43 Workshop Penyusunan Bahan Ajar yang Responsif Gender Pokja PUG
bidang Pendidikan, Fasilitasi Implementasi SPBG serta PKBG. Lembaga yang dijadikan model dalam Pendidikan Non Formal adalah PKBM
Ngundi Ngelmu. Pendidikan In Formal meliputi: 1 Perencanaan Pengajaran Responsif Gender, 2 Implementasi Pendidikan Keluarga
Berwawasan Gender, 3 Pemantauan dan Evaluasi. Adapun program tersebut meliputi: Pertemuan Rutin Pokja PUG, Monitoring dan Evaluasi,
Pelaporan Kegiatan. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini yaitu sama-
sama mendeskripsikan
mengenai implementasi
kebijakan pengarusutamaan geender di dinas pendidikan. Perbedaan penelitian
tersebut dengan penelitian ini adalah fokus implementasi kebijakan pengarusutamaan gender yang masih sebatas sosialisasi.
F. Kerangka Berpikir
Sesuai dengan Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional bahwa dalam rangka
meningkatkan kedudukan, peran dan kualitas perempuan, serta upaya mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender dalam kehidupan berkeluarga,
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dipandang perlu untuk dilakukan strategi pengarusutamaan gender ke dalam seluruh proses pembangunan
nasional. Pelaksanaan pengarusutamaan gender dalam pendidikan telah diatur
44 dalam Permendiknas Nomor 84 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengarusutamaan Gender dalam Bidang Pendidikan. Pelaksanaan PUG sesuai dengan Permendiknas Nomor 84 Tahun 2008
bahwa pelaksanaan PUG dilaksanaan di Provinsi, KabupatenKota, serta di satuan pendidikan. Pelaksanaan PUG di satuan pendidikan dilaksanakan oleh
Dinas Pendidikan. Dalam penelitian ini setting penelitian adalah di Dinas Pendidikan Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah. Sesuai dengan amanat
Permendiknas Nomor 84 Tahun 2008 tentang pelaksanaan PUG dalam pendidikan, Dinas Pendidikan Kabupaten Klaten melaksanakan kegiatan
sosialisasi pengarusutamaan gender sebagai bentuk implementasi kebijakan PUG.
Proses implementasi kebijakan pengarusutamaan gender di Dinas Pendidikan Kabupaten Klaten, peneliti mengamati dari 4 aspek yakni
komunikasi, sumberdaya, disposisi dan struktur birokrasi. Sasaran kegiatan sosialisasi Pengarusutamaan Gender PUG yang dilaksanakan Dinas
Pendidikan Kabupaten Klaten adalah Pendidikan Formal yakni sekolah dan Pendidikan Non Formal. Melaui penelitian tentang implementasi kebijakan
Pengarusutamaan gender dapat diketahui tingkat ketercapaian implementasi PUG di Dinas Pendidikan Kabupaten Klaten. Tujuan yang hendak dicapai
dalam kegiatan sosialisasi pengarusutamaan gender dalam pendidikan adalah adanya pemahaman, kesetaraan, serta penerapan pengarusutamaan gender di
sekolahlembaga pendidikan. Sehingga dari kegiatan sosialisasi yang
45 dilakukan oleh Dinas Pendidikan tersebut dapat terwujud kesetaraan gender
sebagai bentuk implementasi kebijakan PUG dalam Pendidikan.
Gambar 4. Kerangka Pikir
Inpres Nomor 9 Tahun 2000
Dinas Pendidikan
Pengarusutamaan Gender PUG
Implementasi Kebijakan PUG dalam Pendidikan
Pendidikan Formal
Pendidikan Non formal
Outcome: Pemahaman, Kesetaraan,
penerapan PUG di sekolah lembaga
Kesetaraan Gender
Ketimpangn Gender
SosialisasiSasaran Permendiknas Nomor
84 Tahun 2008
Komunikasi Sumber Daya
Disposisi Pelaksana
Struktur Birokrasi
46
G. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir yang dibangun dalam penelitian ini, maka pertanyaan penelitiannya adalah :
1. Bagaimana proses implementasi kebijakan pengarusutamaan gender di Dinas Pendidikan Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah?
2. Seperti apa program yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah dalam melaksanakan kebijakan
pengarusutamaan gender? 3. Seperti apa pelaksanaan pengarusutamaan gender pada pendidikan formal
dan non formal guna mendukung realisasi kebijakan pengarusutamaan gender bidang pendidikan?
4. Bagaimana kesetaraan gender pada pendidikan formal dan non formal? 5. Apa sajakah faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi
kebijakan pengarusutamaan gender PUG dalam pendidikan di Dinas Pendidikan Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah?
6. Apa sajakah faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pengarusutamaan gender pada pendidikan formal dan non formal?