dapat mempengaruhi hasil eksperimen yang diperoleh siswa. Sikap antusias pada proses sains ditunjukkan ketika siswa dapat fokus saat kegiatan eksperimen.
Siswa yang fokus akan memperhatikan prosedur kerja dengan baik dan tidak banyak bermain-main saat kegiatan eksperimen. Sikap menanyakan setiap
langkah kegiatan dapat diamati ketika siswa dapat mengajukan pertanyaan tentang hal yang berhubungan kegiatan yang dilakukan siswa.
Pemilihan indikator curiosity disesuaikan dengan materi pelajaran yang disampaikan. Indikator curiosity yang digunakan adalah perpaduan indikator
curiosity oleh Harlen dan indikator rasa ingin tahu yang terdapat pada buku Panduan Budaya dan Karakter Bangsa, sebagaimana terdapat pada Tabel 2.3. dan
2.4. Empat indikator curiosity oleh Harlen digunakan semua. Indikator curiosity pada buku Panduan Budaya dan Karakter Bangsa yang digunakan adalah bertanya
kepada guru dan teman tentang materi pelajaran, dan bertanya kepada guru tentang sesuatu yang didengar dari ibu, bapak, teman, radio, atau televise
Kemendiknas 2010.
2.4 Tinjauan Materi Pemuaian di SMP
Materi pemuaian di SMP termasuk dalam kelompok mata pelajaran IPA. Standar Kompetensi materi pemuaian di SMP adalah memahami wujud dan
perubahan zat, dan Kompetensi Dasar melakukan percobaan yang berkaitan dengan pemuaian dalam kehidupan sehari-hari. Materi pemuaian mencakup
pemuaian zat padat, zat cair, dan gas. Pemuaian adalah proses alam yang banyak terjadi di lingkungan sekitar, dan banyak diaplikasikan dalam kehidupan sehari-
hari, baik manfaat dan dampak negatif. Pembelajaran materi pemuaian biasanya
berupa penyampaian materi dan pemberian contoh, jarang pembelajaran yang menjelaskan konsep pemuaian dengan memperlihatkan bagaimana pemuaian
terjadi. Proses pembelajaran IPA di SMP seharusnya mengutamakan pemahaman konsep dan proses penemuan konsep. Penelitian yang dilakukan adalah penerapan
model pembelajaran Conceptual Understanding Procedures CUPs pada pokok bahasan pemuaian. Alasannya adalah model pembelajaran CUPs dikembangkan
dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme dan pembelajaran kooperatif yang sesuai dengan karakteristik materi pemuaian di SMP. Indikator pembelajaran
materi pemuain dibuat dengan mengacu SK dan KD disajikan dalam Tabel 2.5. Tabel 2.5. Indikator pembelajaran materi pemuaian
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Indikator 3. Memahami
wujud zat dan perubahannya
3.3 Melakukan percobaan
yang berkaitan
dengan pemuain
dalam kehidupan
sehari-hari 1. Mengamati proses pemuaian zat padat
2. Mengamati proses pemuaian zat cair 3. Mengamati proses pemuaian gas
4. Melakukan percobaan sederhana untuk menunjukkan terjadinya pemuaian zat padat
5. Melakukan percobaan sederhana untuk menunjukkan terjadinya pemuaian cair
6. Melakukan percobaan sederhana untuk menunjukkan terjadinya pemuaian gas
7. Mengamati perbedaan proses pemuaian volume pada pemuaian beberapa jenis zat cair
8. Menerapan prinsip pemuaian zat padat dalam kehidupan sehari-hari
9. Menunjukkan penerapan prinsip pemuaian zat cair dalam kehidupan sehari-hari
10. Menunjukkan penerapan prinsip pemuaian zat gas dalam kehidupan sehari-hari
Berdasarkan uraian yang telah disampaikan, model pembelajaran CUPs terdiri atas tiga fase kegiatan. Fase pertama adalah kerja individu, pada fase ini
pembelajaran yang dilakukan menggunakan pendekatan konstruktivisme. Hubungan materi pemuaian dengan pembelajaran konstruktivisme, dapat
ditunjukkan dengan menggunakan indikator pertama, yaitu mengamati proses
pemuaian zat padat, seperti yang terdapat pada Tabel 2.5. Proses pemuaian zat
pada banyak terjadi di lingkungan sekitar, namun untuk mengamati prosesnya dibutuhkan waktu yang lama. Demonstrasi sederhana yang menjelaskan konsep
pemuaian, membantu menjelaskan konsep pemuaian dengan lebih mudah. Siswa dapat menghubungkan antara pengetahuan yang sudah dimiliki, dengan informasi
yang diperoleh dari demonstrasi pemuaian zat padat. Pembangunan pemahaman siswa difasilitasi dengan LKS individu. Siswa diarahkan untuk memberikan
jawaban yang dapat membangun pemahaman konsep. Kegiatan demonstrasi juga dapat meningkatkan curiosity siswa. Curiosity sangat penting dalam suatu proses
belajar, karena dapat menimbulkan motivasi internal siswa untuk lebih mendalami materi pemuaian.
Fase kedua model pembelajaran CUPs adalah kerja kelompok, kegiatan ini sesuai dengan indikator keempat. Model pembelajaran CUPs memperkuat nilai
pembelajaran kooperatif dengan kegiatan kelompok. Melakukan percobaan sederhana untuk menunjukkan terjadinya pemuaian zat padat dilakukan oleh
siswa secara berkelompok. Kegiatan kerja kelompok dapat membantu siswa mengkonstruksi pemahaman konsep yang telah dimiliki dengan cara bertukar
pikiran dengan teman satu kelompok. Kesimpulannya adalah materi pemuaian di
SMP memiliki karakteristik yang bisa disampaikan dengan model pembelajaran CUPs.
2.5 Materi Pemuaian