BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kota Solo menjadi andalan Jawa Tengah untuk pengembangan destinasi wisata dengan konsep MICE karena memiliki potensi besar, mengingat pertumbuhan ekonomi yang
mantap, peningkatan tren pariwisata, serta keberhasilan dalam pencitraan. Mengutip apa yang disampaikan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Tengah, Prasetyo
Aribowo, usai pembukaan
Indonesia Corporate Meeting Incentive Travel Mart
di Semarang pada bulan Mei tahun 2013 bahwa Solo dan Semarang merupakan daerah yang
memiliki infrastruktur paling siap untuk mendukung MICE. travel.kompas.com
Industri MICE muncul pada dekade tahun 80-an dan prospeknya di era globalisasi ini semakin penting. Didukung oleh kemajuan teknologi dan pengetahuan serta persaingan
bisnis yang semakin tajam dengan tingkat konflik antar kelompoknegara yang tiada henti, menuntut untuk diadakan pertemuan, perundingan atau konferensi baik tingkat regional
maupun internasional. Seiring dengan meningkatnya dunia pariwisata, tampaknya MICE juga meningkat menjadi trend dunia. Bisnis ini dianggap lebih tahan krisis ekonomi
dibandingkan pariwisata konvensional. MICE singkatan dari
Meeting, Incentive Trip, Conference, Exhibition
. adalah suatu kegiatan kepariwisataan yang aktivitasnya merupakan perpaduan antara
leisure
dan
Business.
MICE merupakan satu dari tujuh minat khusus terhadap destinasi wisata unggulan selain wisata alam, sejarah, olahraga, belanja dan kuliner. Berdasarkan UU No.10
th 2009 Tentang Kepariwisataan, MICE merupakan satu dari 13 jenis usaha di bidang kepariwisataa Sunaryo, 2013: 102, yaitu daya tarik wisata, kawasan pariwisata, jasa
transportasi wisata, jasa perjalanan wisata, jasa makanan dan minuman, penyediaan akomodasi, penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi, penyelenggaraan MICE, jasa
informasi pariwisata, jasa konsultan pariwisata, jasa pramuwisaa, wisata tirta, dan spa. Industri MICE menjadi bagian dari
business tourism.
Salah satu sektor penting yang sering diabaikan dalam dunia pariwisata
,
oleh World Tourism Organization WTO
business tourism
diartikan sebagai kegiatan bepergian atau menetap di suatu tempat yang perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
bukan merupakan lingkungan seseorang tinggal dengan durasi tidak lebih dari satu tahun untuk tujuan bersenang-senang, bisnis, dan tujuan lainnya Kartajaya dan Nirwandar,
2013: 39.
Business tourism
merupakan peluang emas yang pantas untuk dikembangkan untuk mendukung pertumbuhan pariwisata Indonesia.
Dalam
business tourism
para
traveler
yang berkunjung ke suatu negara untuk menjalankan perjalanan bisnisnya, mayoritas dari
traveler
tersebut juga akan melakukan
leisure tourism
bahkan juga sampai
VFR tourism Visting Friends and Relations.
Dengan adanya tujuan tambahan tersebut, para
traveler
akan memiliki
average length of stay
yang lebih lama dan
average expenditure
yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan
traveler
yang tujuannya hanya
leisure tourism
saja. Selain itu
business tourism
mempunyai segmen pasar dengan tingkat ekonomi menengah ke atas, hal ini tentunya berpengaruh pada tingkat
daya beli mereka yang nantinya akan berdampak pada sektor perekonomian daerah setempat.
Perkembangan wisata MICE sebagai salah satu sub-sektor industri perjalanan dan wisata didasari oleh wisata konvensional kearah wisata khusus
special interest tourism
. Selain aktivitas wisata yang berbasiskan alam, dalam dekade ini pelaku wisata di dunia
mulai melirik aktifitas MICE sebagai peluang yang cukup besar dan menghasilkan efek pengganda yang luar biasa. Secara global, Eropa masih menjadi pemimpin yang menguasai
pasar
market share
yaitu sebesar 60 dari total
market share
MICE yang diikuti 18 Asia Pasific dan Timur Tengan serta 4 Amerika Utara Untuk di Asia sendiri Singapura,
Hongkong, Jepang dan China merupakan pusat MICE di Asia. Sedangkan untuk kota dunia yang mengungguli bisnis MICE adalah Paris.
www.iccaworld.com perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
Tabel 1.1 Daftar peringkat 10 besar negara dan kota dunia penyelenggara kegatanMICE
Sumber data: ICCA 2014 www.iccaworld.com Menurut Badan Promosi Pariwisata Indonesia BPPI kontribusi MICE terhadap jumlah
wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia mencapai 40 persen. Kontribusi terhadap devisa yang dihasilkan pariwisata mencapai 40-60 persen. Wisatawan MICE juga
membelanjakan uangnya lebih banyak dibandingkan dengan wisatawan biasa, rata-rata mereka menghabiskan 1.500 dollar AS per hari selama berada di Indonesia. Sementara turis
biasa hanya membelanjakan uang mereka sebesar 900 dollar AS per hari Kompas, 1Oktober 2014
Kegiatan MICE tampaknya hanya dipahami lekat dengan dunia pariwisata saja namun sebenarnya wilayahnya dapat menjangkau banyak industri. Christina L Rudatin ketua
Lembaga Sertifikasi Profesi MICE Indonesia mengatakan bahwa “MICE adalah bisnis dan bisnis adalah MICE” helicak.com yang berarti bahwa industri MICE mencakup segala
macam aktifitas bisnis demikian sebaliknya. Salah satu karakter bisnis MICE adalah melibatkan banyak orang atau massal, dengan kata lain bisnis MICE tidak dapat dilakukan
secara personal. Karena bersifat massal dan menjangkau banyak industri, bisnis MICE perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
dianggap mampu menciptakan
multiplier effect
industri lain seperti industri makanan dan minuman, kerajinan, transportasi, telekomunikasi dan lain-lain.
Bisnis MICE sudah jauh diawali oleh beberapa neraga lain seperti Amerika, Jerman, Perancis, Swiss, Australia dan negara-negara lain yang menjadi destinasi dunia. Di
Indonesia bisnis MICE dipelajari secara otodidak meniru neraga-negara tersebut. Meskipun cukup berhasil namun belum memenuhi standar operasional prosedur penyelenggaraannya.
Seperti yang disampaikan Ketua BPPI Wiryanti Sukamdani bahwa masih banyak kendala dalam menjalankan bisnis MICE di Indonesia salah satunya berupa koordinasi antar
lembaga yang masih terbatas. Selanjutnya Ernst K Remboen menambahkan bahwa sumber daya manusia juga merupakan kendala dalam pelaksanaan MICE. Kompas, 1 Oktober
2014. Di tahun 2005 program studi MICE masuk dalam dunia pendidikan, dibawah jurusan
Administrasi Niaga level Diploma IV Politeknik Negeri Jakarta, hasil kerjasama dengan
Indonesia Congress
and Concention Association
INCCA http:helicak.com. Sebelumnya bidang studi MICE hanya menjadi mata kuliah program studi pariwisata dan
sekarang program studi MICE sudah mulai masuk dalam program manajemen dan bisnis. Hal ini perlu dilakukan dan seharusnya mendapat perhatian khusus, mengingat Indonesia
mempunyai potensi yang luar biasa dalam industri MICE sehingga perlu mempersiapakan sumber daya manusia untuk mampu menegelola dengan benar sesuai standar
operasionalnya dan Sumber daya manusia tersebut hanya dapat diperoleh dari dunia akademis.
Solo sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Indonesia tampil sebagai kota MICE di masa kepemimpinan Walikota Jokowi dan Wakil Walikota FX Rudiyanto. Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, pada tahun 2009 menetapkan Kota Solo sebagai salah satu kota tujuan MICE utama di Indonesia, selain Bali, Jakarta, Yogyakarta, Makassar,
Balikpapan, Lombok, Medan, Batam, dan Manado. travel.kompas.com. Sejak itu SOLO KOTA MICE sering dikumandangkan dalam dunia kepariwisataan. Dijelaskan oleh
Rudatin bahwa untuk menjadi kota MICE harus memenuhi 9 kriteria dan 65 indikator. Kriteria-kriteria tersebut meliputi: aksesibilitas, dukungan
stakeholder
lokal, tempat-tempat menarik, fasilitas akomodasi, fasilitas
meeting
, fasilitas pameran, keadaan lingkungan, perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
profesionalisme SDM. kariswisatasemarang.blogspot.Com. Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut Kota Solo cukup memenuhi persyaratan sebagai Kota MICE. Namun demikian
tidak semua unsur MICE menjadi andalan kota Solo, hanya
Meeting
dan
Intencive Trip
saja yang untuk sementara ini menjadi unggulan
www.solopos.com. Sebagai kota MICE, Kota Solo tidak hanya menjadi kota tujuan wisatawan dalam
kegiatan
business tourism
dan
leisure tourism
saja akan tetapi juga tampil sebagai kota
the spirit of Festivals
yang menyajikan berbagai macam atraksi seni budaya dan kegiatan masal yang diagendakan dan diselenggarakan sepanjang tahun dan bisa dinikmati oleh seluruh
wisatawan. Acara-acara tersebut merupakan salah satu upaya mendukung tercapainya Solo Kota MICE. Ada kurang lebih 62 acara yang diagendakan oleh pemerintah kota di
sepanjang tahun 2015 ini, diantaranya: Sekaten, Grebeg Maulud, Grebeg Sudiro, Solo Carnaval, Konser Gamelan Akbar, Festival Jenang Solo, bengawab Festival Solo Gethek,
Solo Menari, Mangkunegaran
Performing Art,
Java Expo 2014,
Vastenburg Carnival
, Keraton
Art festival
,
Solo International Mask Dance Festival
SIMDef, Solo Batik Carnival, Solo Batik Fashion, Solo Keroncong Festival, Solo City Jazz,
Solo International Performing Art
SIPA, Kirab Malam 1 Suro, Rock in Solo. Dengan demikian Solo Kota MICE merupakan kombinasi yang komplit sebagai kota tempat penyelenggaraan kegiatan-
kegiatan MICE dan kota yang kaya dengan kegiatan-kegitan MICE yang kreatif berbasis budaya lokal.
Tidak mudah menjual kotawilayah sebagai destinasi pariwisata diantara kota kompetitor yang memiliki potensi wisata yang hampir sama atau lebih populer.
Yogyakarta sebagai kota terdekat yang memiliki kemiripan penduduk dan budayanya, karena memang berasal dari satu kerajaan, menjadi kompetitor yang paling kuat. Terlebih
lagi kepopuleran Yogyakarta di dunia Nasional dan Internasional jauh sebelum Kota Solo, membuat kota Solo menjadi
the second choice
setelah Yogyakarta. Ditambah lagi imej kota Solo yang pernah terpuruk dengan adanya kasus kerusuhan tahun 1998, perselisihan
SARA, berita teroris, bencana banjir, letusan gunung Merapi dan berita buruk lainnya, memperburuk reputasi Kota Solo. Dasyatnya perubahan-perubahan diluar sana, seperti
perubahan teknologi, perubahan ekonomi, perubahan sosial politik, peruabahn sosial budaya dan perubahan pasar berpengaruh nyata pada dunia pariwisata, dunia pariwisata
commit to user
ikut berubah mulai dari
product oriented
ke
customer oriented
, dan akhirnya ke
human spirit
semakin mempersulit persaingan. Dengan berpedoman pada Visi Misi Pemerintah Kota Surakarta seperti yang tercantum
dalam Perda No.10 tahun 2001 : “Terwujudnya Solo sebagai Kota Budaya yang bertumpu pada potensi perdagangan, jasa, pariwisata, pendidikan dan olah
raga” .dan Visi Misi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Surakarta “Mewujudkan Kota Surakarta sebagai pusat
pelestarian dan pengembangan budaya Jawa serta daerah tujuan wisata, maka pemerintah kota mencoba mencari langkah-langkah strategis untuk dapat bersaing dengan
kompetitornya. Mewujudkan Kota Solo sebagai destinasi MICE bukan menjadi tanggung jawab
pemerintah saja, melainkan menjadi tugas seluruh masyarakat Solo. Oleh karena itu pemasarannya harus didukung sepenuhnya oleh kepariwisataan daerah setempat yang
melibatkan dan bersinergi dengan pemerintah, pelaku wisata, pelaku bisnis dan seluruh masyarkat, dengan cara menonjolkan keunikannya, menciptakan diferensiasi, bahkan
menampilkan imej baru agar supaya menarik bagi audiensnya, dan mampu meningkatkan roda perekonomian daerah dan memakmurkan masyarakatnya. Karenanya strategi
pemasaran yang disusun tidak semestinya hanya ditekankan pada sistem pengambilan keputusan “
top-down
” akan tetapi juga menggerakkan sistem “
bottom-up
” yang memfokuskan pada kepentingan khalayak bukan kepentingan golongan atau kelompok
tertentu. Avraham Ketter, 2008:7 Aktifitas pemasaran destinasi pariwisata tidak dapat terlepas dari berbagai kekuatan
baik dari dalam diri unit organisasi itu sendiri maupun dari kekuatanpengaruh dari luar destinasi. Oleh karena itu menurut Sunaryo 2013: 171 perlu adanya strategi dan
manajemen pemasaran destinasi pariwisata meliputi antara lain: promosi destinasi, termasuk didalamnya pengembangan
branding
dan
image
destinasi, kampanye untuk menggerakkan bisnis, khususnya untuk industri skala kecil dan menengah yang terkait,
penyediaan informasi kepariwistaan yang jelas dan efektif, penyediaan layananfasilitas reservasi hotel yang baik, pengembangan komunikasi yang baik dengan klien
Customer Relationship Management
. perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
Level komunikasi dalam penelitian ini adalah level komunikasi organisasi yaitu komunikasi yang terjadi dalam organisasi. Sekalipun organisasi hadir dalam berbagai
bentuk dan ukuran, dari segi komunikasi kesemuanya memiliki kesamaan. Komunikasi memungkinkan terjadinya koordinasi kegiatan yang dilakukan oleh sejumlah orang; tanpa
komunikasi tak mungkin terjadi koordinasi dalam organisasi sosial apapun. Menurut Ruben Steward 2013: 325 komunikasi sangat penting untuk keberfungsian organisasi dalam
kehidupan sehari-harinya, antara lain untuk: 1 mendefinisikan tujuan, 2 menggambarkan peran dan tanggung jawab anggotanya, 3 mengkoordinasikan pelaksanaan kerja, 4
membentuk jaringan informasi, dan 5 mengembangkan budaya dan iklim organisasi. Demikian halnya di Pemerintah Kota Solo, dalam rangka memasarkan Kota Solo
sebagai destinasi MICE melakukan komunikasi dan koordinasi baik secara vertikal maupun horizontal demi tujuan bersama. Pemasaran destinasi merupak
an “
social-public marketing
” 2008:7 yang mempunyai pengertian bahwa produk-produk yang dihasilkan dan yang
dipromosikan merupakan milik publik, oleh karena itu ketika melakukan proses promosi dan pemasaran harus mempertimbangkan aspek-aspek kebijakan publik. Keuntungan yang
diperoleh adalah keuntungan yang harus bisa dinikmati oleh publikmasyarakat. Dengan demikian pemasaran Solo Kota MICE melibatkan semua pihak terkait bahkan bekerjasama
dengan pihak diluar kota. Aktifitas pemasaran yang dilakukan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Surakarta,
sebagai penanggung jawab pemasaran dan promosi, merupakan pemasaran gaya baru dalam
konsep komunikasi
pemasaran terpadu
atau
Intergrated Marketing
Communication
IMC. Komunikasi
pemasaran terpadu
adalah pemasaran
yang memprsentasikan gabungan semua unsur dalam bauran pemasaran, yang memfasilitasi
terjadinya pertukaran dengan menciptakan suatu arti yang disebarluaskan kepada pelanggan atau klien Shimp: 2003:4. Lima prinsip dalam komunikasi pemasaran terpadu adalah:
Cross-functional process
,
Creating and nourishing stakeholder relationships
,
Profitable customer relationships
,
Strategically controlling or influencing all Messages, Encouraging purposeful dialogue
Duncan, 2002: 8. Bertambahnya jumlah hotel dan wisatawan yang berkunjung ke Solo merupakan salah
satu bukti keberhasilan pemerintah Kota dalam menangani komunikasi pemasaran Solo perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
Kota MICE, Data dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata tahun 2013 menunjukkan bahwa pertumbuhan kunjungan wisatawan ke Solo sejak dicanangkannya Solo Kota MICE cukup
membanggakan. Dari data menyebutkan bahwa jumlah wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara yang berkunjung ke daerah tujuan wisata mencapai angka 1.860.890
pada tahun 2013, naik 127,9 dibandingkan tahun 2010 yang mencapai angka 816.546 jiwa. Jumlah wisatawan yang menginap di hotel berbintang dan non bintang menunjukkan
angka 1.480.136 jiwa pada tahun 2103, naik 57,03 dibandingkan tahun 2010 yang mencapai angka 942.541 jiwa. Sumber: Data dan Survai Pariwisata Solo, Dokumen Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Surakarta, BPC PHRI Surakarta, BPPIS, Desember 2013. Meski demikian masih banyak pihak khususnya yang berkaitan dengan bisnis wisata MICE
seperti
Profesional Conference Organizer, Event Organizer
yang ada diluar kota seperti Jakarta, Bandung dan Bali masih banyak yang belum tahu akan keberadaan kota Solo,
bahkan masih mempertanyakan askses menuju ke kota Solo. Bertitik tolak dari hal tersebut diatas, peneliti bermaksud meneliti tentang strategi
komunikasi pemasaran kota Solo sebagai MICE yang dilakukan oleh pemerintah kota serta melihat bagaimana peran
stakeholder
dalam pelaksanaan strategi komunikasi pemasaran tersebut. Untuk mendiskripsikan strategi komunikasi pemasaran Kota Solo sebagai
destinasi MICE peneliti akan menggunakan sistem analisis model SOSTAC+3Ms yang dipopulerkan oleh P.R Smith. Penelitian tentang komunikasi pemasaran terpadu untuk
pariwisata sudah banyak dilakukan, namun tulisan mengenai strategi komunikasi pemasaran Kota Solo sebagai destinasi MICE dengan menggunakan sistem analisis
SOSTAC+3Ms baru dilakukan. Dengan demikian harapan penulis penelitian ini dapat bermanfaat baik dalam tataran teoritis maupun praktis yakni bagi Pemerintah Kota Solo
dalam pemasaran Kota Solo sebagai destinasi MICE.
B. Perumusan masalah