7. Kerangka Teori dan Konsep 7. 1 Teori Kekuasaan

10 memiliki ketertarikan untuk mengeksplorasi mengenai eksekutif dan legislatif dalam pemerintahan daerah dan menjadi referensi kepustakaan Departemen Ilmu Politik FISIP USU. C. Bagi masyarakat luas, penelitian ini juga diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai eksekutif dan legislatif dalam pemerintahan daerah. Untuk pemerintahan desa mencangkup Kepala Desa, Badan Permusyawaratan Desa BPD diharapkan dapat menjalankan fungsinya dengan baik, dengan kata lain relasi diantara kedua lembaga harus dapat seimbang sebagai mitra kerja pemerintahan di desa. Terkhusus bagi masyarakat Simalungun diharapkan dapat ikut berpartisipasi dan mengevaluasi kinerja pemerintahan desa untuk mewujudkan kesejahteraan bersama.

I. 7. Kerangka Teori dan Konsep

I. 7. 1 Teori Kekuasaan

Kekuasaan menempati posisi penting dalam politik. Kekuasaan memberikan perbedaan antara pimpinan dengan anggota. Bahkan kekuasaan dianggap identik dengan politik. Dalam konteks keilmuwan, konsep kekuasaan secara sederhana dijelaskan sebagai relasi antara dua orang, yang satu adalah “atasan” atau dikatakan orang penting paramount agent, dan yang satu disebut “ bawahan” atau posisinya lebih rendah subordinat agent. Atasan memiliki dan menggunakan kekuasaannya, sedangkan bawahan dipengaruhioleh kekuasaan 11 atasan. 7 Gramsci memandang bahwa kekuasaan dapat diperjuangkan dan dipertahankan lewat satu prinsip yang lebih cerdas dan soft yang disebutnya dengan hegemoni. Gramsci melihat bahwa pertarungan kekuasaan dapat dipandang sebagai pertarungan ide-ide bukan pertarungan “kekuasaan” , pertarungan massa, dan kekuatan senjata. Ia melihat ide-ide tersebut dapat mempengaruhi hasrat dan tingkah laku seseorang lewat cara-cara yang lebih manusiawi dan lebih santun yang dapat disebut politik yang lebih lunak, the soft politics. Dengan kata lain kekuasaan menjadi perbedaan yang menunjukkan posisi seseorang yang mampu mengendalikan orang lain. Untuk melihat akar pengertian dari kekuasaan, maka patut untuk dipahami yang dijelaskan oleh Antonio Gramsci 1891-1939. Pada masa itu, secara eksplisit kata “ kekuasaan” tidak dikenal. Untuk menjelaskan makna “ power”, kata hegemoni dikedepankan untuk djelaskan oleh para pakar politik pada zaman itu, terutama Gramsci. Dalam bahsa Yunani kuno, hegemoni disebut” eugemonia” yang dipergunakan untuk menunjukkan dominasi posisi yang diklaim oleh negara-negara kota polis atau citystate secara individual. Seperti yang dijelaskan oleh Encyclopedia Britanica, contohnya dapat dilihat dalam penyebutan “hegemoni” untuk menyatakan negara kota Athena dan Sparta. 8 Konsep hegemoni Gramsci berawal dari Gramsci yang secara dialektis dilakukannya dikotomi tradisional karakteristik pemikiran politik Italia dari 7 John Scott. 2011. SOSIOLOGI The key Concept, Jakarta:Rajawali Press. Hal.202 8 Nezar Patria dan Andi Arief. 2003. Antonio Gramsci, Jakarta: Pusat Pelajar. Hal. 117. 12 Machiavelli sampai Pareto hingga Lenin. Dari Machiavelli hingga Pareto, konsepsi yang diambil adalah tentang kekuatan force dan persetujuan consent. Bagi Gramsci, kelas sosial akan memperoleh keunggulan supremasi melalui dua cara, yaitu melalui cara dominasi dominio atau paksaan coercion dan yang kedua ialah melalui kepemimpinan intelektual dan moral. Cara yang terakhir inilah yang dimaksud Gramsci sebagai hegemoni. Gramsci berpendapat bahwa hegemoni tidak hanya bisa dilakukan oleh negara yang selama ini dikenal dengan rulling class namun bisa juga dilakukan oleh seluruh kelas sosial. Hegemoni sendiri pengertiannya adalah dominasi oleh satu kelompok terhadap kelompok lainnya, dengan atau tanpa ancaman kekerasan, sehingga ide-ide yang didiktekan oleh kelompok dominan terhadap kelompok yang didominasi diterima sebagai sesuatu yang wajar yang bernilai moral, intelektual serta budaya. 9 9 Situs web Strinati, Dominic. 1995. An Introduction to Theories of Popular Culture, London: Routledge. Disini penguasaan tidak dengan kekerasan melainkan dengan bentuk-bentuk persetujuan masyarakat yang dikuasai dengan baik sadar maupun secara tidak sadar. Hegemoni bekerja dengan dua tahap yaitu tahap dominasi dan tahap direction atau tahap pengarahan. Dominasi yang paling sering dilakukan adalah oleh alat-alat kekuasaan negara seperti sekolah, modal, media dan lembaga-lembaga negara. Ideologi yang disisipkan lewat alat-alat tersebut bagi Gramsci merupakan kesadaran yang bertujuan agar ide-ide yang diinginkan negara dalam hal ini sistem kapitalisme menjadi norma yang disepakati oleh masyarakat. Dominasi merupakan awal hegemoni, jika sudah melalui tahapan 13 dominasi maka tahapan berikutnya yaitu tinggal diarahkan dan tunduk pada kepemimpinan oleh kelas yang mendominasi. Penjelasan rinci oleh Gramsci terkait hegemoni kekuasaan mengilhami pada teoritis politik, khususnya para teoritis yang memusatkan perhatian teori pada kekuasaan. Max Weber mendefinisikan kekuasaan sebagai kesempatan seseorang atau sekelompok orang untuk menyadarkan masyarakat atas kemauan- kemauannya sendiri dengan sekaligus menerapkan tindakan perlawanan dari orang-orang ataupun golongan tertentu. Jadi kekuasaan merupakan hasil pengaruh yang diinginkan oleh seseorang ataupun sekelompok orang. 10 Dan sumber-sumber kekuasaan merupakan hal yang akan selalu diperebutkan oleh orang ataupun sekelompok orang yang ingin memperoleh kekuasaan. 11 Power then is generalized capacity to secure the performance of binding oblications by units in a system of collective organization when the obligations are legitimized with reference to their bearing on collective goals, and where in case of recalcitrancy there is a presumption of enforcement by negative situastional sanction-whatever the agency of the enforcement. Berbeda dengan pendapat para ahli diatas, Talcott Parsons menjelaskan defenisi kekuasaan dengan menyertakan perihal perlawanan dalam kekuasaan tersebut. Dalam bukunya The distribution of Power in America Sosiety, seperti yang dikutip Miriam Budiardjo, Parsons merumuskan pengertian kekuasaan 10 Inu Kencana Syafii. 2011. Etika Pemerintahan, Jakarta: Rineka Cipta, hal. 167 11 Prof. Miriam Budiardjo. 2008. Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, hal. 62 14 Dalam defenisi tersebut, Parsons menekankan kekuasaan merupakan kemampuan untuk menjamin terlaksananya kewajiban-kewajiban yang mengikat oleh kesatuan-kesatuan dalam suatu sistem organisasi kolektif. Kewajiban adalah sah jika menyangkut tujuan-tujuan kolektif. Jika ada perlawanan, maka pemaksaan melalui sanksi-sanksi negatif dianggap wajar untuk dilakukan. 12 Kemudian muncul dua istilah yang menyangkut dengan kekuasaan, yaitu scope of power dan domain of power. Scope of power atau cakupan kekuasaan menunjuk pada kegiatan, perilaku, serta sikap dan keputusan-keputusan yang menjadi objek kekuasaan. Sedangkan domain of power wilayah kekuasaan menjawab pertanyaan siapa-siapa saja yang dikuasai oleh orang atau kelompok yang berkuasa, artinya istilah ini mengarah pada pelaku, kelompok organisasi atau kolektivitas yang dikuasai 13

I. 7. 1. 1 Trias Politica

Dokumen yang terkait

Pelaksanaan Fungsi Maujana Nagori Dalam Mewujudkan Good Governance (Studi Pada Nagori Tanjung Pasir, Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun)

6 172 108

Optimalisasi Tugas Pokok dan Fungsi Maujana Nagori dalam Pembangunan Desa di Nagori Mekar Sari Raya Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun

0 0 10

Optimalisasi Tugas Pokok dan Fungsi Maujana Nagori dalam Pembangunan Desa di Nagori Mekar Sari Raya Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun

1 3 1

Optimalisasi Tugas Pokok dan Fungsi Maujana Nagori dalam Pembangunan Desa di Nagori Mekar Sari Raya Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun

0 3 7

Optimalisasi Tugas Pokok dan Fungsi Maujana Nagori dalam Pembangunan Desa di Nagori Mekar Sari Raya Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun

0 2 24

Optimalisasi Tugas Pokok dan Fungsi Maujana Nagori dalam Pembangunan Desa di Nagori Mekar Sari Raya Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun

0 3 2

Hubungan Politik antara Pangulu dan Maujana Nagori di Nagori Tiga Ras, Kecamatan Dolok Pardamean, Kabupaten Simalungun pada periode 2008-2015

0 1 24

BAB II PROFIL NAGORI TIGA RAS, KECAMATAN DOLOK PARDAMEAN, KABUPATEN SIMALUNGUN II. 1 Kabupaten Simalungun - Hubungan Politik antara Pangulu dan Maujana Nagori di Nagori Tiga Ras, Kecamatan Dolok Pardamean, Kabupaten Simalungun pada periode 2008-2015

0 1 33

BAB I PENDAHULUAN I. 1 L.atar Belakang - Hubungan Politik antara Pangulu dan Maujana Nagori di Nagori Tiga Ras, Kecamatan Dolok Pardamean, Kabupaten Simalungun pada periode 2008-2015

0 0 44

HUBUNGAN POLITIK ANTARA PANGULU DENGAN MAUJANA NAGORI DI NAGORI TIGA RAS, KECAMATAN DOLOK PARDAMEAN, KABUPATEN SIMALUNGUN PERIODE 2008-2015 NOVELLI GIRSANG 110906046

0 0 7