Pandangan Terhadap Marga yang Dimiliki Dibandingkan Dengan Marga Lainnya

5.2.2 Pandangan Terhadap Marga yang Dimiliki Dibandingkan Dengan Marga Lainnya

Marga dianggap sebagai salah satu penentu dalam menentukan status keturunan seseorang, sehingga tidak jarang masyarakat dari berbagai suku dan agama menggunakan marga yang mereka miliki untuk menjalin hubungan baik secara kekerabatan maupun ekonomi. Namun dengan adanya marga pada agama Sikh bukan berarti mereka menganggap marga yang mereka miliki lebih tinggi dibandingkan dengan marga lainnya. “Kalo kita bilang kita hebat, misalnya menurut mereka Gill itu paling tinggi, apa buktinya, marga ini semuanya sama, kan gak ada bukti marga siapa yang paling tinggi, jadi tidak dapat dibandingkan. Yang saya kenal hanya Sikh.” Pritam Hal ini senada dengan penuturan informan lainnya. “Ya sama saja, semua marga itu sama, tidak ada bedanya.” Resham Ada juga penuturan beberapa informan lain yang mengatakan marga yang mereka miliki sama saja dengan yang lainnya, tidak ada bedanya. “Saya rasa tidak ada hal yang signifikan, marga tidak membedakan kelas sesama umat, dan tentunya dalam agama Sikh ada peraturan yang satu marga tidak boleh menikah.” Salwinder Begitu juga penuturan dari Pak Ajmer yang mengatakan : “Ya kita anggap sama saja, bukan berarti Randhawa gak marga, tapi semuanya sama aja, gak ada tinggi rendah.”Ajmer Universitas Sumatera Utara Dan penuturan Pak Kirpal yang mengatakan : “Sama semua, nilainya sama, penilaiannya sama”. Kirpal Ini juga sesuai penuturan Pak sukdev yang mengatakan : “Semua marga ya sama saja, setara, tidak ada perbedaan” Sukdev Hal ini senada dengan penuturan seorang informan yang mengatakan bahwa : “Menurutku sih sama aja semua marga, gak ada bedanya.”Harbinder Di sisi lain, Pak Gurdip memiliki penjelasan yang mengatakan bahwa : “Saya tidak memandang marga saya tinggi ataupun rendah, karena saya sudah berada di bawah Panth Khalsa.” Gurdip Begitu juga dengan penuturan Pak Jasbir yang mengatakan : “Kalau aku sih berpandangan biasa saja, bagiku semua marga sama aja, apalagi marga juga gak berpengaruh bagi kehidupanku.” Jasbir Selain itu juga penuturan dari Pak Gurnam mengatakan bahwa: “Aku sih memandang margaku biasa saja dan sama dengan yang lainnya kalo mau bergaul dan berinteraksi. Ada orang bilang marganya yang paling tinggi, menurut aku itu salah karena berdasarkan yang aku baca, ada 38 marga yang tergolong Jatt, dan gak ada urutan tinggi atau rendah, semuanya sama.” Gurnam Universitas Sumatera Utara Ada juga anggapan seorang informan yang mengatakan bahwa sebagai warga Sikh harus selalu berpikir positif. “Pandangan kita ya selalu berpikir positif, siapapun aku, dan darimana pun aku. Ada orang bilang kan, aku harus lebih membanggakannya. Kalau dalam interaksi orang udah memandang tinggi rendahnya, ya kapan majunya.” Baldev Dalam masyarakat Sikh memang dikenal perbedaan marga berdasarkan golongan, namun itu tidak menjadi patokan bahwa seseorang akan menganggap marga yang ia miliki sebagai marga yang paling tinggi diantara marga yang lainnya. Namun, di lain sisi, ada warga Sikh yang mengatakan, terkadang ada juga warga Sikh lainnya yang mau melihat tinggi rendahnya marga yang ia miliki dengan marga yang lainnya. “Terkadang problemanya ada, aku pun bukannya rendah kali, tapi bukan juga aku banggakan marga yang mana tinggi mana yang rendah. Tapi ada sedikit yang menganggap mereka lebih tinggi.”Dalip Selain itu seorang informan juga menyebutkan bahwa ia merasa marga yang ia miliki sangat baik. “Ya marga yang saya miliki sangat baik, sama dengan marga dari golongan Jatt lainnya.” Sukhminder Berdasarkan dari penuturan beberapa warga Sikh di atas, dapat dijadikan jawaban bahwa dari sekian banyak warga Sikh yang ada, hanya segelintir saja yang masih mengutamakan marganya dan menganggap marganya lebih tinggi jika dibandingkan dengan marga lainnya. Disini terdapat etnosentrisme dimana menurut Pak Dalip sebagai seorang tokoh agama, ada warga Sikh yang masih Universitas Sumatera Utara menganut nilai kesombongan dengan menganggap marganya lebih tinggi dibanding marga lainnya. Namun sesuai perkembangan zaman dan asimilasi yang terjadi, terjadi perubahan pola pikir masyarakat Sikh ke arah yang lebih modern, sehingga mereka tidak mau beranggapan bahwa marga yang mereka miliki lebih tinggi ataupun lebih rendah karena telah terjadi pembauran sehingga semuanya dapat dikatakan sama.

5.2.3 Sebab Akibat dengan Adanya Sistem Marga Ini