Klausul 6 Manajemen Sumber Daya

ketidaksesuaian dalam proses. Inter Office Memo IOM merupakan salah satu tindakan yang diterapkan untuk mencegah ketidaksesuaian terjadi lagi pada line produksi. Contoh implementasi IOM pada line produksi adalah dengan memberlakukan double shoe cover apabila memasuki area produksi agar tidak terjadi kontaminasi silang yang berasal dari sepatu yang dipakai. Tinjauan manajemen dilakukan untuk mengetahui keefektifan dan kecukupan SMKP atas masalah keamanan pangan yang terjadi. Tinjauan manajemen mencakup tinjauan input dan tinjauan output. Tinjauan input dapat berupa audit internal, analisis hasil verifikasi, mengganti keadaan yang mempengaruhi keamanan pangan dan feed back dari konsumen. Audit Internal dapat berupa Daily Audit, Biweekly Factory Tour, FSMS Audit dari kantor pusat, Gap Assessment Nestlé Nutrition, GMP Nestlé Excecution Support. Tinjauan output klausul 5.8.3 meliputi perbaikan atas jaminan keamanan pangan. PT Nestlé Indonesia, Kejayan Factory melakukan perbaikan dan efektifitas dalam menunjang SMKP. Contoh perbaikan sistem yang dilaksanakan antara lain dengan menambahkan elemen dari FPL First Priority Level dengan regulatory compliance dan management commitment sehingga berubah menjadi FSMS Food Safety Management System sebagai dasar penerapan SMKP pada awal tahun 2007.

3. Klausul 6 Manajemen Sumber Daya

Pemenuhan sumber daya pada klausul 6.1 meliputi tiga bagian yaitu, sumber daya manusia, infrastruktur, dan lingkungan kerja. Sumber daya manusia klausul 6.1 terpenuhi dengan ketersediaan sumber daya manusia yang bersifat internal maupun eksternal di dalam perusahaan. Sumber daya internal terpenuhi dalam pembentukan tim HACCP. Tim HACCP terdiri dari multidisi anggota dengan latar belakang multidisiplin yang mempunyai kemampuan dasar pendidikan, pelatihan, keterampilan, dan pengalaman yang sesuai. Kontraktor sebagai sumber daya eksternal mempunyai tanggung jawab dan kontrak yang jelas. Setiap kontraktor harus memiliki pengawas untuk memonitor kinerja secara sistematis dan terkendali. PT bekerja sama dengan kontraktor sebagai sarana pendukung, seperti external analysis, pest control, cleaning service, packaging, dan pada project area. Seluruh karyawan yang akan bekerja dalam lingkungan Kejayan Factory , harus mengikuti pelatihan dasar berupa pelatihan hygiene, GMP dan safety. Identifikasi kebutuhan pelatihan bagi karyawan disesuaikan dengan tanggung jawab dan tugasnya masing-masing. Departemen Organizing Development bertugas untuk mengatur dan mendokumentasikan catatan pelatihan tersebut dengan baik. Area bangunan klausul 6.2 dibagi menjadi beberapa bagian diantaranya security area, kantor, laboratorium, kantin, toilet, masjid, dan area produksi. Pemenuhan standar bangunan sesuai dengan persyaratan sanitasi. Persyaratan standar ISO 22000 menetapkan area cuci tangan menuju ruang produksi dilengkapi dengan kran air panas, saat ini perusahaan belum menerapkan standar tersebut walaupun kran cuci tangan menuju area produksi telah memadai berupa kran automatis dan pengering berupa tisu. Lingkungan kerja klausul 6.3 pada PT Nestlé Indonesia, Kejayan Factory disebut factory environment dengan mengedepankan prinsip zoning. Zoning adalah pembagian suatu area berdasarkan produk yang dihasilkan, lingkungan, kontaminasi, dan tipe cleaning yang diperlukan. Zoning diterapkan untuk mencegah kontaminasi baik mikrobiologi, kimia, dan fisik yang menyebar dari daerah tingkat kontainasi tinggi ke daerah proses yang critical sehingga produk dihasilkan aman untuk dikonsumsi. Area zoning dibagi tiga yaitu, Hygiene 1 H1, Hygiene 2 H2, dan Hygiene 3 H3. H3 adalah area yang jauh dari produk, tempat orang berjalan dari tempat proses yang satu ke tempat proses yang lain. H2 merupakan barrier atau pembatas antara H1 dan H3. Barrier dapat berupa dinding, pintu, filter, atau area penggantian sepatu. Pada area H2 dilengkapi dengan kamera pengintai yang dihubungkan dengan komputer pada ruang supervisor, sehingga dapat ditelusuri apabila terjadi pencemaran pada area produksi H1. Area yang memiliki kemungkinan terjadinya kontak langsung antara lingkungan dengan produk, dan mempunyai resiko kontaminasi yang tinggi terhadap produk merupakan area H1. Untuk mendukung perlindungan area H1 terhadap kontaminasi, diberikan positive pressure pada area H1 tekanan udara di dalam ruangan H1 lebih tinggi daripada tekanan udara di luar area H1 sebagai pencegahan masuknya serangga dan bakteri beterbangan di udara karena terbawa angin atau aliran udara yang masuk ke dalam area H1.

4. Klausul 7 Prerequisite Programme