3 Kaitannya dengan akomodasi, masih terbatasnya sumber daya manusia SDM
yang menguasai bahasa asing, keamanan dan kemampuan SDM dalam hal pengelolaan wisata MICE.
4 Kaitannya dengan pengelolaan
venue
gedung pertemuan, masih terbatasnya fasilitas gedung pertemuan dengan fasilitas IT, fasilitas
night life
masih minim,
venue
gedung pertemuan masih jauh dari standar, dan masih kurangnya fasilitas umum seperti toilet umum,
money changer
dan lain-lain. 5
Kaitannya dengan
pre post conference tour,
hal yang perlu mendapat atensi adalah masih rendahnya kualitas pemandu wisata, harga dan paket-paket wisata
yang kurang menarik, serta kualitas dan layanan publik masih renadah. 6
Evaluasi dan kotrol, dalam hal ini terbatasnya informasi mengenai kegiatan- kegiatan yang telah dilakukan oleh
stakeholder
.
c. Rantai Nilai wisata MICE 3
commit to user
Gambar 4.8 Rantai Nilai wisata MICE 3
Sumber: BPPIS. Pengembangan MICE di Solo. 2013
Gambar Nilai rantai wisata MICE 3, menunjukkan sasaran dan strategi yang akan dicapai. Sasaran dan strategi tersebut tertulis dalam kotak biru dan coklat. Budi Sartono
23042015 menjelaskan sebagai berikut: 1
Sasaran pertama adalah peningkatan penjualan produk MICE.
2 Sasaran kedua adalahmeningkatkan wisatawan MICE yang menginap di
hotelhomestayguesthouse
3 Sasaran ketiga adalah menguatnya sinergi para pelaku wisata MICE di wilayah
Solo.
4 Sasaran keempat adalah meningkatnya image Solo sebagai destinasi wisata
MICE
commit to user
Untuk mencapai sasaran-sasaran tersebut, sesuai dengan rantai nilai wisata MICE maka strategi sebagai berikut:
1 Peningkatan pemahaman pasar MICE
2 Pengembangan SDM
3 Pengembangan kapasitas dan kualitas MICE provider, seperti
ballroom
,
venue
,
catering
dan lain-lain. 4
Peningkatan promosi dan publikasi 5
Perbaikan infrastruktur dan fasilitas pendukung. 6
Peningkatan komunikasi dan koordinasi lintas sektor.
Slogan Solo Kota MICE merupakan
Positioning Statement
yang sengaja diciptakan untuk menunjukkan produk wisata baru di Kota Solo. Dan kemudian
Positioning Statement
ini mulai sering dikumandangkan lewat berbagai kesempatan dan disetiap kegiatan pemasaran pariwisata, dengan harapan 1 dapat mensinergikan langkah
promosi seluruh s
takeholder
, sehingga terciptakan satu suara pesan yaitu Kota Solo adalah destinasi wisata MICE; 2 Menjadi daya tarik dan mengembalikan
awareness
tentang keberadaan kota Solo; 3 menciptakan imej baru. Seperti yang tercantum dalam rantai nilai wisata MICE nomor tiga pada kotak biru Dokumen BPPIS.
Pengembangan MICE di Solo. 2013. Perencanaan, pengembangan serta pemasaran Wisata MICE mendapat perhatian
khusus dari Pemerintah Kota, namun demikian pelaksanaan pemasarannya tergabung menyatu dalam program pemasaran pariwisata Surakarta secara keseluruhan karena
wisata MICE adalah
Business Tourism
dan bagian dari Pariwisata.Seperti yang disampaikan oleh Budi Sartono Kepala Bidang Pelestarian dan Promosi, Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Surakarta Jadi yang menentukan kota MICE itu adalah kementerian sendiri. Ini suatu bentuk
kebijakan utk meningkatkan jumlah wisata. Menempatkan kebijakan mice itu mulai jajaran walikota sampai ke bawah. Dengan MICE Kita tidak bisa
mendatangkan wisatawan leisure dalam jumlah besar, yang bisa kita datangkan adalah rombongan-rombongan dalam bentuk MICE. Budi Sartono, 1932014
commit to user
Untuk kepastian arah pemasaran dan promosi Solo Kota MICE Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Surakarta bersama BPPIS telah menyusun
Road Map Promosi yaitu
peta yang dipakai sebagai panduan untuk perjalanan kegiatan promosi wisata MICE, seperti berikut ini:
Gambar 4.9
Road Map
Promosi
Sumber: Dokumen BPPIS. Pengembangan MICE di Solo. 2013
Budi Sartono 23042015 menjelaskan bahwaPeta perjalanan promosi diatas menggambarkan semua kegiatan yang direncanakan untuk mempromosikan dan
memasarkan wisata MICE. Sesuai tahapan yang telah disusun, promosi dan pemasaran Solo Kota MICE baru dimulai tahun 2011. Tahun 2011
– tahun 2012 ditetapkan sebagai periode konsolidasi promosi. Menginjak tahun 2013 hingga akhir tahun 2014
ditetapkan sebagai periode ekspansi promosi. Tahun 2015 ditetapkan sebagai periode pemantapan dan
maintenance
pasar wisata MICE. Hal ini tidak berarti bahwa tahun 2015 dan seterusnya promosi dan pemasaran Solo Kota MICE berhenti.
untuk pelaksanaannya diharapkan sesuai seperti yang sudah direncanakan. Pergantian fase bukan berarti, fase yang kemarin berhenti tidak dilaksanakan.
Tetap harus dilakukan hanya saja prioritas berubah. Sebelum ditetapkan oleh perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
kementerian saja kita sudah melakukan MICE, tentunya akan selamanya kita melakukan pemasaran wisata MICE. Selama masih ada pariwisata. Budi
Sartono, 23042015
Langkah selanjutnya adalah melakukan survey untuk menyusun Basis Data dan Kajian Pasar Wisata MICE Solo Raya. Penyusunan Basis Data dan Kajian Pasar
Wisata MICE Solo Raya merupakan aktivitas untuk mendapatkan informasi yang riil yang dapat dipakai dasar untuk pengembangan serta pemasaran Wisata MICE. Kajian
pasar dilakukan untuk mendapat gambaran 1 sejauh mana tren pasar MICE di masa depan baik secara nasional maupun secara Internasional; 2 kondisi pasar MICE
secara global, 3 pola pengambilan keputusan untuk destinasi MICE; 4 kebutuhan pasar dalam penyelenggaraan paket wisata MICE, serta 5 rekomendasi strategi
pemasarannya. Sedangkan basis data wisata MICE merupakan aktifitas invetarisasi kekuatan produk MICE Solo yaitu jumlah kegiatan MICE yang diselenggarakan di
Solo baik secara regional, nasional ataupun internasional, jumlah wisatawan yang menginap di hotel, jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan MICE, jumlah
fasilitas MICE seperti hotel, ruang meeting, convention hall, restoran. Dokumen Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Surakarta,
Kajian Pasar dan basis Data Wisata MICEMeeting, Incentive, Conference dan Exhibition,
2009. Dari hasil survey yang dilakukan oleh GTZ-RED beserta
stakeholder
pariwisata Surakarta diperoleh hasil bahwa: 1
Perkembangan industri MICE dunia cukup menjanjikan, meskipun dari sisi penguasaan pasar masih didominasi oleh Eropa dan Amerika Utara yang
menduduki peringkat 1 dan 2 di dunia. Indonesia termasuk dalam kawasan Asia dan Timur Tengah yang masuk dalam peringkat ke-3 destinasi MICE.
2 Kegiatan MICE di seluruh dunia mengalami peningkatan peningkatan yang cukup
signifikan terutama di kawasan Eropa yang mencapai 4.138 kegiatan di tahun 2008, disusul oleh Amerika Utara di tahun 2008 aktivitas MICE mencapai 1.387
kegiatan. Untuk Wilayah Asia dan Timur Tengah menduduki peringkat ke 3 yaitu sebesar 852 kegiatan, dilanjutkan Amerika Latin sebesar 684 kegiatan, dan
commit to user
Austarlia 825 kegiatan. Peringkat terbawah yaitu kawasan Africa dengan jumlah 189 kegiatan di tahun 2008.
3 Sedangkan peluang Kota Solo dalam industri MICE adalah sebagai berikut:
Tabel. 4.1 Peluang Solo Raya dalam industri MICE 10 destinasi unggulan MICE
DESTINASI UNGGULAN DESTINASI POTENSIAL
1. Medan 2. Padang Bukit Tinggi
3. Batam 4. Jakarta
5. Solo 6. Yogyakarta
7. Surabaya 8. Bali
9. Makasar 10. Manado
Sumber: ICCA
Statistic Report
2003-2008 dalam Dokumen: GTZ-RED. Kajian Pasar dan basis Data Wisata MICE
Meeting, Incentive, Conference dan Exhibition
Solo. 2009. 4
Hal yang menjadi pertimbangan dalam mengambil keputusan destinasi MICE adalah lokasi penyelenggaraan MICE. Menurut hasil survey yang dilakukan GTZ
beserta
stakeholder
pariwisata Surakarta, menunjukan convention hall menduduki urutan pertama sebagai tempat penyelenggaraan kegiatan. Pilihan selanjutnya
adalah hotel. 5
Yang paling dibutuhkan selama kegiatan MICE berlangsung adalahan kemudahan akses dari dan menuju ke lokasi kegiatan MICE, keamanan lokasi dan ketersediaan
tujuan wisata.
Data diatas menunjukan bahwa Kota Solo mempunyai peluang besar sebgai destinasi wisata MICE. Untuk menyampaikan pesan tersebut Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Surakarta memilih media brosur,
factsheet, website,facebook
dan mengikuti perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
kegiatan bersama seperti
road show, travel mart, tabel top
, ICMITM
Indonesia Conference Meeting Incentive Travel Mart
. Sedangkan
stakeholder
pariwisata menggunakan semua media yaitu brosur,
factsheet, website
,
facebook, direct mail
, souvenir, serta aktif kegiatan bersama seperti
road show, travel mart, table top, sales call
, membuat harga-harga paket dan iklan. Kondisi ini seperti yang disampaikan oleh Budi Sartono dan Daryono:
..Semua media kita pakai..Budi Sartono, 1932015 Media yang dipakai adalah Travel mart, road show, bersinergi dengan
pemerintah, dengan badan promosi dengan ASITA di luar solo raya. Pake IT juga
…Daryono, 2032015 Upaya pemasaran Solo Kota MICE yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Surakarta beserta team memberikan dampak yang cukup baik bagi tingkat kunjungan wisatawan, lama tinggal wisatawan dan jumlah aktifitas MICE di kota Solo
seperti bagan dibawah ini.
Tabel 4.2 Jumlah Kunjungan wisatawan yang menginap di hotel
TAHUN ASING
DOMESTIK JUMLAH
PERTUMBUHAN
2009 2010
2011 2012
2013 14.041
19.875 26.831
7.137 11.511
855.090 1.000.050
1.274.001 1.298.683
1.468.625 869.131
1.019.925 1.300.832
1.305.820 1.480.136
- 17,35
27,54 0,4
13,35
Sumber: Dokumen Badan Promosi Pariwisata Indonesia Surakarta. Pengembangan MICE di Solo. 2013.
commit to user
Tabel 4.3 Lama Tinggal wisatawan
Sumber: Dokumen Badan Promosi Pariwisata Indonesia Surakarta. Pengembangan MICE di Solo. 2013.
Selain jumlah wisatawan bertambah, lama tinggal wisatwan juga mengalami penigkatan. Tahun 2013, meskipun jumlah wisatawan yang menginap di hotel
bertambah akan tetapi tingkat hunian kamar
Room Occupancy
mengalami penurunan, begitu juga lama tinggal wisatawan juga mengalami penurunan. Sedangkan jumlah
kegiatan MICE dari tahun ke tahun mengalami kenaikan, seperti data berikut ini:
Tabel. 4.4 Jumlah Kegiatan MICE
Events 2008
2009 2010
2011 2012
Meeting 3.379
3.425 3.486
3.858 3.876
conference 131
180 162
157 145
Exhibition 24
36 38
40 42
Total 3.534
3.641 3.686
4.055 4.063
Sumber : Dokumen Badan Promosi Pariwisata Indonesia Surakarta. Pengembangan MICE di Solo. 2013.
Kondisi ini cukup memberikan harapan yang baik bagi perkembangan wisata MICE di kota Solo. Dari kegiatan-kegiatan tersebut komposisi kegiatannya adalah sebagai
berikut: 31,67 meeting, 28,86 incentive tour, 14,27 pameran, 10 konperensi,
2010 2011
2012 2013
Length of Stay LOS Occupancy Rate OR
= Star Hotel = Non Star Hotel
1,5 days
59 45
2 days
63 48
2 days
68 45
1,8 days
55 40
commit to user
22,41 kegiatan lainnya. Klien MICE dari pelaku wisata di Solo mayoritas berasal dari enam kota besar di Jawa yaitu Jakarta, Solo, Semarang, Surabaya, Yogyakarta,
Bandung, sedangkan klien MICE dari negara tetangga sebagian besar berasal dari Malaysia Dokumen Badan Promosi Pariwisata Indonesia Surakarta.. Pengembangan
MICE di Solo. 2013 Pemasukan pajak daerah pun mengalami kenaikan. Sebagai contoh pajak hotel dan
restoran seperti dibawah ini: Tabel 4.5Daftar Penerimaan Pajak Hotel dan Restoran Surakarta
Tahun Total penerimaan Pajak Hotel dan Restoran
Dalam Rupiah 2009
16.295.920.000 2010
16.625.000.000 2011
27.702.670.000 2012
34.151.246.000 2013
38.200.000.000
Sumber: Dokumen Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Surakarta, Potensi Kerjasama dan Strategis Promosi Pariwisata Kota Surakarta. Implemented, implementing,
planning
. 2 013.per 17 Desember 2013
Dapat dilihat data penerimaan pajak dari tahun ke tahun mengalami kenaikan, hal ini cukup membuktikan adanya pergerakan bisnis yang baik yang kaitannya dengan
kegiatan MICE di kota Solo.
Multiplier effect
dari bisnis wisata MICE benar-benar terasa pada roda perekonomian kota Solo, tidak hanya menggerakkan bisnis pariwisata Surakarta saja,
akan tetapi juga mampu menarik perhatian investor untuk berinvestasi di Kota Solo. Pesatnya pertumbungan pembangunan hotel menjadi salah satu bukti nyata dampak
wisata MICE, diikuti bisnis lain seperti, restoran, catering, kerajinan cinderamata, transportasi dan lainnya.
.
Menurut data dari Dinas Pariwisata Surakarta yang disampaikan oleh Eny Tiyasni Susana menuliskan bahwa pertumbuhan hotel di kota
Solo sampai tahun 2013 mencapai 34 hotel berbintang dan 124 hotel nonbintang. Sementara itu masih ada beberapa hotel lagi yang dalam proses pembangunan dan
beberapa hotel yang belum dibangun namun sudah mengantongi surat ijin membangun.travel.kompas.com.Dalam kurun waktu tiga tahun penambahan jumlah
commit to user
kamar untuk hotel berbintang mencapai 190, sedangkan untuk hotel Non Bintang jumlah kamar naik 23,76 Hal ini menunjukkan bahwa ada peningkatan kelas dan
kualitas pelayanan akomodasi lihat gambar 1.1
E. Deskripsi strategi komunikasi pemasaran Kota Solo sebagai destinasi MICE dengan sistem analisis Model SOSTAC+3Ms
Untuk mengetahui strategi komunikasi pemasaran kota Solo sebagai dstinasi MICE yang telah dilakukan oleh pemerintah kota beserta
stakeholder
pariwisata Surakarta, maka penulis akan menganalisisnya dengan menggunakan sistem analisis model
SOSTAC + 3Ms menurut teori P.R Smith 1999:110-135. Dalam pelaksanaannya pemerintah kota mendelegasikan tugas pemasarannya kepada Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Surakarta. Elemen-elemen dalam model ini adalah:
Situation
situasi,
Objective
tujuan,
Strategy
strategi,
Tactics
taktik,
Action
aksiimplementasi,
Control
control, ditambah dengan
Men
sumber daya manusia,
Money
dana0,
Minutes
batasan waktu. Sedangkan pada unsur strateginya terdapat komponen-komponen penting
yang perlu
diperhatikan terdiri
dari
S egmentation
segmentasi
,Targeting
sasaran,
O bjectives
tujuan,
P ositioning
posisi dan
S equence of tools
urutan penggunakan alat,
I ntegration of the tools
kesinambungan dan kesesuaian alat
, Tools
alat yang disingkat STOP SIT.
1.
Situation
situasi a. Analisa Pasar
Sebagai langkah awal memulai memasarkan Kota Solo sebagai kota MICE, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Surakarta bekerja sama dengan organisasi swasta atau
NGO
Non Government Organisation
yaitu GTZ program RED melihat bagaimana potensi dan kondisi Kota Solo dalam kaitannya dengan pegembangan wisata MICE.
Oleh karena itu dilakukan penyusunan Basis Data dan Kajian Pasar Wisata MICE Solo Raya. Penyusunan data tersebut juga melibatkan organisasi yang lain seperti
ASITA DPC Solo, BPC PHRI Surakarta, SoloMICE. Pelaksanaan penelitian dan penyusunan data dimulai bulan September tahun 2009, ketika bisnis wisata MICE
commit to user
Kota Solo mulai menunjukan peningkatan tiga tahun terakhir yaitu sejak tahun 2007.
Dulu GTZ-RED yang melakukan survey untuk rencana pengembangan wisata MICE, kita bekerja sama dengan mereka. Kantornya dulu di Solo
Inn. Melibatkan juga teman-teman pelaku wisata PHRI, ASITA dan Forum SOLO RAYA. Budi Sartono, 1932014
Penyusunan Basis Data dan Kajian Pasar Wisata MICE Solo Raya merupakan aktivitas untuk mendapatkan informasi yang riil yang dapat dipakai untuk dasar
pengembangan serta pemasaran Wisata MICE. Kajian pasar dilakukan untuk mendapat gambaran 1 sejauh mana tren pasar MICE di masa depan baik secara
nasional maupun secara Internasional; 2 kondisi pasar MICE secara global, 3 pola pengambilan keputusan untuk destinasi MICE; 4 kebutuhan pasar dalam
penyelenggaraan paket wisata MICE, serta 5 rekomendasi strategi pemasarannya. Sedangkan basis data wisata MICE merupakan aktifitas invetarisasi kekuatan produk
MICE Solo yaitu jumlah kegiatan MICE yang diselenggarakan di Solo baik secara regional, nasional ataupun internasional, jumlah wisatawan yang menginap di hotel,
jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan MICE, jumlah fasilitas MICE seperti hotel, ruang meeting, convention hall, restoran Dokumen: GTZ-RED. Kajian
Pasar dan basis Data Wisata MICE Meeting, Incentive, Conference dan Exhibition Solo. 2009.
Dari hasil survey yang dilakukan oleh GTZ-RED beserta
stakeholder
pariwisata Surakarta diperoleh hasil bahwa:
1 Perkembangan industri MICE dunia cukup menjanjikan, meskipun dari sisi
penguasaan pasar masih didominasi oleh Eropa dan Amerika Utara yang menduduki peringkat 1 dan 2 di dunia. Indonesia termasuk dalam kawasan Asia
dan Timur Tengah yang masuk dalam peringkat ke-3 destinasi MICE. 2
Kegiatan MICE di seluruh dunia mengalami peningkatan peningkatan yang cukup signifikan terutama di kawasan Eropa yang mencapai 4.138 kegiatan di
tahun 2008, disusul oleh Amerika Utara di tahun 2008 aktivitas MICE mencapai 1.387 kegiatan. Untuk Wilayah Asia dan Timur Tengah menduduki
commit to user
peringkat ke 3 yaitu sebesar 852 kegiatan, dilanjutkan Amerika Latin sebesar 684 kegiatan, dan Austarlia 825 kegiatan. Peringkat terbawah yaitu kawasan
Africa dengan jumlah 189 kegiatan di tahun 2008. 3
Sedangkan peluang kota Solo adalah urutan ke lima dari 10 destinasi unggulan di Indonesia lihat tabel 4.1
4 Hal yang menjadi pertimbangan dalam mengambil keputusan destinasi MICE
adalah lokasi penyelenggaraan MICE. Menurut hasil survey yang dilakukan GTZ beserta
stakeholder
pariwisata Surakarta, menunjukan
convention hall
menduduki urutan pertama sebagai tempat penyelenggaraan kegiatan. Pilihan selanjutnya adalah hotel.
5 Yang paling dibutuhkan selama kegiatan MICE berlangsung adalahan
kemudahan akses dari dan menuju ke lokasi kegiatan MICE, keamanan lokasi dan ketersediaan tujuan wisata.
b. Menentukan Segmentasi dan Target Pasar