63
.Bangsal kamar Pasien
Rumah Sakit Jiwa dr. Amino Gondhohutomo memiliki kapasitas tempat tidur bagi pasien rawat inap sebesar: 285 TT tempat tidur yang tersebar mulai
dari bangsal HCU, VIP, kelas I, II, dan III yang terbagi dalam 13 bangsal, yang masing-masing kelas memiliki falilitas yang berbeda.
Dari 13 bangsal yang ada, peneliti menggunakan 2 bangsal sebagai tempat penelitian, yakni bangsal pria Kresna dan Dewaruci. Peneliti menggunakan
bangsal pria dikarenakan dari kasus yang ada di sana, pasien pria mengalami penundaan kepulangan dengan frekuensi paling besar.
a. Bangsal X Kresna
Bangsal X atau Bangsal Kresna merupakan bangsal untuk pasien kelas 1 dan 2. Bangsal Kresna menampung ± 18 pasien yang meliputi : 2 kamar kelas 1
dan 2 kamar kelas 2. 1 kamar kelas 1 menampung 3 orang sedangkan 1 kamar kelas dua menapung 6 orang. Dalam satu kamar, tiap pasien mendapatkan 1
tempat tidur dan 1 almari baju. Bangsal Kresna memiliki ruangan yang lebih luas daripada bangsal kelas 3 atau bangsal JPS. Bangsal Kresna merupakan
bangsal tempat penelitian dilakukan.
b. Bangsal IV Dewaruci
Bangsal IV atau Bangsal Dewaruci adalah bangsal kelas 2 dan 3 bangsal JPS. Bangsal ini menapung 20 pasien. Kelas 3 menapung lebih banyak pasien
dari pada kelas 1 dan 2. Kelas 3 di Bangsal Dewaruci menapung 8 pasien. Di bangsal ini kelas 3 peruntukkan bagi pasien dari keluarga dengan ekonomi lemah
atau pasien dari keluarga yang tidak mampu. Kelas 3 jarang memiliki kamar yang
64
kosong, Bangsal Dewaruci selalu penuh dengan pasien. Hal ini menyebabkan sirkulasi pasien terjadi dengan cepat. Pasien yang telah membaik diharapkan agar
keluarga segera menjeput pulang dan tidak menunda kepulangannya. Ruangan dari kelas 3 lebih sempit dari kelas 1dan 2 hal ini dikarenakan jumlah pasien yang
lebih banyak. Saat dilakukan observasi dan wawancara pasien di Bangsal Dewaruci dalam
keadaan penuh. Selain itu, terdapat beberapa pasien baru yang akan masuk sehingga pasien yang telah membaik dan telah melewati batas hari perawatan
dianjurkan untuk dibawa pulang. Bila keluarga belum menjemput pulang maka pihak rumah sakit melakukan dropping memulangkan pasien ke rumah. Pasien
yang mejadi subjek juga termasuk dalam perencanaan dropping karena pasien telah 2 bulan berada di rumah sakit akan tetapi keluarga belum pernah menjenguk
dan belum ada konfirmasi dari keluarga akan membawa pulang pasien.
4.2.2 Jenis
gangguan dan pasien
1.
Jenis gangguan
Rumah Sakit Jiwa Daerah RSJD Semarang menampung Pasien gangguan jiwa dengan semua jenis gangguan jiwa. Namun dari semua jenis gangguan jiwa,
skizofrenia merupakan jenis gangguan jiwa yang paling banyak ditangani oleh pihak rumah sakit baik yang menjalani rawat inap maupun rawat jalan. Dari
semua Pasien skizofrenia yang menjalani perawatan di rumah sakit, skizofrenia paranoid merupakan tipe skizofrenia yang paling banyak ditangani oleh rumah
sakit dan diikuti dengan skizofrenia katatonik dan hebrefenik.
65
Skizofrenia merupakan salah satu jenis gangguan jiwa berat. Pasien biasanya akan mengalami kemunduran kemampuan, semakin Pasien sering kambuh maka
kemapuan Pasien akan semakin berkurang. Selain mengalami kemunduran kemapuan biasanya para Pasien juga mengalami gejala sisa. Gejala sisa
termanifestasikan pada perilaku Pasien yang berubah setelah menjalani pengobatan misalnya, sebelum menjalani perawatan di rumah sakit pasien
memiliki hobi bertaman namun setelah pulang dari rumah sakit pasien tidak mau lagi menjalani hobinya dan lebih suka tidur di kamar.
Pada fase gejala sisa, keluarga dituntut harus sabar menuntun pasien untuk mau melakukan aktivitas yang sebelumnya pasien lakukan. Namun biasanya pada
fase gejala sisa keluarga tidak sabar untuk menuntun pasien melakukan aktivitas yang sebelumnya. Kondisi ini berdampak pada semakin mundurnya kemampuan
pasien.
2. Pasien
Pasien rawat inap di RSJD Semarang kebanyakan adalah pasien pria, dari 13 bangsal yang disediakan 9 bangal pria dan 4 bangsal merupakan bangsal wanita.
Di antara semua pasien pria yang ada di RSJD Semarang terdapat 4 pasien yang unik. Pasien dikatakan unik karena, pasien telah lama berada di rumah sakit
kondisi telah membaik dan telah dianjurkan dokter untuk dibawa pulang, pasien selalu kambuh bila berada di rumah dan pasien memiliki jenis gangguan yang
sama yakni skizofrenia. Keunikan ini kemudian menjadikan ke 4 pasien menjadi subjek penelitian, ke 4 subjek tersebut adalah :
66
a. SH
SH merupakan pasien dari Bangsal Kresna, SH menempati kelas 2. Pada awal masuk dokter mendiagnosa SH menderita skizofrenia paranoid, namun setelah
beberapa kali kambuh dokter merubah tipe gangguan yang diderita SH dari skizofrenia paraniod menjadi skizofrenia residual. SH telah menjalani rawat inap
di rumah sakit selama 9 tahun. SH masuk ke rumah sakit untuk terakhir kalinya pada tahun 2000 sampai sekarang keluarga belum berniat untuk membawa pulang
SH ke rumah. Kondisi SH telah membaik namun belum ada tanda-tanda SH akan dibawa pulang, untuk menghindari kejenuhan SH rumah sakit memberinya
aktivitas yakni, membantu perawat setiap pagi dan sore hari. Sebelum SH menjalani rawat inap yang cukup lama sebelumnya SH telah lebih dari 20 kali
masuk Rumah Sakit Jiwa. SH memiliki relasi sosial yang baik. Di rumah sakit hampir setiap perawat
praktek dan dokter praktek mengenal SH dengan baik. SH biasanya mengisi waktu luang di rumah sakit dengan mengobrol bersama teman satu bangsal dan
para perawat serta dokter yang sedang praktek di rumah sakit.
b. RG
RG menempati kelas 2 di Bangsal Kresna selama menjalani perawatan di RSJD Semarang. Pada awal sakit RG didiagnosa menderita skizofrenia paranoid
namun pada rawat inap yang terakhir RG didiagnosa menderita skizofrenia residual. RG telah menjalani rawat inap yang terakhir di RSJD Semarang selama
± 1 tahun. Selama 1 tahun RG menjalani rawat inap keluarga RG tidak pernah menjenguk. Keluarga memantau kondisi RG melalui telpon.
67
Setiap bulannya keluarga RG datang ke rumah sakit untuk membayar administrasi. Meski keluarga mengetahui bahwa kondisi RG telah membaik
namun keluarga tidak memiliki rencana untuk membawa pulang Rio. keluarga berencana akan menitipkan RG seumur hidup di rumah sakit.
Di rumah sakit, dokter tidak pernah mengadakan pemeriksaan pagi bagi RG, hal ini dikarenakan karena kondisi RG telah membaik. Dokter akan memeriksa
bila RG menunjukkan gejala kekambuhan. Aktivitas RG di rumah sakit lebih banyak dihabiskan untuk tidur. RG kurang mau bergaul dengan teman satu
bangsal. Menurut perawat RG lebih menarik diri setelah mengetahui keluarganya tidak juga datang untuk menjeputnya pulang.
c. UJ