Bentuk Persaingan Sesama Umat Sikh

Jadi warga Sikh menganggap bahwa mereka mau melakukan kerjasama. Contohnya saja apabila ada kegiatan keagamaan untuk memajukan gurdwara, maka semua orang pasti mau beramai-ramai melakukan kerjasama untuk kemajuan agama mereka. Selain itu, realita yang dapat dilihat adalah apabila ada sesama peternak sapi dan penjual susu, mereka pasti mau melakukan kerjasama. Contohnya apabila ada peternak sapi yang memerah sapi, mereka biasanya akan menjual susu sapi ke sesama warga Sikh dengan harga yang lebih murah agar mereka dapat menjual susu yang mereka ambil tadi dengan mendapat keuntungan. Ini jelas merupakan salah satu bentuk kerjasama sesama warga Sikh. Dan ini tidak hanya terbatas hanya pada satu golongan marga saja, tapi juga pada semua marga yang lainnya dan dari berbagai macam kelas. Bentuk kerjasama ini merupakan bentuk kerjasama yang paling lumrah ditemukan dalam warga Sikh karena pekerjaan ini merupakan salah satu pekerjaan utama yang dilakukan oleh warga Sikh sejak zaman dahulu.

5.4.6 Bentuk Persaingan Sesama Umat Sikh

Dalam kehidupan sosial, persaingan antar sesama akan selalu terjadi baik dalam perebutan kekuasaan, persaingan dalam hal ekonomi, persaingan dalam hal mendapatkan peringkat terbaik, dan sebagainya. Dalam hal ini setiap manusia pasti pernah merasa mendapatkan saingan terutama dalam hal ekonomi. Persaingan ini juga terjadi dalam kehidupan umat Sikh di kota Medan. Karena lapangan pekerjaan yang relatif sama, menyebabkan persaingan antar sesama pun terjadi, namun persaingan yang terjadi merupakan persaingan sehat. Universitas Sumatera Utara “Persaingan dalam Sikh, lihat dari interaksi umat beragamanya, gak ada, kalo persaingan di bisnis itu ada.” Baldev Senada dengan Pak Baldev, Pak Ajmer juga mengatakan hal demikian : “Ada lah pasti, persaingan dalam bentuk bisnis biasa itu.” Ajmer Begitu pula dengan penuturan Harbinder yang mengatakan : “Tentu ada dong, dalam hal bisnis, seperti bisnis tekstil, toko sport. Selain itu kalau sekarang ini yang lagi top bisnis pengobatan tradisional.” Harbinder Selain itu juga ada persaingan lain yang diutarakan oleh salah seorang warga Sikh yang mengatakan akan adanya persaingan sosial budaya. “Ada, persaingan sehat seperti mencari makan, bisnis, bisa juga sosial budaya seperti pernikahan, mungkin gak persaingan tapi friksi. Kalau perjodohan itu misalnya, oh, maunya jangan anak saya yang jadi sama dia, tapi bukan secara merusak tapi bersaing secara kompetitif. Jadi kalau dia bilang, kenapa gak ma anak saya.” Sukdev Selain itu ada pandangan yang berbeda yang diutarakan oleh Pak Jasbir yang mengatakan terdapat sikap gengsi dalam masyarakat Sikh : “Persaingan ada, gengsinya tinggi, kalau ke gurdwara malah pamer baju, ke gurdwara mesti pake emas 10 kg, kalo rekening gak apa-apa gak ada yang penting gengsinya tinggi. Apalagi kalau di Jakarta, kalau bisa dia harus jalan diatas karpet merah. Kalau satu orang beli rumah, satu dunia mesti tau infonya.” Jasbir Hal yang sama juga diutarakan oleh Pak Dalip yang mengatakan : Universitas Sumatera Utara “Ada, persaingan karena iri, kenapa dia maju, aku gak. Cemburu, adu domba.” Dalip Walaupun ada persaingan, namun persaingan yang terjadi juga merupakan persaingan secara sehat. “Karena disini masih ada persaingan, jadi terkadang saling kerjasama tapi saling bersaing. Kalau bisnis kita buat harga sewajarnya saja. Tapi toko besar dari warga Sikh banyak bantu toko warga Sikh yang kecil.” Pritam Persaingan dalam masyarakat Sikh terjadi dalam berbagai hal, namun persaingan dalam hal bisnis dan mencari makan merupakan persaingan paling utama yang terjadi antar kalangan Sikh karena sistem mata pencaharian yang sama. Selain itu menurut warga Sikh lainnya, juga terjadi persaingan dalam sosial budaya, seperti persaingan dalam mencari pasangan terbaik bagi anaknya serta persaingan dalam hal penampilan.

5.4.7 Konflik Dalam Sesama Warga Sikh