Informan Ketiga Belas Warga Kelurahan Sunggal

saja, karena ia menganggap pernikahan yang terjadi merupakan pernikahan yang masih seagama.

4.5.13 Informan Ketiga Belas Warga Kelurahan Sunggal

Nama : Sukhminder Singh Umur : 62 Tahun Jenis kelamin : Laki-laki Marga : Brar Pekerjaan : Pemilik Bengkel Las Wiraswasta Pak SS ini merupakan seorang wiraswastawan yang telah membuka bengkel lasnya sejak tahun 1995. Pak SS ini berkulit sawo matang, dengan tinggi dan proporsi tubuh yang seimbang, di sisi lain, pak SS ini memang telah berumur 62 tahun, namun ia masih kelihatan muda dari umurnya. Ia mengatakan, ia telah tinggal di kelurahan Sunggal ini selama 17 tahun. Sebelum tinggal di kelurahan Sunggal, pak SS ini mengatakan ia bersama istri dan anak-anaknya tinggal di Aceh karena ia bekerja sebagai manajer sebuah bioskop yang ada disana. Setelah ia pindah ke Medan, ia kemudian membuka usaha bengkel las yang masih dipertahankan hingga sekarang. Pak SS mengatakan ia menamatkan pendidikannya hingga jenjang SMA. Ia memiliki seorang istri yang bekerja sebagai seorang guru les. Pak SS mengatakan ia memiliki 3 orang anak, yaitu 2 perempuan dan 1 laki-laki, dan mereka bertiga telah menikah dan masing-masing telah memiliki anak. Pak SS memiliki 7 orang cucu, yaitu 3 laki-laki dan 4 perempuan. Universitas Sumatera Utara Pak SS mengatakan, ia memiliki seorang adik yang menikah dengan seorang wanita beragama Buddha, namun mereka tidak memilih Sikh ataupun Buddha sebagai agama mereka, namun mereka memilih Kristen sebagai agama mereka, dan mereka juga menikah di sebuah gereja. Tapi di sisi lain, adiknya tersebut semasa hidup tetap mau mengunjungi gurdwara untuk beribadah, dan ketika ia meninggal, ia juga tetap dikremasi, tidak dikuburkan. Pak SS mengatakan ia tidak setuju jika ada warga Sikh yang menikah dengan agama lain apalagi jika pindah agama. Ia mengatakan sebaiknya menikah dengan yang seagama. Pak SS dan istrinya merupakan salah satu warga Sikh yang disegani apalagi jika melihat istri dari Pak SS yakni Bu Mindo telah mengajar selama puluhan tahun, bahkan sejak ia belum menikah dengan Pak SS ia telah mengajar hingga sekarang. Oleh sebab itu mereka dikenal oleh semua warga Sikh terutama yang berdomisili di Medan dan sekitarnya. Mengenai perihal marga, pak SS mengatakan sekarang di Indonesia sendiri keberadaan perbedaan akan Nai, Mere dan Jatt itu mulai hilang. Menurutnya, di India terutama di kampung, adat ini masih dipegang keras, sehingga orang dari golongan Jatt tidak boleh menikah dengan orang dari golongan Mere. Pada masa dahulu, menurut pak SS hal ini memang terjadi di Indonesia, namun seiring perkembangan zaman, perbedaan ini mulai ditinggalkan. Selain itu pak SS mengatakan ia juga memiliki saudara yang menikah dengan seorang Mere dan tidak ada permasalahan, jadi Pak SS mengatakan ia setuju saja jika ada orang ataupun anggota keluarganya menikah dengan golongan di luar golongan Jatt, karena masih dalam satu agama. Universitas Sumatera Utara

BAB V TEMUAN DAN INTERPRETASI DATA

5.1 Penganut Agama Sikh di Kota Medan

Berdasarkan sejarahnya, agama ini lahir pertama kali pada abad ke lima belas dimana ajaran ini lahir karena Guru Nanak, sang pendiri agama Sikh yang menganggap bahwa hanya ada satu Tuhan. Karena ajaran akan adanya satu Tuhan, manusia bisa berhubungan langsung dengan Tuhan tanpa perlu perantaraan ritual atau pandita, dan penolakan terhadap pembedaan manusia berdasar kasta dan gender adalah poin-poin utama dalam ajaran Sikh Kompas.com020109diakses 070112pukul17.05. Dasar-dasar ajaran agama Sikh yaitu : a. Percaya pada satu Tuhan b. Percaya pada guru-guru yang ada dalam ajaran agama Sikh c. Percaya pada kita suci Guru Granth Sahib d. Percaya akan kebebasan e. Percaya akan demokrasi The Illustrated Weekly of India.1973 Jika dilihat dari sistem interaksi, terdapat perbedaan dari sistem interaksi yang ada di India dengan yang ada di Indonesia, namun perubahan dan perbedaan ini baru tampak pada masa sekarang ini. Di India, masyarakat masih sangat menjunjung sistem marga dan kasta, sehingga interaksi yang terjadi hanyalah sebatas sesama kasta dan marga saja. Hal ini juga terjadi di Sumatera Utara pada Universitas Sumatera Utara