Kebakaran Tanpa Kesengajaan Api sebagai Senjata Pembukaan Jalan Baru Hutan Bernilai Ekonomi Tinggi
148
GEOGRAFI Kelas XI
Reboisasi dilakukan untuk menjaga keseimbangan ekosistem. Lalu, bagaimana dari segi efisiensinya? Efisiensi dapat dilakukan dengan
meningkatkan kekreatifan kita. Jika selama ini kita lebih banyak mengekspor kayu-kayu gelondongan, ada baiknya jika kita mengolah
kayu-kayu tersebut menjadi barang yang mempunyai nilai tambah, seperti kerajinan mebel atau industri berbahan baku kayu lainnya.
Satu hal lagi tentang hutan yang terkadang luput dari perhatian kita. Selain penebangan hutan, kebakaran juga menjadi penyebab
kerusakan hutan. Seperti kebakaran hutan yang sering melanda Indonesia dianggap merupakan bencana besar bagi lingkungan dan
ekonomi. Sekitar 10 juta hektar hutan, semak belukar dan padang rumput terbakar, sebagian besar dibakar dengan sengaja. Gumpalan
asap yang pedas meliputi wilayah Sumatra dan Kalimantan, juga Singapura dan sebagian dari Malaysia dan Thailand. Sekitar 75 juta
orang terkena gangguan kesehatan yang disebabkan oleh asap. Bahkan lalu lintas udara lumpuh karenanya. Sampai
saat ini kebakaran ini masih sering terjadi, bahkan kejadian ini membuat Indonesia dianggap menjadi salah satu
pencemar lingkungan terburuk di dunia. Mengapa hal ini terjadi? Apabila dilihat dari citra satelit dan data ‘hot-spot’
kebakaran menunjukkan lautan api dimulai di daerah perusahaan-perusahaan perkebunan kelapa sawit dan
pulp, yang biasa menggunakan api untuk membersihkan lahan. Namun demikian, selain karena faktor aktivitas
manusia, kebakaran ini bisa juga terjadi secara alami. Nah, cermati faktor-faktor penyebab berikut dan coba diskusikan
bagaimana upaya penanggulangannya. a.
Pembersihan Lahan Api sampai sekarang dianggap alat yang murah dan efektif untuk
membersihkan lahan dan diminati oleh kalangan pengusaha untuk dapat menanam tanaman industri seperti karet dan kelapa
sawit. Bukti nyata dapat kamu cermati dengan berkurangnya luas hutan menjadi areal perkebunan. Misalnya, perkebunan kelapa
sawit yang meningkat dari 120.000 hektare di tahun 1989 menjadi hampir 3 juta hektar di tahun 1999.