Menentukan Segmentasi dan Target Pasar Malakukan Analisa SWOT

peringkat ke 3 yaitu sebesar 852 kegiatan, dilanjutkan Amerika Latin sebesar 684 kegiatan, dan Austarlia 825 kegiatan. Peringkat terbawah yaitu kawasan Africa dengan jumlah 189 kegiatan di tahun 2008. 3 Sedangkan peluang kota Solo adalah urutan ke lima dari 10 destinasi unggulan di Indonesia lihat tabel 4.1 4 Hal yang menjadi pertimbangan dalam mengambil keputusan destinasi MICE adalah lokasi penyelenggaraan MICE. Menurut hasil survey yang dilakukan GTZ beserta stakeholder pariwisata Surakarta, menunjukan convention hall menduduki urutan pertama sebagai tempat penyelenggaraan kegiatan. Pilihan selanjutnya adalah hotel. 5 Yang paling dibutuhkan selama kegiatan MICE berlangsung adalahan kemudahan akses dari dan menuju ke lokasi kegiatan MICE, keamanan lokasi dan ketersediaan tujuan wisata.

b. Menentukan Segmentasi dan Target Pasar

Segmentasi juga ditetapkan dengan melakukan survey dan kajian pasar, dan ditetapkan bahwa segmantasi pasar wisata MICE adalah wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara.Klien MICE dari pelaku usaha wisata di Solo yang merupakan target pasar, mayoritas berasal dari enam kota besar di Jawa yaitu: Jakarta , Solo , Semarang , Surabaya , Yogyakarta , Bandung. Sedangkan a sal InstitusiLembaga Klien Para Pelaku Usaha MICE di Solo Basis Data MICE Solo Raya adalah:  Perorangan 20  BUMN Swasta 17  Pemda 15  Ormas 11  LSM 10  Parpol 10  Kementerian 9  PMA 4  Lainnya 4 perpustakaan.uns.ac.id commit to user Kajian Pasar dan basis Data Wisata MICEMeeting, Incentive, Conference dan Exhibition. 2009.

c. Malakukan Analisa SWOT

Analisa SWOT juga dilakukan untuk memperdalam analisa situasi. Menurut Dokumen Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. GTZ-RED-Kajian Pasar dan basis Data Wisata MICEMeeting, Incentive, Conference dan Exhibition 2009hasil analisisnya adalah sebagai berikut: a Strength kekuatan 1 Solo memenuhi sembilan 9 kriteria sebagai Kota tujuan MICE yang meliputi: aksesibilitas, dukungan stakeholder, tempat menarik, akomodasi, fasilitas meeting, fasilitas pameran, citra destinasi, keadaan lingkungan, profesionalitas sumber daya manusia. 2 Rasio harga dan kualitas yang sangat baik untuk produk-produk pariwisata 3 Ketersediaan tempat pelatihan dan institusi-institusi pendidikan pariwisata dan umum. 4 Memiliki Warisan budaya yang sudah diakui UNESCO yaitu batik dan keris 5 Biaya penyelenggaraan wisata MICE relatif murah. b Weakness kelemahan 1 Pemahaman Pemkot dan masyarakat tentang wisata MICE masih kurang 2 Regulasi pemerintah tidak konsisten, dan sering berubah. 3 Kualitas produk dan pelayanan yang masih lemah, termasuk fasilitas publik seperti toilet dll. 4 Belum tersedianya gedung serbaguna untuk pameran bisnis atau untuk pertemuan skala internasional. 5 Keterbatasan hall konferensi atau ballroom yang dimiliki hotel berbintang hanya berkapasitas maksimal 2.500 orang perpustakaan.uns.ac.id commit to user 6 Promosi wisata tidak konsisten 7 Jalur penerbangan terbatas 8 Pemetaan keunikan setiap destinasi terbatas 9 SDM Profesional dan bertaraf internasional terbatas 10 Terbatasnya sumber biaya promosi c Opportunity peluang 1 Kesempatan menjadi Kota Wisata MICE di Indonesia bahkan ASIA 2 Kemampuan membangun gedung serba guna yang memiliki gayaarsitektur postmodern 3 Memperbanyak event internasional yang berbasiskan budaya kesultanankerajaan tingkat dunia. 4 Pengembangan destinasi wisatalainnya seperti Mall Batik dan Keris Centre 5 Dekorasi jalan-jalan utama dengan simbol dan bahasa khas solo. d Threats ancaman 1 Kompetitor pengembangan wisata MICE dari daerah lain yaitu Yogyakarta dan Semarang. 2 Ancaman gangguan keamanan, seperti teroris. 3 Perubahan gaya budaya lokal Dari kajian Situasi yang telah dipaparkan diatas, Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Surakarta telah mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki untuk pengembangan dan pemasaran wisata MICE di kota Solo dan dapat disimpulkan bahwa kondisi tersebut menggambarkan faktor internal dan faktor eksternal. Faktor Internal pertama meliputi potensi yang dimiliki Kota Solo dalam kaitannya dengan wisata MICE sudah cukup memadai dan sudah memenuhi Sembilan 9 kriteria kota MICE, meskipun tidak semua unsur MICE tersebut bisa diselenggarakan di Solo. Hanya dua 2 unsur saja yang menjadi kekuatan yaitu unsur M- Meeting dan unsur I- Incentive Trip yang mencapai 31,67 dan 28,86 dari total peminatan wisatawan yang berkunjung ke Kota Solo. Dokumen Dinas commit to user Kebudayaan dan Pariwisata. GTZ-RED-Kajian Pasar dan basis Data Wisata MICEMeeting, Incentive, Conference dan Exhibition Solo. 2009. Didukung oleh jumlah hotel bertaraf internasional yang tersedia, akan memberikan peluang baik kepada wisatawan untuk leluasa memilih dengan harga yang baik. Sedangkan potensi yang masih perlu mendapat atensi adalah perbaikan dan penambahan infrastruktur, menciptakan karakteristik tersendiri bagi kota Solo sehingga bisa menjadi diferensiasi, mengembangkan paket wisata yang lebih menarik. Memaksimalkan media promosi lewat media elektronik khususnya sosial media seperti internetwebsite dan facebook . Faktor internal kedua, adalah kelemahan atau kekurangan perusahaan. Seperti dipaparkan diatas bahwa sebagian kelemahan justru ada dalam diri internal Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Surakarta sendiri yaitu belum adanya persamaan persepsi tentang pemahaman wisata MICE, regulasi yang belum pasti dan sering berubah, terbatasnya aktifitas promosi, terbatasnya sumber dana dan terbatasnya SDM profesiona. Hal ini juga disampaikan oleh Daryono: Kendala-kendala yang kita hadapi adalah: Di regulasi yang selalu berubah. Pemerintah tidak konsisten. MICE belum punya wadah yang pasti. SDM memang perlu ditingkatkan, sudah ada yang bersertifikasi. Tentang perusahaan yang menghendel SDM, jadi punya spesifikasi Promosi, sangat minim di solo. Pemahaman ttg MICe oleh pemerintah daerah itu masih sempit. Karena belum merupakan suatu kebijakan saja, hanya omongan saja. Pemerintah berpikir mice itu hanya miting padahal kan banyak hal. Daryono, 20032015 Faktor internal ketiga, adalah kebijakan Pemerintah Kota, khususnya dalam hal pemasaran pariwisata Surakarta secara keseluruhan. Kebijakan itu meliputi tiga hal yaitu: 1 Manajemen Branding ; 2 Manajemen Produk; dan 3 Manajemen Pelanggan Dokumen Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Surakarta, Potensi Kerjasama dan Strategis Promosi Pariwisata Kota Surakarta. Implemented, implementing, planning . 2 013. commit to user

d. Analisa Konsumen

Dokumen yang terkait

STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN MICE (Meeting Insentive Conference Exhubition) DEPARTEMENT POSTERS HOTEL MICE BANDUNG MELALUI FASILITAS PELAYANAN UNTUK KEPUASAN PELANGGAN

0 10 1

STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN DISBUDPAR DALAM MEMPROMOSIKAN KOTA SURAKARTA SEBAGAI KOTA Strategi Komunikasi Pemasaran Disbudpar Dalam Mempromosikan Kota Surakarta Sebagai Kota Budaya Dan Pariwisata ( Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Strategi Pemasaran

0 1 13

STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN CS WARUNG KOPI SOLO (Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Strategi Komunikasi Strategi Komunikasi Pemasaran Cs Warung Kopi Solo (Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Strategi Komunikasi Pemasaran Cs Warung Kopi Dalam Mengha

0 2 15

STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN Strategi Komunikasi Pemasaran Cs Warung Kopi Solo (Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Strategi Komunikasi Pemasaran Cs Warung Kopi Dalam Menghadapi Persaingan Kafe Lokal Di Kota Solo).

7 21 12

Tourists Behavioral Intention Antecedent Meeting Incentive Convention and Exhibition (MICE ) in Bali.

0 0 3

PERAN STAF KREATIF DAN RUNNER DALAM EVENT PROJECT PREPARATION, BRAND ACTIVATION, KEGIATAN MEETING, INCENTIVE, CONFERENCE, EXHIBITION DI PT. JPPRO Bali.

0 0 10

MICE sebagai strategi pemasaran Hotel Grand Zuri Yogyakarta.

0 0 14

Strategi komunikasi pemasaran kota solo sebagai destinasi mice (Meeting, Incentive Trip, Conference, Exhibition) AWAL

1 1 12

this PDF file Analisis Usaha Event Organizer MICE (Meeting, Incentive, Conference, Exhibition) Melalui Kanvas Model Bisnisdan Peta Empati: Studi Kasus Event Organizer di Yogyakarta dan Surakarta. | Nadzir | Jurnal Manajemen Bisnis 1 SM

0 0 24

this PDF file Analisis Usaha Event Organizer MICE (Meeting, Incentive, Conference, Exhibition) Melalui Kanvas Model Bisnisdan Peta Empati: Studi Kasus Event Organizer di Yogyakarta dan Surakarta. | Nadzir | Jurnal Manajemen Bisnis 1 PB

0 0 24