Penanganan Korban Pasca Bencana

80 sementara jumlah tenaga medis terbatas. Hal ini terjadi karena tim medis kabupaten dan provinsi terkosentrasi di kabupaten Sleman mengatisipasi bencana erupsi Merapi. Pencarian dan evakuasi korban erupsi Merapi, pada kasus erupsi lahar panas, tanggal 14 Juni 2006, dimana terdapat dua orang petugasrelawan terjebak dalam RULINDA Ruang Lindung darurat khusus untuk perlindungan bencana awan panas terkubur material lahar panas. Sedangkan penanganan korban luka dilakukan oleh tim medis PMI dan Rumah sakit Dr. Sardjito baik dilokasi bencana pos komando di kecamatan Turi maupun didalam mobil Ambulance yang mobil di lokasi maupun dirujuk ke rumah sakit terdekat. Untuk penanganan kerusakan fisik pasca bencana, sudah dilakukan tahap-tahap seperti pendataan kerusakan fisik rumah-bangunan dan fasilitas infra struktur, korban jiwa dan ternak peliharaan warga. Pendataan sampai ke tingkat rukun tetangga RT yang dipandang sangat paham terhadap keberadaan warganya.

1.1.1.42 1.1.1.43

f. Kebijakan Penanggulangan Bencana

Kepercayaan trust yang diberikan oleh pihak perbankan, atas inisiasi Gubernur lebih dipandang rakyat sebagai Raja-Sultan diwujudkan oleh lembaga perbankan melalui kebijakan pemberian masa tenggang waktu dan fasilitasi pencicilan kredit pinjaman. Model pemberdayaan masyarakat dengan pendekatan demikian tampaknya lebih sesuai karena masyarakat merasa ”diwongkan” ditempatkan sebagai manusia yang mampuberdaya. Semangat untuk bangkit inilah yang merupakan salah satu modal sosial masyarakat DIY yang tidak muncul pada masyarakat lain yang sama-sama mengalami bencana alam. Budaya yang kuat melekat pada warga DIY, sebagaimana berwujud tunduk- patuh kepada pimpinan tentu pimpinan yang amanah menjadi faktor penentu keberhasilan penanggulanganpenanganan bencana. Faktor ini pula yang dijadikan media alat untuk mensosialisasikan sistem penanggulangan bencana seperti yang dilakukan dalam antisipasi bencana Merapi dan atau Angin Puting Beliung di Kabupaten Sleman. Sistem Mitigasi bencana Merapi dan Puting Beliung di Kabupaten Sleman DIY, dapat dijadikan contoh bagaimana menyatunya masyarakat dengan aparat pemerintahannya untuk bersama-sama menanggulangi bencana. Bahkan jika di wilayah kabupaten lain seperti Bantul, Kulon Progo, Gunung Kidul dll. , penanganan bencana merupakan bagian dari 81 Dinas Kesbanglinmas, namun di Kabupaten Sleman penanganan bencana dalam wadah dinas tersendiri, yaitu P3BA Dinas Pengairan, Pertambangan dan Penanggulangan Bencana Alam. Rencana Aksi Daerah, merupakan salah satu proses pemulihan, dimana ”Silaturahmi untuk menghilangkan friksi-friksi”, menjadi roh perhelatan tersebut. Suatu bentuk rekonsiliasi rujuk agar para pihakstake holder yang terlibat baik pejabat, masyarakat, LSM atau pihak lainnya sama-sama sepakat untuk bertindak membangun kembali DIY dalam nuansa kerjasama saling mengisi demi kebaikan bersama. Kebijakan dalam rangka pemulihan sektor ekonomi dapat dilihat pada pemberian keringanan pada pengusaha yang terkena bencana sedangkan kebijakan dalam penanganan aspek psikologis korban diwujudkan dengan dibukanya Training Center. Kebijakan dalam bidang pendidikan dapat dilihat dalam bentuk regrouping sekolah dan rehabilitasi sekolah. Kebijakan sektor pertanian diwujudkan dalam bentuk pemberian bantuan bibit dan membangun infrastruktur irigasi. Kebijakan dalam rehabilitasi dan rekonstruksi dituangkan dalam bentuk: 1. Rehabilitasi perumahan dan permukiman; kebijakan ini ditujukan untuk menyediakan perumahan dan permukiman tahan gempa yang lebih sehat, lebih tertib, lebih teratur dengan sarana dan prasarana pendukungnya dengan memperhatikan aspirasi dan kebutuhan masyarakat. 2. Rehabilitasi sarana dan prasarana publik; kebijakan ini bertujuan untuk mengembalikan fungsí sarana dan prasarana layanan publik yang diarahkan untuk mendukung revitalisasi kehidupan sosial dan perekonomian daerah. 3. Revitalisasi perekonomian daerah dan masyarakat; kebijakan ini bertujuan untuk memberikan dukungan dalam rangka menstimulasi dan mendorong kembali aktivitas perekonomian lokal dan pendapatan masyarakat. Ketiga kebijakan ini penting untuk dilakukan, karena pemerintah baik di pusat maupun di daerah hanya akan membantu pembiayaan rehabilitasi sektor publik, dan akan memberikan dukungan pada sektor swasta untuk dapat melakukan rehabilitasi, Selain prioritas program yang harus diperhatikan dalam rehabilitasi dan rekonstruksi, pelaksanaannya harus mencakup prinsip berikut ini ; 1. Dilaksanakan dengan prinsip pembangunan berkelanjutan, sehingga kegiatan pembangunan perlu memperhatikan dampak jangka panjang;