1
BAB I PENDAHULUAN
Uraian dalam bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, dan spesifikasi produk.
1.1 Latar Belakang Penelitian
Ilmu Pengetahuan Alam, yang sering disingkat menjadi IPA adalah terjemahan kata dalam bahasa Inggris yaitu
natural science. Natural
yang artinya berhubungan dengan alam, sedangkan
science
yang artinya ilmu pengetahuan. Jadi, IPA dapat disebut sebagai ilmu tentang alam atau ilmu yang mempelajari
peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam Samatowa, 2011: 3. IPA juga menjadi salah satu mata pelajaran wajib yang diajarkan di Indonesia sejak jenjang Sekolah
Dasar. IPA menurut Darmojo dalam Samatowa, 2011: 2 adalah pengetahuan yang rasional dan obyektif tentang alam semesta dengan segala isinya. Kedua
pendapat tersebut menjelaskan bahwa IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan alam. Pembelajaran IPA yang diajarkan pada jenjang Sekolah Dasar
terdiri dari aspek-aspek berikut ini: 1 makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan,
2 bendamateri, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas, 3 energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya,
dan pesawat sederhana, 4 bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya BSNP, 2006: 162. Menggolongkan
makhluk hidup secara sederhana merupakan salah satu Kompetensi Dasar yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2 harus dipahami oleh siswa BSNP, 2006: 490. Kemudian, salah satu materi yang
sesuai dengan Kompetensi Dasar tersebut adalah penggolongan hewan berdasarkan penutup tubuhnya.
Pada salah satu materi IPA yaitu penggolongan hewan berdasarkan penutup tubuhnya, siswa mengalami kesulitan untuk memahami materi tersebut karena
belum pernah melihat dan meraba penutup tubuh hewan secara langsung sehingga menurutnya terlihat abstrak. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan tanggal 3
September 2016 pada kelas III di SD 1 Padokan, didapatkan hasil bahwa tidak ada media pembelajaran IPA yang tersimpan di kelas. Guru juga tidak menggunakan
media dalam menyampaikan materi pembelajaran, tetapi hanya menggunakan panduan yang berupa buku cetak. Guru hanya menggunakan metode ceramah dan
tanya jawab sampai jam pembelajaran berakhir. Setelah itu guru mendiktekan materi dan menyuruh siswa untuk mencatat di buku tulisnya masing-masing.
Peneliti juga melakukan wawancara kepada guru kelas III. Berdasarkan hasil wawancara, guru mengatakan bahwa belum pernah membuat media
pembelajaran IPA untuk materi penggolongan hewan berdasarkan penutup tubuhnya. Salah satu contoh media pembelajaran yang pernah digunakan adalah
mananam biji kecambah yang diamati pertumbuhannya bersama dengan siswa. Guru juga mengatakan bahwa pembelajaran menggunakan media berdampak
sangat besar bagi siswa karena materi yang diberikan terkesan menarik. Akan tetapi, guru mengalami kesulitan dalam menyampaikan materi IPA karena
materinya terlalu abstrak. Hal tersebut menyebabkan dari 30 siswa masih terdapat 21 siswa atau 70 mendapatkan nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal
KKM yaitu 75 pada materi penggolongan hewan berdasarkan penutup tubuhnya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3 Selanjutnya, peneliti melakukan wawancara kepada dua siswa di kelas III.
Berdasarkan hasil wawancara, mereka mengatakan bahwa lebih tertarik mengikuti pembelajaran jika guru menggunakan bantuan media pembelajaran saat
menjelaskan materi. Namun pada kenyataannya, guru masih jarang menggunakan bantuan media dalam menjelaskan materi pembelajaran. Mereka merasa kesulitan
dalam memahami materi penggolongan hewan berdasarkan penutup tubuhnya karena guru hanya menjelaskan materi dengan model ceramah sehingga siswa
tidak mengetahui bagaimana tekstur penutup tubuh pada setiap hewan. Sesuai dengan pernyataan tersebut, media pembelajaran memang sangat dibutuhkan
siswa dalam memahami suatu materi dan juga akan membuat siswa lebih aktif karena rasa ketertarikannya selama proses pembelajaran berlangsung. Pernyataan
tersebut juga didukung dari hasil kuesioner analisis kebutuhan guru dan siswa yang dilakukan pada tanggal 17 September 2016. Sebanyak 100 guru
menyetujui bahwa penggunaan media dapat membantu siswa dalam memahami konsep-konsep pembelajaran IPA. Kemudian, sebanyak 86,67 siswa juga
menyetujui bahwa penggunaan media dapat membantu dalam memahami materi pembelajaran IPA.
Teori perkembangan kognitif Piaget menyatakan anak usia Sekolah Dasar berada pada tahapan operasional konkret yaitu usia 7-11 tahun Susanto, 2013:
78. Penggunaan media pembelajaran yang konkret sangatlah penting untuk digunakan karena akan membantu siswa dalam memahami materi-materi yang
bersifat abstrak. Siswa Sekolah Dasar sudah mulai berfikir secara logis dan dapat diterapkan dalam memecahkan berbagai permasalahan yang konkret. Namun, cara
berpikir anak masih terbatas karena masih berdasarkan sesuatu yang terlihat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4 konkret bukan yang bersifat abstrak Suparno, 2011: 69-70. Oleh sebab itu,
media pembelajaran yang konkret sangat diperlukan karena dapat membantu siswa memahami materi yang sedang dipelajari.
Media pembelajaran adalah hal paling penting dalam pendidikan Montessori. Maria Montessori 1870-1952 merupakan pencipta pendidikan
Montessori dan menekankan bahwa penggunaan benda-benda secara konkret sangatlah penting untuk membantu siswa dalam proses belajar. Media
pembelajaan berdasarkan metode Montessori juga memiliki ciri-ciri yaitu: 1 menarik, 2 bergradasi, 3
auto-correction,
dan 4
auto-education
Montessori, 2002: 170-174. Peneliti juga menambahkan unsur kontekstual sebagai ciri
tambahan agar media pembelajaran yang digunakan sesuai dengan kondisi lingkungan belajar siswa secara nyata. Gutek 2013: 240 juga mengemukakan
bahwa terdapat keunggulan media pembelajaran berbasis metode Montessori yaitu: 1 bahan pembelajaran Montessori memungkinkan terjadinya pembelajaran
secara mandiri, 2 material yang digunakan dalam pembelajaran Montessori dapat menghasilkan sebuah pendidikan yang berupa pengalaman indra, 3 menyajikan
benda-benda yang dapat menarik perhatian spontan dari anak, dan 4 mengandung gradasi rangsangan-rangsangan yang rasional.
Media pembelajaran berbasis metode Montessori sudah terbukti dapat membantu siswa dalam memahami suatu materi pembelajaran. Penelitian pertama
dilakukan oleh Agustin 2011 mengembangkan alat peraga
sandpaper letters
materi menulis kalimat tegak bersambung berbasis metode Montessori untuk kelas I. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa alat peraga yang
dikembangkan dapat membantu siswa kelas I untuk latihan menulis huruf tegak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5 bersambung dengan peningkatan nilai rata-rata 2,09 menjadi 3,98. Penelitian
kedua dilakukan oleh Noi 2015 mengembangkan alat peraga matematika materi perkalian berbasis metode Montessori untuk kelas III. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa alat peraga yang dikembangkan dapat mengatasi kesulitan belajar bagi siswa dalam materi perkalian dengan perbedaan rerata awal yaitu
58,21 menjadi rerata 97,82. Penelitian ketiga dilakukan oleh Hardiyanti 2016 mengembangkan alat peraga pembelajaran IPS materi keragaman budaya
Indonesia berbasis metode Montessori untuk kelas IV. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa alat peraga yang dikembangkan dapat mengatasi kesulitan
belajar bagi siswa dalam materi keragaman budaya Indonesia dengan peningkatan nilai
posttest
sebesar 37,2. Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa
tingkat pemahaman siswa masih rendah karena materi pembelajaran IPA dirasa terlalu abstrak. Pada perkembangan anak tahap operasi konkret usia 7-12 tahun,
anak sudah bisa berpikir dalam usaha memecahkan masalah secara nyata, akan tetapi anak masih belum bisa berpikir dalam memecahkan masalah secara tidak
nyataabstrak. Oleh karena itu, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian dan pengembangan
Research and Development
mengenai media pembelajaran IPA SD materi penggolongan hewan berdasarkan penutup tubuhnya pada siswa kelas
III SD 1 Padokan tahun ajaran 20162017. Media yang akan dikembangkan adalah media pembelajaran berbasis metode Montessori yang memperhatikan lima ciri-
ciri utama yaitu menarik, bergradasi,
auto-correction
,
auto-education
, dan kontekstual. Penelitian ini hanya dibatasi pada tahapan menghasilkan prototipe
6 atau bentuk dasar dari produk media pembelajaran IPA yang sudah diuji secara
ilmiah oleh beberapa ahli melalui uji coba lapangan terbatas.
1.2 Rumusan Masalah