matematika menjadi tidak berarti baginya, sehingga siswa memanipulasi sendiri lambang-lambang tersebut.
3 Siswa tidak memahami asal usul suatu prinsip.
Siswa tahu apa rumusnya dan bagaimana menggunakannya, tetapi tidak tahu mengapa rumus itu digunakan. Akibatnya,
siswa tidak tahu di mana atau dalam konteks apa prinsip itu digunakan.
4 Siswa tidak lancar menggunakan operasi dan prosedur.
Ketidaklancaran menggunakan operasi dan prosedur terdahulu mempengaruhi pemahaman prosedur selanjutnya.
5 Ketidaklengkapan pengetahuan.
Hal ini dapat menghambat kemampuan siswa untuk memecahkan masalah matematika. Sementara itu, pelajaran
tersebut berlanjut secara berjenjang. c.
Masalah guru Setiap
guru mempunyai
persepsi sendiri
tentang Matematika, hakekat belajar, dan mengajar. Mereka mempunyai
gaya mengajar atau metode mengajar sendiri. Selain itu, mereka juga mempunyai keterbatasan pengetahuan dan keterampilan
Mohammad Soleh, 1998 : 34 – 39.
D. Diagnosis Kesulitan Siswa Menyelesaikan Soal - Soal Matematika
Diagnosis adalah penentuan jenis masalah atau kelainan dengan meneliti latar belakang penyebabnya atau dengan cara menganalisis
gejala-gejala yang tampak, sedangkan kesulitan belajar adalah suatu gejala yang nampak pada peserta didik yang ditandai dengan adanya
prestasi belajar yang rendah atau dibawah nilaiukuran yang telah ditetapkan.
Menurut Entang1984:10, diagnosis kesulitan belajar adalah upaya untuk menemukan kesulitan yang dialami siswa dalam belajar
dengan cara yang sistematis berdasarkan gejala-gejala yang nampak dan menemukan faktor penyebabnya baik yang mungkin terletak pada
diri siswa atau yang berasal dari luar diri siswa. Jika kesulitan siswa mengarah kepada proses mengerjakan soal-soal matematika maka
upaya yang dilakukan adalah menemukan kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal
– soal matematika dan menemukan faktor penyebabnya.
1. Teknik Diagnosis
Sasaran dari kegiatan diagnosis pada dasarnya ditujukan untuk memahami karakteristik dan faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya kesulitan. Dari pola pendekatan C. Ross dan Julian Stanley, dapat disimpulkan bahwa teknik diagnosa kesulitan belajar
adalah sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi siswa yang diperkirakan mengalami
kesulitan Identifikasi siswa yang mengalami kesulitan belajar
dilakukan dengan: 1
Menganalisis prestasi belajar, dengan melihat prestasi siswa yang mengalami kesulitan yang menurun dari
sebelumnya dan prestasi yang dicapai berada di bawah kemampuan sebenarnya
2 Menganalisis perilaku yang berhubungan dengan proses
belajar, dengan membandingkan perilaku siswa yang mengalami kesulitan terhadap siswa lainnya yang
sekelas. 3
Menganalisis hubungan sosial, dengan mengamati intensitas interaksi sosial siswa yang mengalami
kesulitan dengan kelompoknya. b.
Mengalokasikan letak kesulitan atau permasalahnnya Setelah mengetahui siswa yang mengalami kesulitan
belajar, maka langkah selanjutnya adalah mengelompokan kesulitan belajar siswa, apakah kesulitan yang didapatnya
hanya terjadi pada salah satu mata pelajaran saja atau lebih. c.
Memperkirakan alternatif pertolongan Setelah mengalokasikan letak kesulitan siswa, maka
dilanjutkan dengan memperkirakan alternatif pertolongan
pada siswa yang mengalami kesulitan tersebut, serta menyusun rencana atau kegiatan yang dapat dilakukan dalam
mengatasi kesulitan belajar siswa.
2. Alat Diagnosis
Alat yang digunakan dalam pelaksanaan diagnosis dapat berupa tes seperti tes diagnostik dan non tes seperti observasi dan
wawancara . Tes diagnostik digunakan untuk menemukan kelemahan-kelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahan-
kelemahan tersebut dapat dilakukan perlakuan yang tepat Arikunto, 2009 : 34 . Fungsi dari tes diagnostik ini adalah untuk
mengidentifikasi masalah atau kesulitan yang dialami siswa serta untuk merencanakan tindak lanjut berupa upaya-upaya pemecahan
sesuai masalah atau kesulitan yang telah teridentifikasi. Tes diagnostik ini dikembangkan berdasar analisis terhadap sumber-
sumber kesalahan atau kesulitan yang mungkin menjadi penyebab munculnya masalah pada siswa. Soal-soal yang disajikan dalam tes
diagnostik ini berbentuk uraian sehingga mampu menangkap informasi secara lengkap. Menurut Nana Sudjana 1989;35 secara
umum tes uraian adalah pertanyaan yang menuntut siswa menjawabnya
dalam bentuk
menguraikan, menjelaskan,
mendiskusikan, membandingkan, memberikan alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan