GEOGRAFI Kelas XI
206
a. Kerusakan Fisik
Rumah, bangunan, jalan, dan semua yang berada di jalur tanah longsor akan rusak. Reruntuhan tanah, batuan, dan juga air
menimpa daerah di bawahnya dan menutup jalan, jalur komunikasi, dan saluran air. Pengaruh tidak langsung dari tanah
longsor adalah penurunan produktivitas lahan, nilai bangunan, dan infrastruktur.
b. Korban Jiwa
Selain kerusakan fisik, tanah longsor mengakibatkan kematian. Reruntuhan puing-puing dan massa tanah serta aliran lumpur
dapat menimpa penduduk dan mengakibatkan kematian.
2. Banjir
Fenomena banjir disebabkan oleh curah hujan yang tinggi, luapan air sungai, dan pasang naik air laut.
Sering kali kejadian banjir dipengaruhi oleh kegiatan manusia seperti penggundulan hutan, pembangunan
permukiman dan gedung, serta pembuangan sampah di saluran-saluran air. Banjir yang terjadi pada 20 April
2006 di wilayah Trenggalek, Jawa Timur adalah banjir bandang yang disebabkan oleh meluapnya Sungai
Ngasinan yang membelah Kota Trenggalek. Luapan Sungai Ngasinan berasal dari peningkatan limpasan
di daerah hulu karena penggundulan hutan dan hujan deras. Banjir bandang ini menewaskan 13 orang,
merendam 53 desa, dan 4.953 hektare sawah, serta merusakkan sejumlah bangunan.
Bencana banjir sering melanda wilayah yang luas sehingga sangat merugikan penduduk. Kerugian akibat banjir di antaranya
sebagai berikut.
a. Kerusakan Fisik
Rumah, gedung, dan bangunan rusak karena pengikisan dan penggenangan air. Lahan juga menjadi tidak produktif. Lapisan
tanah dan batuan terkikis aliran air sehingga mengubah bentuk permukaan Bumi. Kerusakan atau kerugian akibat banjir di daerah
lembah lebih besar dibanding di dataran.
b. Korban Jiwa dan Penyakit
Banjir mampu menenggelamkan harta benda dan penduduk, termasuk hewan ternak. Korban banjir sering hanyut terbawa aliran
air dan ditemukan terkubur endapan banjir. Jumlah korban yang luka serius biasanya hanya sedikit. Selain korban kematian, banjir
dapat menimbulkan wabah penyakit yang disebabkan oleh bakteri atau virus seperti diare, muntaber, malaria, dan infeksi.
c. Persediaan Air Bersih
Banjir identik dengan air yang melimpah. Hanya saja, air yang melimpah itu bukan merupakan air bersih sehingga tidak layak
untuk dikonsumsi. Daerah yang kebanjiran sering kekurangan persediaan air bersih karena sumur-sumur dan sumber air lain
terkontaminasi.
Sumber: Kompas 21 April 2006
Gambar 8.5 Banjir di Jawa Timur
Di unduh dari : Bukupaket.com
207
Pelestarian Lingkungan Hidup
d. Persediaan Pangan
Di daerah yang dilanda banjir mengalami penggenangan berhari- hari, bahkan berminggu-minggu. Kejadian tersebut menyebabkan
tanaman pangan seperti padi akan terendam dan mati, sehingga gagal panen. Benih, alat-alat pertanian, dan hewan-hewan ternak
juga hilang. Keadaan ini menjadikan persediaan pangan di daerah yang kebanjiran menipis dan kekurangan pangan.
Banjir Lumpur Panas Sidoarjo 2006
Fenomena banjir lumpur panas di Sidoarjo, Jawa Timur
ditimbulkan oleh penyemburan lumpur panas di lokasi
pengeboran PT Lapindo Brantas. Fenomena ini terjadi sejak 29 Mei
2006, atau dua hari setelah gempa bumi mengguncang
Yogyakarta dan sekitarnya. Akibat semburan lumpur panas
selama beberapa bulan ini maka wilayah permukiman, lahan
pertanian, dan lahan industri di tiga kecamatan di sekitarnya tergenang, termasuk jalan tol Surabaya-Gempol. Genangan lumpur juga mengancam
jalur kereta api lintas timur Surabaya-Malang dan Surabaya-Banyuwangi.
Pada awalnya, sumur direncanakan dibor sampai kedalaman 8.500 kaki 2.590 meter, untuk mencapai lapisan batu gamping Formasi Kuyung. Pada
sumur akan dipasang selubung bor casing yang ukurannya bervariasi sesuai dengan kedalaman untuk mengantisipasi hilangnya sirkulasi lumpur loss
dan tendangan balik yang memuntahkan lumpur ke arah atas keck sebelum pengeboran menembus Formasi Kuyung. Ketika Lapindo mengebor lapisan
Bumi dari kedalaman 3.580 –9.297 kaki, Lapindo belum memasang casing sesuai ukurannya. Rencananya casing akan dipasang tepat di kedalaman
batas Formasi Kuyung dengan formasi di atasnya Formasi Kalibeng Bawah atau pada kedalaman 9.297 kaki. Oleh sebab itu, pengeboran tetap dilanjutkan
dengan melewati batas kedalaman 8.500 kaki yang seharusnya dipasang casing 9
5 8
inci. Pada pengeboran yang melewati batas 8.500 kaki itu, sumur menembus satu zona bertekanan tinggi yang menyebabkan kick, yaitu
masuknya cairan formasi yang dibor ke dalam sumur. Pada pengeboran ini, kick tidak dapat dikontrol dan semakin banyak cairan formasi yang masuk
ke dalam sumur. Meskipun pengeboran dihentikan dan perangkap Blow Out Preventer BOP ditutup, serta lumpur pemboran berdensitas berat telah
dipompakan ke dalam sumur untuk mematikan kick, flueda bertekanan tetap mengalir ke atas yang kemungkinan melewati rekahan alami natural fissure.
Jadi, semburan lumpur panas tidak melewati sumur pengeboran yang sudah ditutup.
Sejumlah upaya telah dilakukan untuk menanggulangi luapan lumpur, di antaranya dengan membuat tanggul untuk membendung area genangan
lumpur. Tujuan jangka pendek upaya yang dilakukan adalah memadamkan semburan lumpur dan mencari penyelesaian yang cepat untuk jutaan kubik
lumpur yang telah terhampat di permukaan tanah.
Ada upaya untuk mengalirkan lumpur ke laut Selat Madura, jika tanggul waduk sudah kelebihan beban dan tetap tidak tertangani, dengan terlebih
dahulu membangun sistem dewatering and water treatment plant. Pihak Lapindo menyarankan lumpur dibuang ke laut langsung melalui Sungai Porong
Sumber: www.smhcom.atk
Lumpur panas
Di unduh dari : Bukupaket.com
GEOGRAFI Kelas XI
208
daripada menunggu lama pemasangan pipa pembuangan. Pemerintah mengizinkan cara ini karena memprioritaskan penyelamatan manusia,
infrastruktur jalan tol, jalan kereta api, dan lingkungan hidup. Banyak kritikan atas penanganan bencana lumpur panas ini ditujukan
kepada pemerintah karena dianggap tidak serius. Penduduk menjadi korban yang dirugikan karena harus mengungsi dan kehilangan harta benda, dan
mata pencaharian tanpa kompensasi yang layak. Pemerintah berharap dan menuntut Lapindo Brantas, untuk menanggung seluruh risiko dan kerugian
akibat banjir lumpur panas.
Sumber: id.wikipedia.org dengan penyuntingan
3. Pencemaran Lingkungan
Fenomena pencemaran lingkungan menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan kualitas lingkungan hidup sehingga lingkungan
hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Pencemaran lingkungan terjadi karena masuknya zat, energi,
organisme, dan komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia. Beberapa jenis pencemaran dan penyebabnya
sebagai berikut. a.
Pencemaran Udara Zat pencemar atau polutan penyebab pencemaran udara antara
lain sulfur dioksida SO
2
, nitrogen oksida NO
x
, karbon monoksida CO, dan timbal Pb yang berasal dari industri dan
alat transportasi kendaraan bermotor.
b. Pencemaran Laut