BPD Kekuasaan Legislatif di desa hanya sebagai lembaga yang memberikan nasehat
terhadap Kepala Desa. Dalam hal ini terjadi hegemoni Kepala Desa terhadap BPD yakni dominasi oleh satu kelompok terhadap kelompok lainnya, dengan atau
5
tanpa ancaman kekerasan sehingga ide-ide yang didiktekan oleh kelompok dominan terhadap kelompok yang didominasi diterima sebagai sesuatu yang wajar
yang bersifat moral, intelektual serta budaya. Dalam suatu hubungan kekuasaan power relationship selalu ada pihak
yang lebih kuat dari pihak lain
4
Kabupaten Simalungun merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di Propinsi Sumatera Utara yang terdiri dari beberapa sub-etnik seperti Simalungun,
Karo, Toba, selain itu terdapat juga beberapa etnik lain seperti etnik Jawa, dan Cina. Masyarakat Simalungun merupakan masyarakat yang telah lama mengenal
. Jadi, selalu ada hubungan tidak seimbang atau asimetris. Dalam melaksanakan pengelolaan Pemerintahan Desa, kekuasaan
Kepala Desa terlihat lebih menonjol dibandingkan dengan Badan Permusyawaratan Desa. Dominasi kekuasaan Kepala Desa terlihat dalam
pembuatan keputusan atau peraturan desa. Dominasi ini terjadi karena adanya persepsi yang salah dan cenderung menyimpang akan ketentuan dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Hal ini mengindikasikan adanya pembagian kekuasaan yang tidak merata antara kekuasaan Kepala Desa eksekutif dengan
Badan Permusyawaratan Desa sebagai lembaga legislatif dalam Pemerintahan Desa. Maka apa yang dikatakan oleh Ramlan Surbakti bahwa kekuasaan politik
senantiasa suatu kekuasaan yang memiliki aspek politik yang berupa penggunaan sumber-sumber pengaruh untuk memberikan pengaruh terhadap proses
pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik.
4
Miriam Budiardjo, 2008. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hal. 63.
6
politik ataupun pemerintahan. Dimana sejak awal jauh sebelum Indonesia dibentuk, di Simalungun telah terdapat pemerintahan feodalisme yang dipimpin
oleh sistem kerajaan yang pada akhirnya mempengaruhi kehidupan masyarakat Simalungun hingga sekarang. Salah satu kecamatan yang ada di kabupaten
simalungun ialah kecamatan Dolok Pardamean. Kecamatan Dolok Pardamean merupakan kecamatan yang memilki luas
wilayah terkecil di Kabupaten Simalungun, sehingga sistem pemerintahannya seharusnya dapat berjalan lebih efektif dibanding dengan wilayah yang lebih luas
lainnya. Kecamatan Dolok Pardamean ini terdiri dari enam belas nagori, yakni diantaranya ialah Bangun Pane, Butu Bayu Panei, Dolok Saribu, Parik Sabungan,
Parjalangan, Sibuntuon, Silabah Jaya, Sinaman Labah, Tiga Ras dan Togu Domu Nauli, Nagori Bayu, Sihemun Baru, Tanjung Saribu, Pamatang Sinaman,
Partuahan.
5
Studi mengenai relasi kekuasaan antara Kepala Desa dengan Badan Permusyawaratan Desa ini dilakukan di Nagori Tiga Ras, Kecamatan Dolok
Pardamean, Kabupaten Simalungun. Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pemerintahan Nagori, istilah desa disebut dengan Nagori,
Kepala Desa diganti nama dengan Pangulu, sedangkan Badan Permusyawaratan Desa disebut dengan Maujana nagori. Kekuasaan Pangulu yang dominan dalam
pemerintahan nagori memperlihatkan adanya kekuasaan yang tidak merata dalam struktur pemerintahan nagori di Nagori Tiga Ras. Sebagai lembaga legislatif di
5
http:www.organisasi.org197001daftar-nama-kecamatan-kelurahan-desa-kodepos-di-kota-kabupaten- simalungun-sumatera-utara-sumut.html
7
desa, Maujana nagori hanya sebagai lembaga yang memberikan nasehat terhadap Pangulu sedangkan pengelolaan Pemerintahan nagori lebih banyak dilakukan oleh
Pangulu. Dari uraian yang telah dipaparkan diatas, peneliti tertarik membahas
mengenai hubungan politik dalam pemerintahan desa. Sehingga peneliti mengangkat judul penelitian Hubungan Politik antara Pangulu dengan Maujana
Nagori di Nagori Tiga Ras, Kecamatan Dolok Pardamean, Kabupaten Simalungun.
I. 2 Penelitian Sebelumnya