Nestlé Good Manufacturing Practice NGMP

6 HACCP juga merupakan pertimbangan utama dalam rantai suplai produk pangan, dimulai dari desain produk dan sumber bahan baku, termasuk aplikasi proses pada supplier, proses produksi, dan distribusi hingga persiapan dan konsumsi oleh konsumen akhir. Hal ini diistilahkan dengan “From Farm To Table”. Tanggung jawab manajemen adalah untuk menjamin bahwa tiap- tiap pabrik yang beroperasi benar-benar menjalankan HACCP. Sistem HACCP harus diterapkan oleh seluruh unit Nestlé di seluruh dunia. Dalam penerapannya, PT. Nestlé yang berkedudukan di Swiss telah menyusun panduan untuk menerapkan atau melakukan studi HACCP. Dengan demikian penerapan HACCP dilakukan seragam sesuai dengan standar Nestlé. Hal ini akan sangat berguna untuk mengembangkan sistem HACCP. Studi terhadap HACCP bertujuan mengevaluasi kemungkinan bahaya keamanan pangan, menghilangkan bahaya tersebut jika memungkinkan atau untuk menemukan cara dalam mengendalikan bahaya sampai pada tingkat yang aman. Studi tersebut merupakan cara untuk menemukan tahap kritis dalam rantai produksi dan distribusi yang harus dikendalikan untuk menjamin produk yang dihasilkan aman untuk dikonsumsi. Perusahaan telah memiliki dokumen rencana HACCP yang selalu diperbaiki dan dikembangkan sesuai tren keamanan pangan yang ada. Rencana HACCP dibagi per area. Bahaya dibagi menjadi lima jenis bahaya kimia, fisik, biologi, alergi, dan nutrisi. Kontaminasi Salmonella yang berasal dari lingkungan area produksi merupakan contoh bahaya biologi. Bahaya fisik ditimbulkan dari serpihan logam dari goresan tempat penyimpanan susu bubuk tote bin sebelum dikemas. Bahaya kimia dapat ditimbulkan dari antibiotika yang berasal dari susu segar, oleh karena itu uji antibiotik pada susu segar harus bersifat negatif. Protein kedelai merupakan bahaya dari alergi, sehingga pencantuman pada label harus jelas. Sedangkan terlalu rendahnya kandungan dari zat besi Fe merupakan bahaya nutrisi. Penerapan HACCP di line produksi telah terealisasi dengan baik. Hal ini terlihat dengan adanya CCPs summary sheet pada line produksi, sehingga dapat diketahui oleh operator yang bekerja pada line tersebut. CCPs summary sheet juga merupakan implementasi dari tindakan pencegahan bahaya yang ada sebagai suatu perwujudan realisasi produk yang aman bagi konsumen.

3. Quality Monitoring Scheme QMS

Suatu prosedur yang disusun untuk menjaga mutu dan keamanan produk. QMS bertujuan untuk melakukan pengecekan yang harus dilakukan di area kerja masing-masing. QMS merupakan kelayakan dasar opersional sebelum memulai proses pada setiap line produksi. QMS diletakan di area produksi sebagai panduan atau petunjuk bagi operator produksi. QMS berbentuk seperti CCPs summary sheet, namun QMS berisi tidak hanya CCPs tetapi seluruh parameter proses yang akan mempengaruhi terhadap keamanan pangan maupun mutu dari produk. QMS berisi kapan harus dilakukannya pengecekan atau frekuensi pengecekan, apa yang harus dicek, oleh siapa harus dicek, bagaimana cara mengeceknya, berapa standarnya, report harus dicatat dimana, dan apa tindakan yang harus dilakukan apabila terjadi penyimpangan. 4. Kalibrasi Peralatan Kalibrasi peralatan digunakan untuk mengontrol CCP, paramer release, dan sebagai aktifitas pemantauan sebagai jaminan bagi keamanan pangan dalam pemenuhan peraturan yang berlaku. Seluruh alat-alat dikalibarasi secara efektif dan rutin. Seorang instrument yang mengkalibrasi peralatan telah mendapatkan pelatihan dan kompetensi dengan baik sebelum mengkalibrasi alat tersebut. Setiap peralatan yang telah dikalibrasi harus diperiksa terlebih dahulu oleh orang yang lebih ahli. Pencatatan record pengkalibrasian alat disimpan dengan baik agar peralatan tetap terjaga. 5. Sistem Release Release merupakan suatu otorisasi formal untuk menggunakan lot atau batch tertentu pada tahap produksi atau pada rantai supply chain berikutnya. Release dibagi dua macam yaitu release aktif dan release pasif. Release aktif adalah keputusan release yang terdokumentasi diambil hanya setelah dilakukan evaluasi hasil tes dan parameter proses yang terkait. Release pasif dapat dilakukan dengan melanjutkan produksi ke tahap berikutnya tanpa formalitas khusus, kecuali ada campur tangan seseorang blocking by exception. Ada tiga macam status produk yaitu, awaiting, released, dan blocked. Status produk awaiting menunjukkan produk masih menunggu hasil analisis dari laboratorium. Status produk released menunjukkan produk telah lolos pemeriksaan laboratorium. Produk berstatus released dapat dikeluarkan dari gudang