198
Faktor pengalaman kekambuhan dan sikap over protectif keluarga terhadap SH membuat keluarga SH cenderung tidak siap menghadapi kepulangan SH ke
rumah. Namun keluarga siap untuk memberikan fasilitas perawatan di rumah sakit.
4. Kesiapan keluarga UJ
Kesiapan keluarga UJ mulai terbentuk pada saat UJ menjalani perawatan pertama di rumah sakit jiwa di Magelang. Pada awal keluarga mengetahui UJ
mengalami gangguan jiwa keluarga merasa bingung dan berat untuk menerima kondisi ini.
Kesiapan keluarga UJ terbentuk saat UJ kambuh. Pada pengobatan pertama kondisi UJ telah membaik dan dapat kembali seperti semula. Sifat ganguan jiwa
yang memilki pola timbul dan menghilang membuat keluarga UJ mengira gangguan jiwa yang dialami oleh UJ telah sembuh dan tidak akan kembali
kambuh. Namun UJ kembali kambuh setelah beberapa bulan pengobatan. Kondisi kambuh kembali membuat keluarga UJ lebih siap untuk membawa UJ berobat
karena telah memilki pengalaman sebelumnya. Keluarga UJ tidak memahami bahwa keluarga merupakan bagian dari
tretmen yang dijalani oleh UJ. Keluarga UJ mengetahui Rumah sakit sebagai tempat untuk menyembuhkan penderita gangguan jiwa dari tetangga UJ yang juga
memilki gangguan jiwa sama seperti UJ. Keluarga tidak memperoleh informasi mengenai gangguan jiwa yang diderita UJ selama UJ dirawat dibeberapa Rumah
Sakit Jiwa.
199
UJ memilki riwayat pengobatan yang tidak baik. UJ tidak teratur dalam minum obat. Keluarga UJ tidak mengarahkan agar UJ selalu minum obat. Hal ini
disebabkan keluarga UJ tidak mendapatkan pengetahuan mengenai arti penting obat yang yang harus diminum oleh UJ.
Kurangnya informasi yang diperoleh keluarga UJ membuat keluarga bingung menghadapi perilaku UJ selama UJ berada di rumah. Keluarga
merasakan kebingungan dengan perbedaan perilaku UJ antara di rumah sakit dan di rumah. Informasi lain yang tidak diperoleh keluarga UJ adalah perilaku minum
obat yang harus dijalani oleh UJ seumur hidup. Pemahaman keluarga minum obat hanya dilakukan saat UJ kambuh dan berada di rumah sakit.
Menurut dokter Hestu ketidakteraturan minum obat dapat memicu kekambuhan. Pada jenis gangguan jiwa skizofrenia, gangguan jiwa yang diderita
oleh UJ. Oleh karena itu UJ harus tetap minum obat meskipun UJtidak mununjukkan tanda kekambuhan, hal ini untuk mencegah halusinasi dan waham
muncul kembali. Bila waham dan halusinasi dapat dicegah maka kekambuhan dapat dicegah.
Lingkungan di tempat tinggal UJ merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keluarga dalam mengahadapi kepulangan UJ ke rumah.
Lingkungan tempat tinggal UJ tidak kondusif untuk UJ pulang. Hal ini dikarenakan UJ memiliki relasi yang buruk dengan tetangga terutama dengan
tetangga sebaya dengan UJ. UJ memiliki rasa curiga yang tinggi dengan teman sebayanya, kondisi ini membuat tetangga yang sebaya merasa enggan bergaul
dengan UJ dan cenderung menghindari UJ.
200
Menurut Poerwanto kakak UJ, bila UJ di rumah tetangga yang sebaya dengan UJtidak mau bergaul dengan UJ. Di rumah hanya UJ yang belum menikah
sehingga bila UJ di rumah dan tidak ada teman yang mau bergaul dengan UJ maka UJ tidak memiliki aktivitas apapun selama di rumah tidak ada aktivitas bagi
UJ menyebabkan UJ lebih sering mengurung diri di kamar, kegiatan mengurung diri di kamar dapat memunculkan halusinasi dan waham kembali dikarenakan
selama mengurung diri UJ melamun. Adanya dorongan atau motivasi dalam diri individu akan mendorong
timbulnya kesiapan dalam diri seseorang untuk melakukan sebuah tindakan dan ketika seseorang siap untuk melakukan sebuah tindakan maka individu tersebut
akan melakukan tindakan untuk memenuhi dorongan tersebut Dalyono :2001:166
Motivasi keluarga yang tinggi mendorong keluarga UJ tetap optimis dengan masa depan yang baik setelah UJ menjalani perawatan di rumah sakit selama
beberapa bulan. Menurut keluarga Penambahan waktu perawatan UJ selama di rumah sakit dari 1 bulan menjadi 2 bulan bertujuan agar saat UJ pulang kondisi
UJ dalam keadaan baik. Selain penundaan kepulangan bertujuan untuk memastikan kondisi dalam
keadaan baik saat pulang, penundaan pulang bertujuan untuk mencarikan pekerjaan bagi UJ saat UJ pulang. Keluarga memahami bahwa kesibukan dapat
membantu UJ agar tidak kambuh dari gangguan jiwa.
201
Keluarga optimis dengan bekerja UJ dapat secara perlahan-lahan sembuh dari gangguan jiwa yang diderita UJ. menurut keluarga jika UJ telah bekerja UJ dapat
menikah dan melanjutkan hidupnya normal seperti sebelum sakit. Optimisme keluarga terhadap masa depan UJ mendorong keluarga bersikap
positif dalam menghadapi kepulangan UJ. Saat penelitian dilakukan keluarga UJ sedang mempersiapkan lingkungan baru bagi UJ agar UJ dapat memulai kembali
kehidupan yang baru tanpa dikucilkan oleh teman-temannya.
6.2 Kesiapan Masyarakat Menghadapi Kepulangan Pasien