Peneliti :Program apa sajakah yang dilakukan Dinas Pendidikan

171 LAPORAN HASIL WAWANCARA DENGAN LEMBAGA PENDIDIKAN FORMAL YANG MENJADI SOSIALISASI PUG A. Waktu Pelaksanaan HariTanggal : Selasa, 7 Juli 2014 Tempat : SMA N 1 Prambanan Waktu : 10.00 – 11.00 B. Identitas Diri Responden Inisial : SH Jenis Kelamin : Laki-laki Pendidikan : S2 Usia :43 Tahun Agama : Islam Pekerjaan : Guru Jabatan : Kepala Sekolah

C. Daftar Pertanyaan 1. Peneliti

:Apakah Dinas Pendidikan melakukan Implementasi Kebijakan Pengarusutamaan Gender di sekolah ini? Informan :“Baru tahap sosisialisasi.”

2. Peneliti :Program apa sajakah yang dilakukan Dinas Pendidikan

dalam melaksanakan Pengarusutamaan Gender di sekolah ini? Informan :“Berarti ya belum ada. Baru tahap sosialisasi.”

3. Peneliti :Bagaimana pendapat bapakibu guru terkait Implementasi

Kebijakan Pengarusutamaan Gender di sekolah ini? Informan :”Diupayakan tidak ada, emansiapasi it tetep, tidak kemudian laki-laki sebagai pemimpin dasarnya profesional, satu profesional dua pemerataan. Tapi pertama tetap profesional, sekolah, kemudian jabatan-jabatan di sekolah ya tidak contohnya kemarin wakil kepala sekolah itu kita pilih secara terbuka, bapak ibu komposisinya sama tidak ada rasio juga, kemudian terpilih itu putri ya sudah, nah itu amanat standar proses. Jadi kemudian sarana prasarana itu kan terkesan tidak harus seperti itu, mereka punya anak buah dalam pelaksanaan bapak- bapak ikut melaksanakan perencanaan, pelaksanaan, pelaporan. Kemudian kalau naik itu kan dari unsur pelaksana. Itu saja yang sederhana yang secara khusus apakah program pengarusutamaan itu secara khusus ya apa ya kalau Darma Wanita ya jelas. Darma Wanita 172 gender, tapi kalau prinsip keterlibatan ibu-ibu di sekolah ini pun ada, kegiatan bersama bapak ibu, saya pikir tidak banyak kegiatan, tapi kalau dimanajemen itu tidak membedakan bapak ibu, dan semua memiliki peluang yang sama untuk menjadi bagian dari manajemen ada diskriminasi. Disini guru olahraga juga putri dan tidak mengurangi apapun, jalan saja. Dan memang pada tahap awal kalau guru tidak tetap itu pasti ada rasa gimana-gimana tapi bukan karna gender tapi lebih karna posisi guru tidak tetap. Ini wakil kepala sekolah urusan kurikulum juga, sarana prasarana putri, kemarin ada kegiatan peningkatan mutu itu putri juga, terus siswanya sebagian besar putri juga. Kegiatan OSIS umum tidak kemudian kegiatan-kegiatannya putri, kemarin ada kegiatan mbak mas pada kartinian.”

4. Peneliti :Sejauh mana Kebijakan Pengarusutamaan Gender

diterapkan di sekolah ini? Informan :“Kaitannya dengan dinas, dinas mau tahap sosialisasi atau implementasi sebernarnya sekolah ini harus berjalan. Prinsip pendidikan dan kegiatan pengarusutamaan gender di sekolah ini ada. sehingga tidak kemudian program ini dari dinas kemudian kita melaksanakan ini, tapi sekolah melaksanakan atas inisiatif sendri, termasuk apa namanya ini komposisi wakil kepala sekolah putra putri, kemudian di tingkt pengurusan osis putra putri, jabatan-jabatan di sekolah putra putri itu sudah tidak ada diskriminasi. Intinya seperti itu.”

5. Peneliti :Sudah efektifkan program-program yang dilakukan oleh

Dinas Pendidikan tersebut bagi sekolah ini? Informan :“Sekolah ini kan baru tahap sosialisasi, sehingga tahu efektif tidaknya ya dilihat saja program-program di dinas, apa kemudian di sekolh itu sudah seperti yang disana belum, kalau di sekolah sudah seperti yang disana berarti efektif.” “Tapi kalau mau melihat sudah efektifkah saya tidak punya secara standar khusus, program pengarusutamaan gender itu hanya terintegrasi dalam pengelolaan sekolah, tidak kemudian ohh.. ini khusus ini, darma wanita itu gender tapi pengajian tidak gender.”

6. Peneliti :Faktor pendukung dan penghambat apa sajakah yang

selama ini terdapat dalam implementasi kebijakan tersebut? Informan :“Faktor pendukngnya kan ya kesiapan teman-teman untuk menerima, jadi mereka welcome, kegiatan ini ditunjuk oleh teman yang lain mereka bisa atau mau ya bukan karna ibu-ibu ngurus rumah tidak mau tapi ya mau, mereka loyal pad tugas. Faktor Penghambat ya itu naluri kewanitaan saja, bahwa ibu harus ini itu, sehingga kadang-kadang kalau ada kegiatan-kegiatan yang kalau sudah waktu pulang ya tetep pulang tapi