c. Kesiapsiagaan Evaluasi penanggulangan bencana di Indonesia (Lesson learned 2006-2007)

53 mengalami bencana karena terletak di antara lempeng Euroasia dan lempeng Indoaustralia. Kondisi demikian semakin dinilai perlu disikapi secara positif, apalagi setelah terjadi gempa dan tsunami Aceh tahun 2004, lalu disusul gempa–tsunami Mentawai-Nias 2005. Mentawai yang merupakan bagian dari Kabupaten Padang Pariaman kemudian dijadikan Kabupaten otonomi, secara langsung mempengaruhi kebijakan Pemda Sumbar dalam penanggulangan bencana. Kondisi demikian semakin memotivasi seluruh komponen masyarakat Sumatera Barat untuk menyiapkan langkah langkah dini penanggulangan bencana, terlebih lagi pada 6 Maret 2007 disusul 12-13 September 2007 terjadi gempa dengan magnitude cukup besar 6.5-6.7 SR. Keberhasilan Pemprov Sumatera Barat dapat dilihat dari keberhasilannya dalam mensosialisasikan prosedur penanggulangan bencana sehingga mampu menghadapi bencana pada saat tanggap darurat dengan berhasil menekan jumlah korban bencana mitigasi pada saat bencana gempa bumi-tsunami, tanggal 12-13 September 2007. Menurut sekretaris Satlak PBP Kabupaten Padang Pariaman, kesiapsiagaan tersebut dilandasi oleh motivasi pemerintah daerah saat memaknai dialog antara Presiden RI dengan masyarakat Pangandaran Ciamis, Jawa Barat tentang sejauhmana masyarakat telah mampu mengatasi bencana. “Seandainya Presiden bertanya perihal yang sama, maka Pemda dan masyarakat Sumatera Barat harus siap memaksimumkan upaya mitigasi agar mampu meminimalkan korban manusia dan harta benda”. Di Sumatera Barat ada empat BMG dengan fungsi tugas yang berbeda-beda. BMG Padang Panjang sebagai Geophysics Regional Center monitoring gempa geofisikkebumian, BMG Tabing untuk cuaca penerbangan, BMG Teluk Bayur untuk kemaritiman, dan BMG Sicincin untuk cuaca pertanian. Di seluruh Indonesia selain BMG Padang Panjang, ada 10 BMG yang berstatus sebagai Pusat Regional Geofisika, antara lain, Bali dan Manado sebagai Stasiun back up Jakarta, kemudian Makassar, Medan, dll. Sensor gempa ada 48 di seluruh Indonesia, dan semua statiun BMG yang 10 bisa memonitor ke 48 sensor tersebut karena sudah ada sistem online. Stasiun BMG geofisika seperti yang ada di Padang Panjang dapat memonitor dan menyajikan informasi terjadinya gempa di seluruh wilayah Indonesia, dan secara instan masyarakat dapat mengakses informasi gempa tersebut melaui SMS dengan cara mengirim SMS dari telepon genggam ke nomor 2303 dengan isi pesan “Ga”. 54 BMG Padang Panjang telah menerima peralatan sirine siaga tsunami dari pemerintah. Perlengkapan tersebut telah diinstal di enam lokasi pantai pada November 2006, yaitu di Painan Pesisir Selatan, Alai Gelombang Padang Pariaman, Tiku Selatan Lubuk Basung-Agam, Korong Campogo Agam, Sasak Pasaman Barat dan di Rimbo Kaluang Padang. Di Kota Bukit Tinggi belum dibangun stasiun pemancar dan sirine tanda bahaya, sehingga pada masa depan perlu diadakan pembangunan perangkat demikian lihat Gambar . Radius bunyi sirine bisa didengar pada jarak 2-3 km. Jumlah sirine masih sangat kurang mengingat panjang pantai Sumbar adalah 250 km. Sirine yang disediakan BMG sebenarnya hanya sebagai percontohan, selanjutnya Pemda harus menambah sendiri sesuai kebutuhan daerahnya, kemudian diintegrasikan dengan sistem sirine yang ada di BMG. Sistem peringatan dini yang ada di stasiun BMG di Kota Padang Panjang mampu dijangkau informasinya di Kota Bukit Tinggi terutama informasi gempa seismik. Informasi gempa maupun tsunami dari BMG secara koordinatif akan direspons oleh Wali Kota Bukit Tinggi yang akan diteruskan kepada Tim SATLAK PBP untuk segera bertindak dan menyeru masyarakat siap siaga mewaspadai bencana. Gambar 5.5. Lokasi Sirene di Sumatera Barat Tahun 2006 Kewenangan BMG menyiarkan informasi gempa dan menekan tombol sirine sebagai peringatan dini masih dirasakan pimpinan BMG Padang Panjang sebagai beban dan tugas yang kurang pas. Menekan tombol sirine siaga sebagai SASAK RANAH DATAR PASAMAN BARAT TIKU SELATAN TANJUNG MUTIARA KORONG CAMPOGO ALAI GELOMBANG PARIAMAN TENGAH RIMBO KALUANG PADANG BARAT KOTA PADANG PAINAN IV JURAI B B M M 55 bagian dari early warning tsunami memiliki konsekwensi instruksi evakuasi. Dengan demikian tugas koordinatif untuk memutuskan kapan sirine harus dibunyikan dan masyarakat harus melakukan evakuasi dari lokasi pesisir mesti dilakukan oleh otoritas kepala daerah GubernurBupatiWalikota. Pemerintah Provinsi juga menyediakan bahan-bahan dan peralatan yang dibagikan pada situasi tanggap darurat bencana. Bahan-bahan dan peralatannya antara lain: 1. Kotak P3K dan buku petunjuk penggunaannya 2. Senter, pisau lipat, kompor portabel, lilin dan korek api 3. Radio baterai 4. Alat pemadam kebakaran 5. Masker dan tabung oksigen 6. Makanan dan minuman suplemen 7. Sepatualas kaki, selimut, pakaian cadangan 8. Identitas diri dan uang tunai secukupnya

1.1.1.6 d. Modal Sosial Social Capital

UU No. 34 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberikan tempat kembali kepada satuan pemerintahan setingkat desa bagi daerah-daerah yang memiliki pemerintahan adat. Di Sumatera Barat di kenal istilah nagari sebagai pemerintahan adat setingkat desa. Nagari di kepala seorang wali nagari. Badan-badan kelengkapan nagari atau disebut kerapatan adat nagari diketuai seorang ketua KAN Kerapatan Adat Nagari. KAN terdiri dari unsur ninik mama, yaitu dewan lembaga yang mengepalai kaum, kemudian bundo kandung. Selain itu unsur KAN lainnya adalah cendekiawan dan alim ulama, dan unsur pemuda . Badan lainnya adalah BPRM Badan Perwakilan Rakyat Nagari. Setingkat dengan kampung ada satuan jorong yang dikepalai seorang wali jorong. Kaum terdiri dari beberapa keluarga inti, dan datuk adalah kepala kaum. Di dalam kaum terdapat petugas-petugas yang dinamai malin yang bertugas mendidik moral masyarakat karena itu malin harus bisa mengaji Alqur’an. Kemudian ada dubalang, yaitu petugas ‘kepolisian’ yang diberi wewenang menindak warga dengan cara kekerasan apabila menyimpang dari adat. Terakhir adalah manti, yaitu wakil datuk. 56 Suatu kaum memiliki tanah ulayat, pandam pekuburan dan rumah gadang. Hubungan sosial dan pemeliharaan adat terjadi pada lingkup kaum dan nagari. Pelajaran etika, adat, agama terjalin menjadi satu baik di lingkup kaum maupun di nagari. Sehingga dikenal masyarakat minang dikenal istilah adat basandi syara, syara basandi kitabullah, yang artinya kira-kira adat berlandaskan kepada aturan etika, dan aturan etika berlandaskan Alqur’an. Jadi masyarakat minang pada dasarnya adalah masyarakat yang sangat agamis yang menjunjung tinggi etika kejujuran, persaudaraan, dsb. Itu semua menjadi modal sosial dasar pengembangan masyarakat termasuk dalam hal menanggulangi bencana. Masyarakat sangat dominan berperan mengatasi korban bencana terutama karena dilandasi oleh nilai-nilai kekerabatan tadi. Kondisi demikian menyebabkan penangananpelayanan kondisi darurat seperti pendirian tenda dan dapur umum meskipun tetap dilakukan namun ” beban” tim satkorlak- satlak-satgas PB terkurangi, karena sebagian korban gempa telah dirawat atau diringankan bebannya oleh kerabatnya. Tanggap Darurat

1.1.1.7 a. Kesiapsiagaan

Preparadness Masa Tanggap Darurat Pada saat kesiapsiagaan sebelum ditetapkannya kondisi tanggap darurat, peran BMG sebagai penanggung jawab sirine dan sumber informasi sangat penting. Institusi BMG merasa bahwa tugasnya adalah menyampaikan informasi bahwa ancaman bencana menjadi kondisi “tanggap darurat”.Otoritas Pemerintah Provinsi Sumatera Barat yang seharusnya memutuskan kondisi tanggap darurat segera melakukan verifikasi. Dalam kasus bencana di Sumatera Barat, tahap preparadness tidak berlaku karena bencana terjadi secara tiba-tiba sehingga langsung pada tahap penanganan korban bencana. Jika kondisi tanggap darurat telah ditetapkan terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan, antara lain: 1. Penanganan Pengungsi : Penanganan pengungsi pada kondisi sebelum terjadi bencana, tetapi sudah dinyatakan sebagai masa “tanggap darurat”. 2. Distribusi logistik: mempersiapkan bahan pangan, tempat pengungsian, dan kesehatan. 3. Mobilisasi personil. Semua lembaga yang bertanggung jawab dalam penanggulangan bencana harus sudah siapdi lapangan dan terus memantau status ancaman bencana.