Keselamatan kerja dalam pemotongan Rangkuman
BAB. 9
___________________________________________________________
____________________________________________________________ Prinsip dasar pembentukan logam merupakan proses yang dilakukan
dengan cara memberikan perubahan bentuk pada benda kerja. Perubahan bentuk ini dapat dilakukan dengan cara memberikan gaya luar sehingga
terjadi deformasi plastis. Aplikasi pembentukan logam ini dapat dilihat pada beberapa contohnya seperti pengerolan rolling, pembengkokan bending,
tempa forging, ekstrusi extruding, penarikan kawat wire drawing, penarikan dalam deep drawing, dan lain-lain. Dalam proses pembentukan
logam inipun digunakan perkakas tooling yang fungsinya memberikan gaya terhadap benda kerja, serta mengarahkan perubahan bentuknya.
Secara makroskopis, deformasi dapat dilihat sebagai perubahan bentuk dan ukuran. Perubahan bentuk yang terjadi dapat dibedakan atas deformasi
elastis dan deformasi plastis. Deformasi elastis adalah perubahan bentuk yang terjadi bila ada gaya yang
bekerja, serta akan hilang bila bebannya ditiadakan. Dengan kata lain bila beban ditiadakan, maka benda akan kembali ke bentuk dan ukuran semula.
Sedangkan deformasi plastis adalah perubahan bentuk yang permanen, meskipun bebannya dihilangkan maka kondisi benda akan tetap berbah
bentuknya sesuai dengan bentuk yang dikenakan pada benda tersebut. Kemampuan untuk menghasilkan berbagai bentuk dari lembaran logam
datar dengan laju produksi yang tinggi merupakan kemajuan teknologi pembentukan pelat yang sedang mengalami perkembangan.
Perkembangan ini ditandai dengan digunakannya sistem hidrolik sebagai penggerak untuk proses pembentukan. Penggunaan sistem hidrolik sebagai
PROSES PEM BEN T U K AN
alat penekan atau press dalam proses pembentukan ini sangat menguntungkan. Keuntungan ini diantaranya adalah sistem hidrolik yang
digunakan dapat dengan mudah dikontrol, baik tekanannya maupun langkah-langkah penekan. Sistem hidrolik menggunakan katup-katup
kontrol dengan selenoid dan manual. Katup selenoid ini memudahkan sistem hidrolik untuk dikontrol sehingga pemanfaatan untuk proses
pembentukan sangat mendukung. Apalagi untuk proses yang digerakan secara otomatis dan berkelanjutan. Peralihan dari proses pembentukan
dengan tangan ke metode produksi besar-besaran menjadi faktor penting dalam meningkatkan standar kehidupan selama periode perkembangan
tersebut. 9.1. Proses Pengerjaan Dingin
Proses pengerjaan dingin cold working yang merupakan pembentukan plastis logam di bawah suhu rekristalisasi pada
umumnya dilakukan disuhu kamar jadi tanpa pemanasan benda kerja. Suhu rekristalisasi yang dimaksud adalah suhu pada saat bahan
logam akan mengalami perobahan struktur mikro. Perobahan struktur mikro ini akan mengakibatkan perobahan karakteristik bahan logam
tersebut. Cold working sangat baik untuk produksi massal, mengingat diperlukannnya mesin-mesin yang kuat dan perkakas yang mahal.
Produk-produk yang dibuat biasanya harganya sangat rendah. Selain itu material yang menjadi sampah relatif lebih kecil daripada proses
pemesinan. Pada kondisi ini logam yang dideformasi mengalami peristiwa
pengerasan regangan strain-hardening. Logam akan bersifat makin keras dan makin kuat tetapi makin getas bila mengalami deformasi.
Hal ini menyebabkan relatif kecilnya deformasi yang dapat diberikan pada proses pengerjaan dingin. Bila dipaksakan suatu perubahan
bentuk yang besar, maka benda kerja akan retak akibat sifat getasnya. Proses pengerjaan dingin tetap menempati kedudukan yang khusus,
dalam rangkaian proses pengerjaan. Langkah deformasi yang awal biasanya adalah pada temperatur tinggi. Misalnya proses pengerolan
panas. Balok ingot, billet ataupun slab di rol panas menjadi bentuk yang lebih tipis, misalnya pelat. Pada tahapan tersebut deformasi yang
dapat diberikan relatif besar. Namun proses pengerolan panas ini tidak dapat dilanjutkan pada pelat yang relatif tipis. Memang mungkin saja
suatu gulungan pelat dipanaskan terlebih dahulu pada tungku sampai temperaturnya melewati temperatur rekristalisasi. Akan tetapi bila pelat
tersebut di rol, maka temperaturnya akan cepat turun sampai di bawah temperatur rekristalisasi. Hal ini disebabkan oleh besarnya panas yang
berpindah dari pelat ke sekitarnya. Pelat yang tipis akan lebih cepat mengalami penurunan temperatur dari pada pelat yang tebal.