Quality Monitoring Scheme QMS

7 penyimpanan dan didistribusikan. Produk berstatus blocked artinya produk tidak memenuhi standar dan tidak dapat didistribusikan ke konsumen. Produk berstatus blocked dijadikan sebagai makanan ternak. Stiker atau label release ditempelkan pada setiap pallet produk. Stiker atau label berisi identifikasi lot, tanggal produksi, tanggal kadaluarsa, kuantitas, dan status lot. Manajer pabrik bertanggung jawab secara keseluruhan terhadap produk pada level pabrik dan dapat mendelegasikan kepada manajer QA atau kepala laboratorium. Manajer QA dapat bertanggung jawab secara keseluruhan terhadap produk yang dihasilkan dari dalam pabrik.

6. Penelusuran, Identifikasi, dan Pengkodean

Sistem telusur atau traceability adalah tindakan pencegahan untuk memungkinkan dilakukannya prosedur withdrawal atau recall secara efisien apabila dibutuhkan karena menyangkut masalah keamanan pangan atau alasan lainnya. Ada dua arah pembagian traceability, yaitu upstream traceability dan downstream traceability. Arah upstream traceability menunjukkan sistem telusur yang dimulai dari produksi bahan baku sampai bahan baku tersebut sampai ke Pabrik ke hulu atau ke belakang. Downstream traceability menunjukkan sistem telusur yang dimulai pada saat produk lepas dari pabrik menuju rantai distribusi atau sampai produk dibeli oleh konsumen. Kode lot merupakan kode produksi yang berisi informasi penting tentang seluruh proses produksi dan pengemasan. Kode lot produksi terdiri dari kumpulan angka dan huruf yang menunjukkan tahun, hari produksi, pabrik, mesin, dan batch. Angka pertama dan kedua menunjukkan tahun produki. Angka ketiga, keempat, dan kelima menunjukkan tanggal produksi berdasarkan format tanggal Julian, yaitu menggunakan hari produksi hitungan satu hingga tiga ratus enam puluh lima dalam satu tahun. Angka keenam, ketujuh, dan kedelapan menunjukkan kode pabrik yang memproduksi. Kode mesin ditunjukkan dengan menggunakan huruf. Angka kesepuluh menunjukkan batch, yaitu batch 1, 2, dan 3. Rancangan kode lot ini dirancang untuk menghindari adanya duplikasi kode pada masing-masing produk sehingga memudahkan traceability jika ada kasus tertentu. Sehingga pada kasus-kasus tertentu dapat ditentukan kode lot mana saja yang akan di blocked.

7.Penarikan Produk

Penarikan produk dari pasaran dapat terjadi apabila produk tidak memenuhi standar mutu dan keamanan. Agar penarikan produk dapat terlaksana dengan baik maka diperlukan pencatatan lot dan jumlah material yang digunakan. Penarikan dapat terjadi apabila suatu produk melanggar peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah dan mengandung bahan yang berbahaya bagi konsumen. 8. Pemantauan Bakteri Patogen Pemantauan bakteri patogen atau pathogen monitoring dibagi menjadi tiga area, yaitu line produksi, lingkungan, dan produk akhir. Analisis bakteri yang digunakan sebagai dasar pemantauan adalah Salmonella S dan Enterobacter EB. Metode analisis menggunakan analisis kuantitatif. Setiap hasil analisis pemantauan bakteri patogen ditulis pada papan pathogen monitoring yang teletak di gang way menuju area produksi dan dibahas setiap hari pada DOR Daily Operation Review. Sampel berupa base powder diambil saat line produksi sedang berlangsung dan setiap batch produksi. Sampel yang diambil pada lingkungan environment sample berupa swab di area produksi kering. Sampel lingkungan diambil setiap satu minggu per area. Apabila diperoleh hasil Salmonella dan Enterobacter positif, maka area langsung disanitasi dan ditelusuri asal pencemaran bakteri tersebut. Hasil analisis sampel lingkungan ditulis di papan pathogen monitoring per area produksi. Seluruh hasil analisis dari line sampel dan lingkungan sampel dibuat tren dalam bentuk grafik setiap bulannya. Dengan demikian kecenderungan pemantauan terhadap bakteri patogen dapat diketahui sebagai langkah perbaikan.

9. Komitmen Manajemen

Komitmen manajemen ditunjukkan dengan mengkomunikasikan pentingnya persyaratan keamanan pangan dalam suatu organisasi dengan memberikan training hygiene dan safety bagi setiap personel yang akan bekerja di dalam factory. Selain itu penandatanganan komitmen manajemen dalam HACCP workshop dan refesh training bagi tim keamanan pangan menunjukkan pihak manajemen mendukung SMKP yang diterapkan perusahaan. Selain itu dilakukan tinjauan manajemen berupa audit internal dilakukan setiap dua minggu sekali biweekly factory tour dengan mempertimbangkan aspek hygiene, safety, cost, dan quality. Hasil audit ini dapat menjadi 8 pertimbangan pengembangan dan perbaikan aspek keamanan pangan.

10. Ketaatan terhadap Peraturan

Produk layanan Nestlé tidak pernah berkompromi untuk keamanan pangan dan selalu patuh terhadap hukum dan regulasi yang berlaku pada market di mana Nestlé berada. Hal ini ditunjukkan dengan penerapan syarat halal bagi setiap produk yang dihasilkan dan pencantuman label informasi pada setiap produk yang benar, jelas, dan lengkap.

c. Sistem Dokumentasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, dokumentasi didefinisikan sebagai proses pengumpulan, pemilihan, pengolahan, dan penyimpanan informasi dalam bidang ilmu pengetahuan. Berkaitan dengan sistem manajemen maka dokumentasi ini dijabarkan sebagai proses pengumpulan, pemilihan, pengolahan, penyimpanan, dan pengendalian distribusi informasi, sampai pada pemutakhiran data informasi tersebut. PT Nestlé Indonesia, Kejayan Factory mempunyai kebijakan untuk mendokumentasikan sistem yang telah dijalankan dengan tujuan : 1. Untuk memastikan seluruh dokumen internal atau eksternal yang digunakan di PT. Nestlé Indonesia - Panjang Factory dalam keadaan terkendali. 2. Sebagai prasarana untuk pelatihan karyawan. 3. Sebagai pembuktian penerapan sistem. 4. Sebagai sumber informasi yang dapat digunakan pada saat akan melakukan perbaikan atau peningkatan proses maupun produk. Secara umum sistem dokumentasi dalam format ISO dibagi menjadi tiga bagian, yaitu level 1, 2, dan 3. Level 1 disebut dengan manual mutu berupa dokumen yang sederhana, jelas, tepat, praktis, dan dibuat sesuai dengan elemen-elemen ISO yang diaplikasikan pada perusahaan. Level 2 berisi prosedur dan instruksi kerja. Prosedur menjabarkan proses atau aktifitas utama dalam pabrik dengan ruang lingkup antar departemen sedangkan instruksi kerja merupakan dokumen praktis atau operasional di tiap-tiap line dan mesin dengan ruang lingkup pada departem tertentu. Form dan dokumen pendukung termasuk ke dalam level 3. Keseluruhan sistem dokumentasi dapat tergambar dari catatan-catatan record yang menjadi bukti bahwa sistem telah dilaksanakan dengan baik. PT Nestlé Indonesia, Kejayan Factory pada saat ini menuju sertifikasi Integrated Management System IMS, yang merupakan gabungan dari tiga sistem yang diterapkan secara bersamaan. Sehingga prosedur-prosedur dan instruksi kerja yang berkaitan dengan SMKP telah terintegrasi pada sistem ini. Dokumentasi yang telah terintegrasi ini menambahkan satu tingkatan dokumen, terdiri dari level 1, 2, 3, dan 4. Perbedaannya terletak pada level 3 dan level 4. Instruksi kerja turun menjadi level 3 dan supporting dokumen menjadi level 4. Gambar 1. Struktur dokumentasi dalam format ISO Gambar 2. Struktur dokumentasi PT Nestlé Indonesia, Kejayan Factory

1. Kebijakan dan Manual

Kebijakan dan manual merupakan dokumen level satu. Sesuai dengan persyartan ISO 22000, kebijakan yang harus dimiliki adalah kebijakan keamanan pangan. Kebijakan keamanan pangan merupakan maksud dan arahan secara menyeluruh sebuah organisasi tentang keamanan produk yang dihasilkan yang dinyatakan secara resmi oleh manajemen puncak. PT Nestlé Indonesia, Kejayan Factory belum memiliki kebijakan keamanan pangan tersendiri tetapi telah menerapkan kebijakan mutu yang mencakup kepada keamanan pangan. Kebijakan mutu ini termasuk kebijakan mutu yang baru disyahkan Januari 2007, dan disosialisasikan ke dalam Level III Form Level II Prosedur Level I Manua l Level IV Kebijakan dan Instruksi KerjaWI Prosedur Form, Standar, Job