111
karena intinya dia itu tidak bisa menerima realita jadi dia ya nggak bakalan sembuh” W.13 : 6
Tetangga RG tidak mempercayai bahwa gangguan jiwa disebabkan oleh adanya makhluk halus. Bagi tetangga RG gangguan jiwa lebih disebabkan
karena faktor keturunan dan faktor lingkungan. Tetangga RG tidak mempercayai gangguan jiwa disebabkan oleh adanya makhluk halus yang
merasuki tubuh manusia. Tetangga RG memandang pesimis mengenai Masa depan RG. Menurut
tetangga RG sulit untuk sembuh karena RG sbering sekali kambuh. Menurut tetangga sudah tidak ada kemungkinan untuk RG sembuh dan kembali normal.
3 Subjek ke tiga
a. Kondisi Kesiapan UJ
Sejak UJ sakit pertama sampai sekarang keluaga UJ tetap membawa UJ ke Rumah Sakit Jiwa. Saat pertama kali sakit keluarga UJ tidak menjenguk ke
rumah sakit. Setelah memasukkan UJ ke rumah sakit, keluarga tidak menjenguk selama UJ menjalani perawatan. Selama tiga bulan perawatan UJ
tidak pernah dijenguk oleh keluarganya. Setelah pulang keluarga UJ menganggap UJ telah sembuh dan keluarga
tidak mengontrol UJ dalam hal minum obat. Keluarga tidak memperingatkan UJ bila UJ tidak mau minum obat.
Saat UJ kambuh keluarga kembali memasukkan UJ ke rumah sakit. UJ menjalani rawat inap di RSJP Magelang. UJ sempat kabur dari rumah sakit
karena UJ tidak pernah dijenguk oleh keluarganya. UJ pulang ke rumah tanpa sepengetahuan keluarga. Namun keluarga kembali memasukkan UJ ke Rumah
112
Sakit Jiwa Magelang. Namun keluarga tetap tidak menjenguk sampai UJ dijemput pulang.
Setiap kali UJ menjalani rawat inap keluarga tidak pernah menjenguk ke rumah sakit. Keluarga UJ akan datang ke rumah sakit bila telah mendapatkan
kabar dari rumah sakit bahwa UJ telah membaik dan telah siap untuk pulang. Selama membawa UJ ke rumah sakit keluarga UJ tidak pernah membawa
UJ pulang dengan tepat waktu. UJ selalu pulang setelah batas maksimal perawatan habis.
Selain pulang yang mengalami penundaan pulang saat menjalani rawat inap, UJ mempunyai riwayat obat yang tidak baik. Setelah obat habis keluarga
UJ tidak mengajak UJ untuk kontrol ke rumah sakit. Sehingga UJ mudah kambuh. Bila obat UJ telah habis keluarga membiarkan UJ tidak minum obat.
Demikian juga bila UJ tidak mau minum obat keluarga tidak berusaha untuk membujuk UJ untuk meminum obat yang telah diberikan oleh dokter.
Suemi, orang tua UJ, sering menganjurkannya untuk beraktivitas seperti, menyapu rumah, mengepel dan aktitivitas lain, akan tetapi Suemi dan angota
lain tidak mengarahkan UJ melakukan aktivitas tersebut dengan sabar. Bila UJ tidak mau melakukannya, maka keluarga tidak berusaha untuk membujuk agar
UJ beraktivitas, sehingga UJ banyak berdiam diri di kamar. Saat ini Poerwanto berusaha mencari lingkungan yang tepat bagi UJ.
Menurut Poerwanto lingkungan rumah yang sekarang bukan lingkungan yang tepat bagi kondisi UJ. Menurut Poerwanto jika keluarga tidak menemukan
113
lingkungan yang tepat bagi UJ maka lebih baik bagi UJ berada di Rumah Sakit Jiwa.
Menurut Poerwanto bila UJ berada di rumah dan tidak bekerja, maka UJ akan mudah kambuh karena tidak memiliki aktivitas yang dapat
menyibukkannya. Bila di rumah dan tanpa ada hal yang dikerjakan maka UJ akan mudah marah tanpa alasan yang jelas. Hal ini membuat Poerwanto
khawatir, terutama berkenaan dengan kondisi Suemi yang tidak sekuat anggota keluarga lainnya. Poerwanto khawatir bila UJ kambuh saat hanya ada Suemi di
rumah. Selain kondisi Suemi yang sudah tua, lingkungan pergaulan UJ pun telah
berubah. Sebelum UJ sakit, UJ memilki banyak teman. Rumah selalu ramai oleh teman-teman UJ. Namun setelah UJ sakit, beberapa teman UJ mulai
menjauh dan jarang yang mau bergaul dengan UJ.
b. Kesiapan Masyarakat di Lingkungan Tempat Tinggal UJ