12
Semarang dalam kategori cukup. Berdasarkan perhitungan diperoleh 29,766 dengan taraf signifikansi 5 yang berarti ada pengaruh yang signifikan motivasi
belajar terhadap hasil belajar pada siswa kelas VII SMPN 13 Semarang. Besarnya motivasi belajar yang memengaruhi hasil belajar siswa kelas VII SMPN 13
Semarang sebesar 29,766 sedangkan 71,344 dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti oleh peneliti dikarenakan keterbatasan dana, waktu, serta
kemampuan. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Abdul Rohman M.S 2012 deng
an judul “Hubungan Kebiasaan Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas IV SD pada Mata Pelajaran Matematika di Gugus V Kecamatan Wonosari
Kecamatan Gunung Kidul Tahun Ajaran 20112012”. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan positif dan signifikan kebiasaan belajar dengan
prestasi belajar matematika, hal tersebut ditunjukkan dari harga r
hitung
yang diolah dengan bantuan SPSS versi 17 sebesar 0,300 sedangkan r
tabel
dengan N=89 90 pada taraf signifikansi 5 sebesar 0,207, sehingga r
hitung
r
tabel
0,300 0,207. Berdasarkan pemaparan tersebut, peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian mengenai kebiasaan belajar dan motivasi belajar siswa dengan judul “Pengaruh Kebiasaan Belajar dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa
Kelas V SD Gugus Dewi Sartika dan Gugus Hasanudin Kota Tegal”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang, dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:
1 Sebagian hasil belajar siswa masih kurang dari Kriteria Ketuntasan Mimimal KKM.
13
2 Kebiasaan belajar siswa yang kurang teratur atau kurang disiplin saat dirumah.
3 Kebiasaan belajar siswa yang masih buruk saat mengikuti pembelajaran di sekolah.
4 Orang tua siswa kurang membimbing saat anak belajar. 5 Siswa kurang termotivasi saat proses belajar mengajar.
6 Siswa masih perlu lebih banyak bentuk motivasi belajar dari luar siswa.
1.3 Pembatasan Masalah
Dalam penelitian perlu adanya pembatasan masalah untuk menghindari kesalahpahaman maksud dan tujuan penelitian serta agar lebih efektif dan efisien.
Oleh karena itu, peneliti perlu membatasi masalah sebagai berikut: 1 Populasi penelitian ini adalah siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Gugus
Dewi Sartika dan Gugus Hasanudin Kecamatan Tegal Selatan Kota Tegal. 2 Variabel yang akan diteliti yaitu kebiasaan belajar, motivasi belajar, dan
hasil belajar siswa. 3 Hasil belajar siswa yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai
Ulangan Tengah Semester UTS genap Tahun Ajaran 20152016.
1.4 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1 Bagaimanakah pengaruh kebiasaan belajar terhadap hasil belajar siswa kelas V SD Gugus Dewi Sartika dan Gugus Hasanudin Kota Tegal Tahun
Ajaran 20152016?
14
2 Bagaimanakah pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa kelas V SD Gugus Dewi Sartika dan Gugus Hasanudin Kota Tegal Tahun Ajaran
20152016? 3 Bagaimanakah pengaruh kebiasaan belajar dan motivasi belajar terhadap
hasil belajar siswa kelas V SD Gugus Dewi Sartika dan Gugus Hasanudin Kota Tegal Tahun Ajaran 20152016?
1.5 Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa tujuan. Tujuan penelitian yang akan diuraikan dalam bagian ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan
umum merupakan tujuan penelitian dari sudut pandang secara luas. Tujuan khusus adalah tujuan penelitian dari sudut pandang yang lebih sempit. Berikut uraian
tujuannya:
1.5.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kebiasaan belajar dan motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa kelas V SD
Gugus Dewi Sartika dan Gugus Hasanudin Kota Tegal Tahun Ajaran 20152016.
1.5.2 Tujuan Khusus
1 Menganalisis dan mendeskripsikan pengaruh kebiasaan belajar terhadap hasil belajar siswa kelas V SD Gugus Dewi Sartika dan Gugus Hasanudin
Kota Tegal Tahun Ajaran 20152016. 2 Menganalisis dan mendeskripsikan pengaruh motivasi belajar terhadap hasil
belajar siswa kelas V SD Gugus Dewi Sartika dan Gugus Hasanudin Kota Tegal Tahun Ajaran 20152016.
15
3 Menganalisis dan mendeskripsikan pengaruh kebiasaan belajar dan motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa kelas V SD Gugus Dewi
Sartika dan Gugus Hasanudin Kota Tegal Tahun Ajaran 20152016.
1.6 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1.6.1 Manfaat Teoritis
1 Memberikan gambaran tentang pengaruh kebiasaan belajar dan motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa kelas V SD Gugus Dewi Sartika dan
Gugus Hasanudin Kota Tegal Tahun Ajaran 20152016. 2 Menambah referensi bahan kajian penelitian yang relevan di bidang
psikologi.
1.6.2 Manfaat Praktis
1.6.2.1 Bagi Siswa
1 Menumbuhkan kebiasaan belajar yang teratur dan baik.
2 Menumbuhkan motivasi kepada siswa agar giat belajar dan memiliki
motivasi belajar yang tinggi. 1.6.2.2
Bagi Guru
1 Guru mampu membiasakan siswa agar memiliki kebiasaan belajar yang baik dalam kelas.
2 Hasil penelitian digunakan sebagai bahan masukan guru untuk meningkatkan keterampilan memberikan motivasi kepada siswa.
3 Pedoman guru untuk mengajak orang tua siswa untuk lebih memerhatikan anaknya.
16
1.6.2.3 Bagi Sekolah
1 Memberikan informasi bagi sekolah untuk dapat meningkatkan hasil belajar
siswa. 2 Meningkatkan mutu pendidikan sekolah.
1.6.2.4 Bagi Orang Tua
1 Membiasakan anak agar teratur belajar saat di rumah. 2 Menambah pengetahuan dan menimbulkan kesadaran bagi orang tua untuk
lebih memerhatikan dan memotivasi anaknya dalam belajar.
1.6.2.5 Bagi Peneliti
1 Meningkatkan kemampuan dan keterampilan peneliti untuk mengadakan penelitian dalam bidang psikologi pendidikan.
2 Meningkatkan wawasan peneliti dalam bidang psikologi pendidikan berkaitan dengan kebiasaan belajar dan motivasi belajar terhadap hasil
belajar siswa di sekolah dasar.
17
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Teori
Bagian ini berisi teori-teori yang berhubungan dengan penelitian. Teori yang berhubungan dengan penelitian ini adalah hakikat hasil belajar, kebiasaan
belajar, motivasi belajar, dan hubungan antar variabel. Uraian selengkapnya sebagai berikut:
2.1.1 Hakikat Hasil Belajar
2.1.1.1 Pengertian Belajar
Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah. Belajar merupakan sebuah proses yang kompleks
yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi bahkan dalam kandungan hingga liang lahat Siregar dan Nara, 2011: 3. Sementara
itu, Spear s dalam Sardiman 2014: 20 mengatakan “Learning is to observe, to read,
to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction” Belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu pada dirinya sendiri,
mendengar, dan mengikuti aturan. Pendapat Gagne yang dikutip oleh Rifa’i dan
Anni 2012: 66 menyatakan bahwa “belajar merupakan perubahan disposisi atau kecakapan manusia yang berlangsung selama periode waktu tertentu dan perubahan
perilaku itu tidak berasal dari proses pertumbuhan ”. Sementara Whittaker dalam
Ahmadi dan Supriyono 2013: 126 mendefinisikan “belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman”.
18
Pendapat lain dikemukakan Abdillah dalam Aunurrahman 2013: 35 menyatakan ba
hwa “belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang
menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk memeroleh tujuan tertentu”. Menurut Slameto 2013: 2 “belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memeroleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya”. Belajar merupakan suatu proses perubahan di dalam tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Perubahan tingkah laku ini mencakup perubahan dalam kebiasaan, sikap, dan keterampilan atau psikomotorik Susanto, 2015: 4. Perubahan-perubahan
tersebut akan dinyatakan dalam seluruh aspek tingkah laku. Seseorang yang telah melakukan belajar akan memiliki ciri-ciri perubahan
tingkah lakunya. Ciri-ciri perubahan tingkah laku tersebut seperti diungkap oleh Slameto 2013: 3-7, diantaranya: perubahan yang terjadi secara sadar, perubahan
dalam belajar bersifat fungsional, perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, perubahan dalam belajar
terarah, dan perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku. Perubahan terjadi secara sadar berarti seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan
itu sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional, artinya satu perubahan yang
terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya.
19
Perubahan tingkah laku yang ketiga adalah perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, maksudnya perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan
tertuju untuk memeroleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, berarti seseorang yang telah belajar akan
bersifat menetap atau permanen. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah, berarti perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai.
Perubahan tingkah laku yang terakhir adalah perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku. Aspek tingkah laku tersebut adalah sikap kebiasaan, keterampilan,
pengetahuan, dan sebagainya. Beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu
proses yang dilakukan seseorang untuk mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu pada dirinya sendiri, mendengar, dan mengikuti aturan yang berlangsung
periode waktu tertentu demi perubahan kecakapan manusia dan perubahan perilaku.
2.1.1.2 Pengertian Hasil Belajar
Proses pendidikan selalu ada input masukan berupa peserta didik kemudian dilakukan proses atau pembelajaran yang akhirnya menghasilkan output
keluaran berupa lulusan yang memeroleh hasil belajar yang diinginkan. Hasil belajar menurut Winkel 1996 dalam Purwanto 2014: 45 adalah perubahan yang
mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Rifa’i dan Anni
2012: 69 berpendap at bahwa “hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang
diperoleh siswa setelah mengalami kegiatan bela jar”.
Nawawi dalam Susanto 2015: 5 menyatakan bahwa “hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam memelajari materi pelajararan
20
di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal jumlah materi pelajaran tertentu”. Sudjana 2011: 22 menyatakan bahwa “hasil
belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya
”. Pendapat lain oleh Karwati dan Priansa 2014: 216 mendefinisikan “hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa
berkat adanya usaha atau pikiran yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan, dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan
sehingga nampak perubahan tingkah laku pada diri individu”. Hasil belajar siswa akan tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek tertentu Hamalik, 2012: 30.
Aspek-aspek tersebut adalah: pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, budi pekerti, dan sikap.
Berdasarkan pengertian para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah belajar sehingga tampak
pada dirinya perubahan tingkah laku. Tingkah laku yang berubah bisa berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
2.1.1.3 Macam-Macam Hasil Belajar
Penilaian hasil belajar siswa mencakup berbagai hal yang dipelajari di sekolah. Kingsley dalam Sudjana 2011: 22 membagi macam-macam hasil belajar
menjadi tiga macam, yaitu: 1 keterampilan dan kebiasaan; 2 pengetahuan dan pengertian; 3 sikap dan cita-cita. Hampir sama yang diungkap oleh Gagne dengan
mengklasifikasikan kategori hasil belajar menjadi lima, yaitu: 1 informasi verbal; 2 keterampilan intelektual; 3 strategi kognitif; 4 sikap; dan 5 keterampilan
motoris.
21
Macam-macam hasil belajar menurut Susanto 2015: 6 meliputi pemahaman konsep aspek kognitif, keterampilan proses aspek psikomotor, dan
sikap siswa aspek afektif. Pemahaman dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari, sedangkan konsep merupakan
sesuatu yang tergambar dalam pikiran, suatu pemikiran, gagasan, atau suatu pengertian. Jadi, pemahaman konsep adalah seberapa besar siswa mampu
menerima, menyerap, dan memahami pelajaran yang diberikan guru atau seberapa jauh siswa mengerti tentang gagasan atau suatu pengertian berupa hasil penelitian
atau observasi langsung yang telah dilakukan. Orang yang telah memiliki konsep, berarti orang tersebut telah memiliki pemahaman yang jelas tentang sesuatu konsep
atau citra. Untuk mengukur hasil belajar siswa yang berupa pemahaman konsep, guru dapat melakukan evaluasi produk. Evaluasi produk dapat dilaksanakan dengan
mengadakan berbagai macam tes, baik secara lisan maupun tertulis. Dalam pembelajaran di SD, umumnya tes diselenggarakan dalam berbagai bentuk ulangan,
baik ulangan harian, ulangan semesteran, maupun ulangan umum. Bentuk atau macam hasil belajar yang kedua adalah keterampilan proses.
Keterampilan proses merupakan keterampilan yang mengarah kepada pembangunan kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai
penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri individu siswa. Selain kedua macam hasil belajar tersebut, ada satu macam hasil belajar lagi yaitu sikap. Sikap
merupakan kecenderungan untuk melakukan sesuatu dengan cara, metode, pola, dan teknik tertentu terhadap dunia sekitarnya baik berupa individu-individu
maupun objek-objek tertentu. Sikap merujuk pada perbuatan, perilaku, atau
22
tindakan seseorang. Dalam hubungannya dengan hasil belajar siswa, maka domain
yang sangat berperan adalah pemahaman konsep dengan domain kognitif. 2.1.1.4
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Hasil Belajar
Peristiwa belajar yang dialami siswa dapat diamati dari perbedaan perilaku sebelum dan setelah berada dalam peristiwa belajar. Penentuan keberhasilan belajar
siswa adalah dengan mendapat nilai hasil belajar yang baik. Rifa’i dan Anni 2012: 80 menjelaskan faktor-faktor yang memberikan kontribusi terhadap proses dan
hasil belajar adalah kondisi internal dan eksternal siswa. Kondisi internal mencakup kondisi fisik kesehatan organ tubuh, kondisi psikis kemampuan intelektual dan
emosional, serta kondisi sosial kemampuan bersosialisasi dengan lingkungan, sedangkan kondisi eksternal mencakup variasi dan tingkat kesulitan materi belajar
yang dipelajari, tempat belajar, iklim, suasana lingkungan, dan budaya belajar masyarakat. Belajar yang berhasil mempersyaratkan pendidik memperhatikan
kemampuan internal siswa dan situasi stimulus di luar siswa. Pendapat yang senada dikemukakan oleh Wasliman 2007 dalam Susanto
2013: 12 bahwa “hasil belajar yang dicapai oleh siswa merupakan hasil interaksi
antara berbagai faktor yang memengaruhi baik internal maupun eksternal”. Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri siswa dalam
memengaruhi belajarnya, meliputi kecerdasan, minat, perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan. Sedangkan
faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar siswa yang memengaruhi hasil belajar, meliputi keluarga, sekolah, dan masyarakat. Lebih lanjut Djaali 2009
dalam Karwati dan Priansa 2014: 217 menyatakan bahwa faktor yang
23
memengaruhi pencapaian hasil belajar bisa berasal dari dalam diri orang yang belajar dan ada dari luar dirinya. Faktor dari dalam misalnya kesehatan, intelegensi,
minat, cara belajar, dan motivasi, sedangkan faktor dari luar misalnya keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan sekitar.
Dengan demikian, semakin jelas bahwa hasil belajar siswa merupakan hasil dari suatu proses yang didalamnya terlibat sejumlah faktor yang saling
memengaruhinya. Tinggi rendahnya hasil belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut bisa datang dari diri siswa maupun dari luar siswa.
Faktor yang datang dari diri siswa jauh lebih berpengaruh besar terhadap pencapaian hail belajar siswa, seperti kecerdasan anak, minat, kondisi fisik,
kebiasaan belajar, dan motivasi belajar.
2.1.2 Kebiasaan Belajar
2.1.2.1 Pengertian Kebiasaan Belajar
Belajar bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan, sikap, kecakapan, dan keterampilan yang dilalui siswa agar menjadi kebiasaan Slameto 2013: 82.
Witherington dalam Djaali 2008: 128 mengartikan “kebiasaan adalah cara bertindak yang diperoleh melalui belajar secara berulang-ulang yang pada akhirnya
menjadi menetap dan bersif at otomatis”. Sementara itu, Burghardt 1973 dalam
Syah 2013: 121 berpendapat bahwa “kebiasaan itu timbul karena proses penyusutan kecenderungan respons dengan menggunakan stimulasi yang berulang-
ulang”. Maksud dari penyusutan kecenderungan respons adalah pembiasaan pengurangan perilaku yang tidak diperlukan. Proses penyusutan atau pengurangan
ini muncul suatu pola bertingkah laku baru yang relatif menetap dan otomatis.
24
Kebiasaan belajar cenderung menguasai perilaku siswa pada setiap mereka melakukan keg
iatan belajar. Djaali 2008: 128 mengungkapkan tentang “kebiasaan belajar diartikan sebagai cara atau teknik yang menetap pada diri siswa pada waktu
menerima pelajaran, membaca buku, mengerjakan tugas, dan pengaturan waktu untuk menyelesaikan kegiatan”. Aunurrahman 2011: 185 mendefinisikan
“kebiasaan belajar adalah perilaku belajar seseorang yang telah tertanam dalam waktu yang relatif lama sehingga memberikan ciri dalam aktivitas belajar yang
dilakukannya”. Sementara itu, Syah 2013: 128 mengemukakan bahwa “kebiasaan belajar adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan
kebiasaan- perbaikan yang telah ada”. Tujuannya agar siswa memeroleh sikap-sikap
dan kebiasaan-kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu. Pendapat lain dikemukakan Sudjana
2014: 173 “keberhasilan siswa dalam mengikuti pelajaran banyak bergantung kepada kebiasaan belajar yang teratur dan berkesinambungan”.
Berdasarkan pengertian para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa kebiasaan belajar adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru dalam
aktivitas belajar siswa dengan waktu yang lama agar muncul suatu pola tingkah laku baru yang relatif menetap dan otomatis. Perbuatan menyenangkan dalam
belajar cenderung untuk diulang. Oleh karena itu, tindakan kebiasaan belajar akan memengaruhi siswa dalam memraktikkan belajar dalam kehidupan sehari-hari.
2.1.2.2 Peranan Kebiasaan Belajar dalam Kegiatan Belajar
Kebiasaan belajar cenderung menguasai perilaku siswa pada setiap mereka melakukan kegiatan belajar. Hal ini disebabkan kebiasaan sebagai cara yang mudah
25
dan tidak memerlukan konsentrasi dan perhatian yang besar. Suryabrata dalam Djaali 2008: 129 merumuskan cara belajar yang efisien adalah dengan usaha
sekecil-kecilnya memberikan hasil yang sebesar-besarnya bagi perkembangan individu yang belajar. Mengenai cara belajar yang efisien belum menjamin
keberhasilan dalam belajar. Namun, yang paling penting siswa mampu memraktikkannya dalam belajar sehari-hari, sehingga lama-kelamaan menjadi
kebiasaan, baik di dalam kelas maupun di luar sekolah. Syah 2015: 128 mengungkapkan peranan kebiasaan belajar agar siswa
memeroleh sikap-sikap perbuatan baru yang lebih positif dalam arti selaras dengan kebutuhan waktu dan ruang. Arti positif tersebut selaras dengan norma dan tata nilai
moral yang berlaku, baik yang bersifat religius maupun tradisional dan kultural. Kebiasaan belajar dapat diberlakukan untuk menopang pendidikan karakter. Djaali
2008: 128 mengungkapkan peranan kebiasaan belajar menjadi dua, yaitu: delay avoidan dan work methods. Delay Avoidan menghindari keterlambatan
merupakan kebiasaan belajar yang merujuk pada ketepatan waktu penyelesaian tugas-tugas akademis, menghindarkan diri dari hal-hal yang memungkinkan
tertundanya penyelesaian tugas, dan menghilangkan rangsangan yang akan mengganggu konsentrasi dalam belajar. Work Methods cara kerja merupakan
kebiasaan belajar yang menunjuk kepada penggunaan cara prosedur belajar yang efektif dan efisien dalam mengerjakan tugas akademik dan keterampilan belajar.
2.1.2.3 Kebiasaan Tidak Baik dalam Belajar dan Cara Mengatasi
Melihat kondisi nyata yang ada dalam kegiatan sehari-hari ditemukan adanya kebiasaan belajar yang kurang baik pada diri siswa. Kebiasaan tersebut
26
antara lain berupa: 1 belajar pada akhir semester; 2 belajar tidak teratur; 3 menyia-nyiakan kesempatan belajar; 4 bersekolah hanya untuk bergengsi; 5
datang terlambat bergaya pemimpin; 6 bergaya jantan seperti merokok; 7 sok menggurui teman; dan 8 bergaya minta “belas kasihan” tanpa belajar Dimyati
dan Mudjiono, 2009: 246. Senada dengan pendapat tersebut, Aunurrahman 2011: 185 mengungkapkan ada beberapa bentuk perilaku yang menunjukkan kebiasaan
tidak baik dalam belajar diantaranya: 1 belajar tidak teratur; 2 daya tahan belajar rendah belajar secara tergesa-gesa; 3 belajar ketika menjelang ulangan atau
ujian; 4 tidak memiliki catatan pelajaran yang lengkap; 5 tidak terbiasa membuat ringkasan; 6 tidak memiliki motivasi untuk memperkaya materi pelajaran; 7
senang menjiplak pekerjaan teman dan kurang percaya diri di dalam menyelesaikan tugas; 8 sering datang terlambat; dan 9 melakukan kebiasaan-kebiasaan buruk,
seperti merokok. Jenis-jenis kebiasaan belajar tersebut merupakan bentuk-bentuk yang tidak
baik dalam belajar karena akan memengaruhi aktivitas belajar siswa yang pada akhirnya menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa. Maka dibutuhkan cara
mengatasi atau mengubah sikap siswa yang tidak baik dalam belajar menjadi cara- cara yang baik dalam belajar. Crow and Crow t.t dalam Purwanto 2011: 116-120
mengemukakan cara-cara belajar yang baik, diantaranya: 1 adanya tugas-tugas yang jelas dan tegas; 2 belajar membaca yang baik; 3 gunakan metode
keseluruhan dan metode bagian; 4 pelajari dan kuasai bagian-bagian yang sukar dari bahan yang dipelajari; 5 buat catatan-catatan pada waktu belajar; 6 kerjakan
dan menjawab pertanyaan-pertanyaan; 7 hubungkan bahan-bahan baru dengan
27
bahan yang lama; 8 gunakan berbagai sumber belajar; 9 pelajari baik-baik tabel, peta, grafik, dan gambar; serta 10 membuat rangkuman.
Cara yang pertama dalam perbaikan sikap siswa adalah dengan adanya tugas yang jelas dan tegas. Adanya tugas-tugas yang jelas dari guru akan membentuk
kebiasaan belajar yang efektif. Tugas yang jelas membuat perhatian siswa dapat diarahkan kepada hal-hal khusus mana saja yang perlu dipelajari dengan baik dan
bagaimana cara mempelajarinya. Semakin jelas tugas yang diberikan oleh guru, semakin besar pula perhatian dan kemauan siswa untuk mengerjakan atau
mempelajarinya. Kemampuan membaca seseorang memengaruhi pencapaian hasil belajar
yang baik. Kepandaian membaca sangat diperlukan untuk memeroleh pengetahuan dan benar-benar mengerti apa yang dibacanya. Bahan-bahan dalam buku bukan
hanya untuk dimengerti kata demi kata atau kalimat demi kalimat, tetapi harus diusahakan mengetahui apa isi buku tersebut. Bahkan lebih baik lagi jika pembaca
dapat mengerti apa dan bagaimana pandangan pengarang dengan tulisanya itu. Membaca cepat dan efektif dapat tercapai dengan latihan terus-menerus.
Pemilihan metode yang tepat merupakan hal yang penting dalam belajar. Pemilihan metode belajar harus berdasarkan tingkat keluasan dan tingkat kesulitan
materi atau bahan yang dipelajari. Misalnya untuk mempelajari materi yang luas mungkin kurang sesuai jika menggunakan metode keseluruhan. Namun, untuk
mempelajari bab demi bab lebih sesuai menggunakan metode keseluruhan. Mempelajari sebuah bab kurang tepat jika menggunakan metode bagian karena
pengertian yang kita peroleh menjadi terpecah-pecah sehingga tidak menjadi satu
28
kebulatan. Setelah bab demi bab dikuasai, baru kita gabungkan lagi menjadi keseluruhan isi buku tersebut.
Pada tiap pelajaran biasanya terdapat bagian-bagian yang sukar dan membutuhkan perhatian dan pengerjaan yang lebih teliti. Bagian-bagian yang sukar
itu harus dipelajari baik-baik agar dapat menguasai keseluruhan pengetahuan dari bahan pelajaran yang dipelajari. Pembuatan ringkasan summary dalam belajar
sangat diperlukan. Selain itu, guru juga harus memberikan petunjuk atau pengarahan agar siswa mengetahui bagian-bagian yang penting.
Catatan-catatan tentang materi bacaan atau pelajaran sangat membantu siswa itu sendiri. Catatan-catatan tersebut disusun ke dalam bentuk outline yang
dapat menggambarkan garis besaar keseluruhan dari apa yang telah dipelajari. Outline dan catatan-catatan yang tersusun itu akan membantu siswa pada saat
mereka akan mengulangi pelajaran ketika akan menghadapi ujian. Mereka tidak perlu lagi membaca seluruh buku yang akan memerlukan waktu lebih lama.
Pada tiap akhir bab buku pelajaran terdapat beberapa pertanyaan yang bermaksud untuk mengingat kembali apa yang telah dipelajari serta memperluas
pengetahuan mereka tentang sesuatu yang berhubungan dengan isi bab itu. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dikerjakan dengan sebaik-baiknya. Sebelum siswa
mempelajari tugas untuk hari berikutnya, dia harus mengulangi pelajaran-pelajaran yang lampau yang ada hubungannya dengan bahan pelajaran yang akan
dipelajarinya. Sumber yang digunakan dalam belajar tidak hanya satu saja. Berbagai macam sumber belajar akan dapat memperluas dan memperdalam
pengetahuan mereka. Siswa tidak sekedar biasa membaca tabel, peta, grafik, dan
29
gambar tetapi siswa juga harus paham. Guru memiliki tugas untuk membimbing siswa bagaimana menginterpretasikan gambar, grafik, tabel, dan peta yang ada di
dalam buku pelajaran serta bagaimana menyusun atau mengambil kesimpulan. Melalui penjelasan guru, siswa dapat membuat rangkuman yang baik dan mudah
dipahami. Semakin pandai siswa membuat rangkuman, maka semakin mudah untuk melakukan review atau mengulang kembali pelajaran yang telah diterimanya.
Rangkuman dan review berfungsi untuk merefleksikan, mengingat kembali, dan mengevaluasi isi pengetahuan yang telah dikuasai.
2.1.2.4 Aspek Kebiasaan Belajar
Sudjana 2014: 165-173 mengemukakan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses belajar, yaitu: cara mengikuti pelajaran, cara belajar
mandiri di rumah, cara belajar kelompok, mempelajari buku teks, dan menghadapi ujian. Hal pertama yang harus diperhatikan adalah cara mengikuti pelajaran. Cara
mengikuti pelajaran di sekolah merupakan bagian penting dari proses belajar, siswa dituntut untuk dapat menguasai bahan pelajaran. Pada saat pembelajaran, siswa
berkosentrasi menerima pelajaran, mencatat pokok-pokok materi, dan mencatat hal yang tidak jelas untuk ditanyakan guru.
Cara belajar mandiri di rumah besar pengaruhnya dengan kebiasaan belajar. Belajar mandiri di rumah merupakan tugas pokok setiap siswa. Syarat utama belajar
di rumah adalah keteraturan belajar yaitu memiliki jadwal belajar meskipun waktunya terbatas. Belajar bukan merujuk lamanya tetapi kebiasaan teratur dan
rutin melakukan belajar setiap harinya meskipun dengan jam yang terbatas.
30
Cara belajar sendiri di rumah sering menimbulkan kebosanan dan kejenuhan. Perlu adanya variasi cara belajar lain seperti belajar bersama atau belajar
kelompok dengan teman yang bisa dilakukan di sekolah, perpustakaan, di rumah teman ataupun tempat-tempat yang nyaman untuk belajar. Dengan belajar
kelompok, siswa dapat memecahkan soal dengan kelompoknya. Mempelajari buku teks juga akan memengaruhi kebiasaan belajar siswa.
Buku adalah sumber ilmu, oleh karena itu keharusan bagi siswa untuk membaca buku. Kebiasaan membaca buku harus dibudayakan oleh siswa agar lebih
memahami bahan pelajaran dan dapat pula lebih tahu terlebih dahulu sebelum bahan pelajaran tersebut diberikan guru.
Keadaan yang paling mencemaskan bagi siswa adalah saat menghadapi tes, ulangan, ataupun ujian. Cemas, sibuk, dan kurang istirahat karena mengejar belajar
untuk ujian sehingga menimbulkan ketegangan psikologis yang berakibat kepercayaan diri menurun. Siswa yang memiliki kebiasaan belajar yang baik pada
saat menghadapi ujian akan dapat menyelesaikannya dengan tenang. Belajar merupakan cara yang harus dilalui siswa demi mendapatkan
pengetahuan, sikap, kecakapan, dan keterampilan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Cara atau jalan yang dipakai itu akan menjadi kebiasaan. Kebiasaan belajar
juga akan memengaruhi hasil belajar itu sendiri. Slameto 2013: 82-91 mengungkapkan kebiasaan belajar yang dapat memengaruhi hasil belajar, meliputi:
1 pembuatan jadwal dan pelaksanaannya; 2 membaca dan membuat catatan; 3 mengulangi bahan pelajaran; 4 konsentrasi; dan 5 mengerjakan tugas.
31
Pembuatan jadwal dan melaksanakan dengan baik merupakan langkah awal yang tepat dalam membina kebiasaan belajar. Jadwal adalah pembagian waktu
untuk sejumlah kegiatan yang dilaksanaakan oleh sesorang tiap harinya. Kegiatan belajar dapat berjalan dengan baik dan berhasil jika seorang siswa mempunyai
jadwal yang baik dan melaksanakannya dengan teratur dan disiplin. Siswa yang mampu membuat jadwal dan melaksanakannya sesuai jadwal, menandakan siswa
tersebut bisa membagi waktu untuk memilih kegiatan yang penting dan tidak penting. Kegiatan belajar yang sesuai dengan jadwal dan pelaksanaanya akan
meningkatkan hasil belajar. Selain pembuatan jadwal dan pelaksanaanya, membaca dan membuat
catatan juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Membaca merupakan alat belajar untuk mencapai hasil belajar yang baik. Sebelum membaca, sebaiknya mencari
garis besar dari bab atau buku yang akan dibaca. Setelah itu, membuat pertanyaan terkait isi bab atau buku yang dibaca dengan harapan pertanyaan tesebut dapat
dijawab setelah membaca. Kemudian menghafal pokok-pokok yang penting, mencatat pokok-pokok untuk membuat ringkasan atau kesimpulan tentang apa yang
sudah dipelajari. Membuat catatan memiliki pengaruh besar dalam membaca. Catatan yang baik, rapi, lengkap, dan teratur akan menambah semangat dalam
belajar, khususnya dalam membaca. Catatan tersebut tidak menimbulkan kebosanan dalam membaca.
Mengulangi bahan pelajaran merupakan besar pengaruhnya dalam langkah membina kebiasaan belajar, karena dengan adanya pengulangan bahan yang belum
dikuasai maka akan materi yang telah dipelajari tetap tertanam dalam otak siswa.
32
Ringkasan yang telah dibuat dapat digunakan untuk mengulang bahan pelajaran yang sudah dipelajari. Selain itu, dalam kegiatan belajar juga membutuhkan
konsentrasi agar dapat menyerap apa yang telah dipelajari. Siswa yang sudah bisa berkonsentrasi dapat belajar dengan baik kapan saja dan dimana saja. Tidak hanya
konsentrasi saja yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, agar siswa berhasil dalam belajarnya perlulah mengerjakan tugas dengan sebaik-baiknya. Tugas itu
mencakup mengerjakan PR, menjawab soal latihan buatan sendiri, soal dalam buku pengayaan, tes atau ulangan harian, ulangan umum, dan ujian.
2.1.2.5 Dimensi dan Indikator Kebiasaan Belajar
Dimensi dan indikator kebiasaan belajar yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pengembangan pendapat Sudjana 2014: 165-173 dan pendapat
Slameto 2013: 82-91. Dimensi dan indikator tersebut yaitu 1 pembuatan jadwal dan pelaksanaannya, indikatornya pembuatan jadwal belajar dan melaksanakan
jadwal belajar secara teratur; 2 membaca dan membuat catatan dari buku teks, indikatornya membaca buku teks atau buku pelajaran dan membuat catatan atau
rangkuman; 3 penyelesaian tugas, indikatornya mengerjakan tugas di sekolah dan menyelesaikan tugas PR; 4 cara mengikuti pelajaran, indikatornya konsentrasi
mengikuti pelajaran dan aktif dalam proses pembelajaran; 5 cara belajar kelompok; serta 6 cara belajar mandiri di rumah.
2.1.3 Motivasi Belajar
2.1.3.1 Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi berasal dari bahasa latin “movere” yang berarti menggerakkan.
Kata “motif” dapat diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk
33
melakukan sesuatu Sardiman, 2014: 73. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas
tertentu demi mencapai suatu tujuan. Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah aktif. Motif menjadi aktif pada
saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan atau mendesak. Berdasarkan pengertian ini, makna motivasi menjadi berkembang.
Wlodkowski 1985 dalam Siregar dan Nara 2011: 49 menjelaskan “motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perlikau
tertentu dan yang memberi arah serta ketahan an pada tingkah laku tersebut”.
Menurut Slavin dalam Rifa’i dan Anni 2012: 135 “motivasi merupakan proses internal yang mengaktifkan, memandu, dan memelihara perilaku seseorang secara
terus- menerus”. Sementara itu motivasi menurut Donald dalam Sardiman 2014:
73 adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Berdasarkan
pengertian yang dikemukakan Donald, motivasi mengandung tiga elemen penting, diantaranya: motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap
individu manusia, motivasi ditandai dengan munculnya rasa atau feeling seseorang, dan motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan.
Motivasi merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan anak di dalam belajar. Motivasi belajar menurut Uno 2014: 23 adalah dorongan
internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang
mendukung. Semen tara itu, Sardiman 2014: 75 menyatakan “motivasi belajar
34 adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual”. Peranannya yang
khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang, dan semangat untuk belajar. Sumiati dan Asra 2011: 59 berpen
dapat “motivasi belajar adalah sesuatu yang mendorong siswa untuk berperilaku yang langsung menyebabkan munculnya
pe rilaku dalam belajar”.
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar merupakan perubahan energi dalam diri seorang siswa yang menimbulkan
dorongan untuk mencapai tujuan belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat akan memiliki dorongan dan semangat yang besar dalam belajar, sebaliknya siswa yang
memiliki motivasi rendah akan memiliki dorongan dan semangat yang rendah dalam belajar.
2.1.3.2 Prinsip-Prinsip Motivasi Belajar
Motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam aktivitas belajar seseorang. Tidak ada seorang pun yang belajar tanpa motivasi. Tidak ada motivasi
berarti tidak ada kegiatan belajar. Menurut Djamarah 2011: 152 ada beberapa prinsip motivasi dalam belajar, yaitu: motivasi sebagai dasar penggerak yang
mendorong aktivitas belajar, motivasi intrinsik lebih utama daripada motivasi ekstrinsik dalam belajar, motivasi berupa pujian lebih baik daripada hukuman,
motivasi berhubungan erat dengan kebutuhan dalam belajar, motivasi dapat memupuk optimisme dalam belajar, dan motivasi melahirkan prestasi belajar.
Prinsip yang paling utama adalah motivasi sebagai dasar penggerak mendorong aktivitas belajar. Seseorang melakukan aktivitas belajar karena ada
yang mendorongnya. Selanjutnya prinsip motivasi intrinsik lebih utama daripada
35
motivasi ekstrinsik dalam belajar. Peserta didik yang belajar berdasarkan motivasi intrinsik sangat sedikit terpengaruh dari luar. Semangat belajarnya sangat kuat.
Peserta didik belajar bukan pengaruh dengan mendapat nilai tinggi, mengharap pujian, dan mengharap hadiah tapi karena memeroleh ilmu sebanyaknya. Maka
motivasi intrinsik lebih utama dalam belajar. Motivasi berupa pujian lebih baik daripada hukuman. Setiap orang senang
dihargai dan tidak suka dihukum. Memuji orang lain berarti memberikan penghargaan. Hal ini memberikan semangat untuk lebih meningkatkan prestasi.
Berbeda dengan pujian, hukuman diberikan kepada anak untuk memberhentikan perilaku negatifnya. Prinsip selanjutnya adalah motivasi berhubungan erat dengan
kebutuhan dalam belajar. Kebutuhan yang tidak bisa dihindari oleh anak adalah keinginannya untuk meguasai sejumlah ilmu pengetahuan. Maka anak butuh
kebutuhan yang wajar dalam belajarnya. Selain itu, motivasi dapat memupuk optimisme dalam belajar. Siswa yakin dapat menyelesaikan setiap pekerjaan yang
dilakukan. Sehingga menghasilkan prinsip motivasi yang terakhir yaitu melahirkan prestasi dalam belajar. Tinggi rendahmya motivasi selalu dijadikan indikator baik
buruknya prestasi siswa atau tinggi rendahnya hasil belajar siswa. Hover dalam Hamalik 2015: 163 mengklasifikasikan prinsip-prinsip
motivasi menjadi tujuh belas, sebagai berikut: 1 pujian lebih efektif daripada hukuman; 2 semua siswa mempunyai kebutuhan psikologis tertentu yang harus
mendapat kepuasan; 3 motivasi yang berasal dari dalam individu lebih efektif daripada motivasi yang dipaksakan dari luar; 4 terhadap jawaban yang serasi,
perlu dilakukan usaha pemantauan atau penguatan; 5 motivasi mudah tersebar
36
terhadap orang lain; 6 pemahaman yang jelas terhadap tujuan-tujuan akan merangsang motivasi; 7 tugas yang dibebankan pada diri sendiri akan
menimbulkan motivasi yang lebih besar untuk mengerjakannya daripada apabila tugas itu dipaksakan guru; 8 pujian yang datangnya dari luar kadang diperlukan
dan efektif untuk merangsang motivasi yang sebenarnya; 9 teknik mengajar yang bermacam-macam adalah efektif untuk memelihara motivasi siswa; 10 manfaat
motivasi yang yang telah dimiliki siswa adalah bersifat ekonomis; 11 kegiatan yang akan dapat merangsang motivasi siswa yang lemah mungkin kurang berharga
bagi para siswa yang tergolong pandai; 12 kecemasan yang besar akan menimbulkan kesulitasn belajar; 13 kecemasan yang lemah dapat membantu
belajar; 14 apabila tugas tidak terlalu sukar maka frustasi cepat menuju demoralisasi; 15 setiap siswa mempunyai tingkat frustasi toleransi yang berlainan;
16 tekanan per kelompok kebanyakan lebih efekif dalam motivasi daripada tekanan dari orang dewasa; 17 motivasi yang besar erat kaitannya dengan
kreativitas siswa.
2.1.3.3 Fungsi Motivasi Belajar
Secara umum, terdapat dua fungsi atau peranan penting motivasi dalam belajar Siregar dan Nara, 2011: 51. Pertama, motivasi merupakan daya penggerak
psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar dan menjamin kelangsungan belajar demi mencapai satu tujuan. Kedua, motivasi memegang
peranan penting dalam memberikan gairah, semangat, dan rasa senang dalam belajar sehingga siswa yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi yang
banyak melaksanakan kegiatan belajar.
37
Sardiman 2014: 85 menyatakan bahwa ada tiga fungsi motivasi, yaitu: 1 mendorong manusia untuk berbuat, artinya motivasi merupakan daya penggerak
dari kegiatan yang akan dikerjakan; 2 menentukan arah perbuatan, artinya motivasi memberi arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan
tujuannya; 3 menyelesaikan perbuatannya, artinya motivasi menentukan perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan
menyisihkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Dorongan adalah fenomena psikologis dari dalam yang melahirkan hasrat
untuk bergerak dalam menyeleksi perbuatan yang akan dilakukan Djamarah, 2011: 156. Lebih jelasnya fungsi motivasi belajar menurut Djamarah 2011: 157 yaitu:
1 motivasi sebagai pendorong perbuatan, maksudnya sesuatu yang belum diketahui mendorong peserta didik untuk belajar dalam rangka mencari tahu; 2
motivasi sebagai penggerak perbuatan, maksudnya peserta didik sudah melakukan aktivitas belajar dengan segenap jiwa dan raga; 3 motivasi sebagai pengarah
perbuatan, maksudnya peserta didik dapat menyeleksi mana perbuatan yang harus dilakukan dan mana perbuatan yang diabaikan.
Motivasi belajar berperan penting dalam memperlancar dan menentukan keberhasilan belajar. Motivasi belajar berperan menggerakkan psikis dalam diri
siswa dan membuat rasa senang. Motivasi belajar berfungsi sebagai pendorong, menentukan arah tujuan belajar, dan menyelesaikan kegiatan belajar. Jadi
kesimpulannya motivasi belajar berfungsi sebagai pendorong usaha belajar peserta didik dan pencapaian hasil belajar siswa.
38
2.1.3.4 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Motivasi Belajar
Rifa’i dan Anni 2012: 137-143 menyatakan bahwa “terdapat enam faktor yang didukung oleh sejumlah teori psikologi dan penelitian terkait yang memiliki
dampak terhadap motivasi belajar siswa”. Keenam faktor yang dimaksud yaitu: 1 sikap; 2 kebutuhan; 3 rangsangan; 4 afeksi; 5 kompetensi; 6 penguatan.
Penjelasan tentang faktor motivasi yang awal adalah sikap. Sikap merupakan gabungan konsep, informasi, dan emosi yang dihasilkan dalam diri seseorang untuk
merespon orang, kelompok, atau objek tertentu secara menyenangkan atau tidak menyenangkan. Sikap dapat berpengaruh kuat terhadap perilaku dan belajar siswa
karena sikap membantu siswa dalam merasakan dunianya dan memberikan pedoman kepada perilaku yang dapat membantu dalam menjelaskan dunianya.
Sikap merupakan produk dari kegiatan belajar. Sikap dapat tetap atau mengalami perubahan sesuai dengan apa yang dipelajari.
Siswa akan belajar jika pada dirinya muncul kebutuhan sehingga akan memotivasi dirinya untuk beraktivitas belajar. Kebutuhan merupakan kondisi yang
dialami oleh individu sebagai suatu kekuatan internal yang memandu siswa untuk mencapai tujuan. Teori kebutuhan yang terkenal yaitu teori hierarki kebutuhan dari
Maslow. Hierarki kebutuhan atau tingkatan kebutuhan menurut Maslow merupakan pemenuhan kebutuhan sesuai tingkatannya. Tingkat kebutuhan fisik merupakan
kebutuhan paling rendah, sementara kebutuhan aktualisasi diri merupakan kebutuhan paling tinggi.
Rangsangan dan afeksi juga akan berpengaruh terhadap faktor seseorang termotivasi dalam belajar. Rangsangan merupakan perubahan pandangan di dalam
39
persepsi atau pengalaman dengan lingkungan yang membuat seseorang bersifat aktif. Rangsangan dapat membuat seseorang bersifat aktif dan terdorong untuk
melakukan suatu kegiatan. Misalnya, rangsangan dengan media pembelajaran yang menarik dapat menimbulkan motivasi belajar siswa. Afeksi merupakan pengalaman
emosional kecemasan, kepedulian, dan pemilikan dari individu atau kelompok pada waktu belajar. Emosi seseorang berkaitan dengan dorongan-dorongan pada dirinya.
Oleh karena itu, afeksi dapat memengaruhi motivasi belajar. Afeksi menjadi motivator intrinsik.
Selain itu, kompetensi akan berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Kompetensi mengasumsikan bahwa siswa secara alamiah berusaha keras untuk
berinteraksi dengan lingkungannya secara efektif. Siswa secara intrinsik termotivasi untuk menguasai lingkungan dan mengerjakan tugas-tugas secara
berhasil agar menjadi puas. Seseorang diharuskan memiliki kemampuan yang telah disepakati untuk mencapai tujuan itu.
Faktor terakhir yang dapat termotivasinya belajar siswa adalah penguatan. Penguatan merupakan peristiwa yang mempertahankan atau meningkatkan
kemungkinan respon. Penguatan dapat berupa nilai tes tinggi, pujian, penghargaan sosial, dan perhatian. Penguatan dapat berupa penguatan positif dan penguatan
negatif. Penguatan positif dapat meningkatkan perilaku. Penguatan negatif merupakan stimulus aversif perasan tidak setuju yang disertai dorongan untuk
menahan diri atau peristiwa yang harus diganti atau dikurangi intensitasnya. Perhatian orang tua termasuk penguatan positif yang dapat meningkatkan perilaku
atau motivasi belajar.
40
Faktor-faktor yang memengaruhi motivasi juga di kemukakan Ali Imron 1996 dalam Siregar dan Nara 2011: 53-54 bahwa ada enam faktor yang
mempengaruhi motivasi dalam proses pembelajaran. Keenam faktor tersebut adalah sebagai berikut: cita-cita atau aspirasi pembelajar, kemampuan pembelajar, kondisi
pembelajar, kondisi lingkungan pembelajar, unsur-unsur dinamis belajar, dan upaya guru dalam membelajarkan pembelajaran. Senada dengan Karwati dan
Priansa 2014: 181-183, mengklasifikasikan faktor-faktor yang memengaruhi motivasi siswa menjadi sepuluh faktor, diantaranya: konsep diri berfikir tentang
dirinya, jenis kelamin, pengakuan, cita-cita, kemampuan belajar, kondisi siswa, keluarga, kondisi lingkungan, upaya guru memotivasi siswa, dan unsr-unsur
dinamis dalam belajar.
2.1.3.5 Macam-Macam Motivasi Belajar
Djamarah 2011: 149-152 membagi motivasi menjadi dua macam, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motif-motif
yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Bila seseorang telah
memiliki motivasi intrinsik dalam dirinya, maka ia akan sadar melakukam sesuatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya. Siswa termotivasi untuk
belajar semata-mata untuk menguasai nilai yang terkandung dalam bahan pelajaran bukan keinginan lain, seperti pujian dan nilai tinggi. Berbeda dengan motivasi
ekstrinsik, motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Motivasi ekstrinsik diperlukan agar siswa mau belajar.
41
Siswa belajar karena hendak mencapai tujuan yang terletak diluar hal yang dipelajarinya, seperti mencapai nilai tinggi dan kehormatan.
Sardiman 2014: 86-91 menyebutkan empat macam motivasi, diantaranya: 1 motivasi dilihat dari dasar pembentukan; 2 macam motivasi menurut
pembagian Woodworth dan Marquis; 3 motivasi jasmaniah dan motivasi rohaniah; 4 motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi dilihat dari dasar
pembentukannya, terdiri dari motif-motif bawaan dan motif-motif yang dipelajari. Motif-motif bawaan adalah motif yang sudah ada sejak lahir, jadi motivasi itu ada
tanpa dipelajari, contohnya dorongan untuk makan, minum, seksual, dan tidur. Motif-motif yang dipelajari, adalah motif-motif yang timbul karena dipelajari,
contohnya dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan. Macam motivasi menurut pembagian Woodworth dan Marquis, terdiri dari
motif organis, motif darurat, dan motif objektif. Motif organis meliputi kebutuhan untuk makan, minum, bernapas, seksual, dan istirahat. Motif darurat yaitu motivasi
timbul karena adanya rangsangan dari luar, contohnya dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk berusaha, dorongan untuk memburu. Motif
objektif, yaitu motif yang muncul karena adanya dorongan untuk dapat menghadapi dunia luar secara efektif, contohnya dorongan untuk melakukan eksplorasi dan
dorongan untuk menaruh minat. Macam motivasi selanjutnya adalah motivasi jasmaniah dan motivasi
rohaniah. Motivasi jasmaniah berupa nafsu, insting otomatis, dan refleks, sementara motivasi rohaniah berupa kemauan. Macam motivasi yang lain adalah motivasi
intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang
42
menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu, contohnya yaitu
seseorang senang membaca, maka tidak usah ada yang menyuruh dia sudah rajin mencari buku-buku untuk dibacanya. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang
aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Contohnya belajar karena besok pagi akan ada ujian dengan harapan mendapat nilai baik sehingga
akan dipuji. Berdasarkan macam-macam motivasi belajar dari pendapat para ahli, dapat
disimpulkan bahwa macam motivasi dibagi motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik, namun kedua motivasi tersebut tidak dapat berdiri sendiri. Hal ini karena
motivasi terkait dengan banyak hal yang kompleks. Motivasi belajar dalam penelitian ini adalah keseluruhan daya penggerak dalam diri seseorang baik berasal
dari dalam atau dari luar diri orang tersebut.
2.1.3.6 Ciri-ciri Motivasi Belajar
Ciri-ciri motivasi belajar merupakan tanda khas atau indikator untuk menentukan tingkat motivasi seseorang. Marx dan Tombuch dalam Riduwan
2013: 31-32 menyebutkan lima ciri-ciri siswa yang memiliki motivasi belajar yaitu: 1 ketekunan dalam belajar; 2 ulet dalam menghadapi kesulitan; 3 minat
dan ketajaman dalam belajar; 4 berprestasi dalam belajar; 5 mandiri dalam belajar.
Selain itu, Sardiman 2014: 83-8 4 mengatakan bahwa “motivasi yang ada
pada diri setiap orang itu memiliki ciri- ciri”. Tingkat motivasi belajar seseorang
dapat dilihat melalui ciri-ciri sebagai berikut: 1 tekun menghadapi tugas dapat
43
bekerja terus-menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai; 2 ulet menghadapi kesulitan tidak lekas putus asa. Tidak memerlukan
dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya; 3 Menunjukkan minat terhadap bermacam-
macam masalah; 4 lebih senang bekerja mandiri; 5 cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin; 6 dapat mempertahankan pendapatnya; 7 tidak mudah melepaskan
hal yang sudah diyakininya; serta 8 senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
Ciri-ciri motivasi belajar dalam penelitian ini mengacu pada pendapat Marx dan Tombuch dalam Riduwan 2013: 31-32. Ciri-ciri siswa yang mempunyai
motivasi belajar yaitu sebagai berikut: 1 ketekunan dalam belajar; 2 ulet dalam menghadapi kesulitan; 3 minat dan ketajaman perhatian dalam belajar; 4
berprestasi dalam belajar; 5 mandiri dalam belajar. Ciri-ciri motivasi tampak dalam perilaku sehari-hari siswa, baik perilaku di rumah atau perilaku di sekolah.
2.1.3.7 Dimensi dan Indikator Motivasi Belajar
Dimensi motivasi belajar yang digunakan dalam penelitian ini ada lima macam yang merupakan pendapat Marx dan Tombuch dalam Riduwan 2013: 31-
32, yaitu 1 ketekunan dalam belajar; 2 ulet dalam menghadapi kesulitan; 3 minat dan ketajaman perhatian dalam belajar; 4 berprestasi dalam belajar; 5
mandiri dalam belajar. Adapun indikator motivasi belajar yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pengembangan dari dimensi motivasi belajar pendapat
Marx dan Tombuch dalam Riduwan 2013: 31-32, yaitu 1 dimensi tekun dalam belajar, indikatornya kehadiran di sekolah, mengikuti KBM di kelas, dan belajar di
44
rumah; 2 dimensi ulet dalam menghadapi kesulitan, indikatornya sikap terhadap kesulitan dan usaha menghadapi kesulitan; 3 dimensi minat dan ketajaman dalam
belajar, indikatornya kebiasaan dalam mengikuti pelajaran dan semangat dalam mengikuti KBM; 4 dimensi berprestasi dalam belajar, indikatornya keinginan
untuk berprestasi dan kualifikasi hasil; 5 dimensi mandiri dalam belajar, indikatornya penyelesaian tugas atau PR dan menggunakan kesempatan di luar jam
pelajaran.
2.1.4 Hubungan Antar Variabel
2.1.4.1 Hubungan Kebiasaan Belajar dengan Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar merupakan pertanda berhasil tidaknya siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah. Karwati dan Priansa 2014: 216
mendefinisikan “hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau pikiran yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan,
pengetahuan, dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak perubahan tingkah laku pada diri individu”. Usaha yang
dimaksud tersebut adalah aktivitas belajar siswa yang berlangsung terus-menerus. Pengulangan aktivitas belajar secara terus menerus inilah yang disebut kebiasaan
belajar. Wasliman 2007 dalam Susanto 2013: 12 menyatakan “hasil belajar yang
dicapai oleh siswa merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang memengaruhi baik internal maupun eksternal”. Salah satu faktor internal yang dapat
memengaruhi hasil belajar adalah kebiasaan belajar. Dalam prinsip belajar adalah dengan usaha sekecil-kecilnya namun memberikan hasil yang sebesar-besarnya.
45
Usaha sekecil-kecilnya yaitu dengan siswa melakukan rutinitas belajar. Sudjana 2014: 173 mengatakan “keberhasilan siswa dalam mengikuti pelajaran banyak
bergantung kepada kebiasaan belajar yang teratur dan berkesinambungan”. Kebiasaan belajar besar pengaruhnya dengan hasil belajar. Siswa yang rutin
melakukan belajar atau terbiasa belajar akan memengaruhi penguasaan dan konsentrasi materi sehingga mampu mengikuti ulangan atau tes dengan lancar yang
pada akhirnya mendapatkan nilai yang memuaskan. Nilai inilah yang menjadi patokan keberhasilan siswa dalam mengikuti pembelajaran.
2.1.4.2 Hubungan Motivasi Belajar dengan Hasil Belajar Siswa
Tinggi rendahnya hasil belajar siswa banyak dipengaruhi berbagai faktor, baik dari dalam siswa maupun luar siswa. Faktor dari dalam siswa yang dapat
memengaruhi hasil belajar siswa salah satunya motivasi belajar siswa. Aunurrahman 2012: 180 berpendapat
“motivasi di dalam kegiatan belajar merupakan kekuatan yang menjadi pendorong siswa untuk mendayagunakan
potensi pada dirinya dan diluar dirinya untuk mewujudkan tujuan belajar”. Tujuan belajar yang dimaksud adalah hasil belajar siswa. Sejalan dengan itu, Karwati dan
Priansa 2014: 169 membagi motivasi siswa dalam belajar menjadi empat, yaitu: mendorong berbuat, menentukan arah perbuatan, menyeleksi perbuatan, serta
pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Siswa yang memiliki motivasi akan mendorong pada dirinya untuk selalu
giat belajar demi mendapatkan perubahan tingkah laku seperti pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Siswa akan berhasil dalam belajar jika pada dirinya sendiri
ada keinginan atau dorongan untuk belajar. Apabila anak yang memiliki motivasi
46
atau keinginan belajar tinggi maka akan terjadi kegiatan belajar sehingga dapat diasumsikan bahwa hasil belajar siswa yang bersangkutan mendapat hasil belajar
yang maksimal. Sebaliknya, jika siswa kurang termotivasi maka belajar menjadi malas sehingga diasumsikan hasil belajar yang bersangkutan akan rendah.
2.2 Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan pengaruh kebiasaan belajar dan motivasi belajar terhadap hasil belajar sudah pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya.
Penelitian yang pertama oleh Mardiyatun Mugi Rahayu 2015 yang berjudul “Pengaruh Kebiasaan Belajar Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V
SD Negeri Daerah Binaan II Kecamatan Ajibarang Banyumas”. Berdasarkan hasil perhitungan analisis data, diperoleh data t
hitung
= 9,134 dengan signifikansi = 0,05 dan t
tabel
= 1,973. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa t
hitung
t
tabel
9,134 1,973 dan signifikansinya 0,00 0,05. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa kebiasaan belajar memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar matematika. Besarnya pengaruh kebiasaan belajar terhadap hasil belajar
matematika sejumlah 32,3. Hal ini dapat diartikan bahwa 32,3 hasil belajar matematika dipengaruhi oleh kebiasaan belajar, sedangkan 67,7 dipengaruhi oleh
faktor lain di luar penelitian. Hampir sama penelitian yang dilaksanakan oleh Infirul Tati’ah 2010 yang
berjudul “Pengaruh Kebiasaan Belajar Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMPN 2 Rejotangan Tulungagung Tahun Ajaran 20092010”. Hasil
penelitian : 1 Kebiasaan belajar siswa kelas VIII SMPN 2 Rejotangan Tulungagung Tahun Ajaran 20092010 adalah sedang dengan rentangan skornya
47
53,2 sampai 64,2 dengan prosentasi 42,5. 2 Prestasi belajar siswa kelas VIII SMPN 2 Rejotangan Tulungagung Tahun Ajaran 20092010 adalah cukup dengan
rentangan skornya 68,1 sampai 75,1 dengan prosentase 32,5. 3 Ada pengaruh yang signifikan antara kebiasaan belajar terhadap prestasi belajar matematika siswa
kelas VIII SMPN 2 Rejotangan Tulungagung Tahun Ajaran 20092010 pada taraf signifikan 5. Dari analisis statistik diperoleh 0,37 dengan pengaruh sebesar 14.
Penelitian lain dilakukan oleh Meilina Eka Putri 2012 yang berjudul “Pengaruh Kebiasaan Belajar dan Persepsi Siswa Tentang Metode Mengajar Guru
Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Siswa Kelas X SMAN 1 Patuk Gunungkidul Tahun Ajaran 20112012”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1 Terdapat
pengaruh positif dan signifikan kebiasaan belajar terhadap prestasi belajar ekonomi siswa yang ditunjukkan dari hasil perhitungan nilai t
hitung
sebesar 2,866 dengan signifikansi 0,005, 2 Terdapat pengaruh positif dan signifikan persepsi siswa
tentang metode mengajar guru terhadap prestasi belajar ekonomi siswa yang ditunjukkan dari hasil perhitungan nilai t
hitung
sebesar 3,398 dengan signifikansi 0,001, 3 Terdapat pengaruh positif dan signifikan kebiasaan belajar dan persepsi
siswa tentang metode mengajar guru secara bersama-sama simultan terhadap prestasi belajar ekonomi siswa yang berdasarkan hasil pengujian analisis regresi
ganda ditemukan harga F
hitung
sebesar 13,596 dengan signifikansi 0,000. Sementara itu, Intan Kusuma Wardani 2013 dengan judul “Pengaruh
Kebiasaan Belajar dan Lingkungan Fisik Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Menangani Penggandaan Dokumen Siswa Kelas XI Administrasi Perkantoran
SMK Wikarya Karanganyar Tahun Ajaran 20122013”. Hasil penelitian
48
menunjukan bahwa: 1 Kebiasaan belajar berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar mata pelajaran menangani penggandaan dokumen siswa kelas XI
Administrasi Perkantoran SMK Wikarya Karanganyar Tahun Ajaran 20122013, di buktikan dengan nilai R
hitung
0,506 R
tabel
0,276. 2 lingkungan fisik berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa, hal ini dijelaskan dengan nilai
R
hitung
0,484 R
tabel
0,276 pada taraf signifikansi 5. 3 Kebiasaan belajar dan lingkungan fisik berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa, hal ini di
buktikan dengan nilai F
hitung
15,742 F
tabel
3,191. Persamaan regresi linier ganda Y = 26,769 + 0,547 X
1
+ 0,424 X
2
. Besarnya kontribusi variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat R
2
sebesar 39,6. Sumbangan relatif kebiasaan belajar terhadap hasil belajar sebesar 52,85 dan sumbangan relatif
lingkungan fisik terhadap hasil belajar sebesar 47,15. Sumbangan efektif kebiasaan belajar terhadap hasil belajar sebesar 20,93 dan sumbangan efektif
lingkungan fisik terhadap hasil belajar sebesar 18,68. Penelitian yang dilaksanakan oleh Riky Taufik Afif 2013 dari Fakultas
Ilmu Pen didikan, Universitas Pendidikan Indonesia yang berjudul “Pengaruh
Kebiasaan Belajar dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Seni Budaya”. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang
positif dan signifikan antara kebiasaaan belajar terhadap prestasi belajar siswa sebesar 64,8 dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar sebesar 40.
Sedangkan pengaruh kebiasaan belajar dan motivasi belajar siswa sebesar 65,4 dan sisanya yaitu 34,6 dipengaruhi oleh faktor lain baik internal maupun
eksternal. Kesimpulan dari penelitian ini adalah kebiasaan belajar dan motivasi
49
belajar siswa pada mata pelajaran seni budaya berada pada ketegori tinggi serta prestasi belajar siswa pada mata pelajaran seni budaya juga kategori tinggi. Selain
itu, kebiasaan belajar dan motivasi belajar berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi siswa pada mata pelajaran seni budaya.
Penelitian yang hampir sama dilakukan oleh Ahmad Yainuri 2012 yang berjudul “Pengaruh Kebiasaan Belajar dan Motivasi Berprestasi Terhadap Hasil
Belajar Siswa Kelas V di Gugus Ki Hajar Dewantara Dabin I Karangpandan Karanganyar Tahun 20112012”. Hasil analisis regresi diperoleh persamaan garis
regresi: Y = 60,414 + 0,156 X
1
+ 0,149 X
2
. Persamaan menunjukkan bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh kebiasaan belajar dan motivasi berprestasi. Kesimpulan
yang diambil adalah: 1 Kebiasaan belajar berpengaruh positif dan signifikan terhadap hasil belajar siswa kelas V di Gugus Ki Hajar Dewantara Dabin I
Karangpandan Karanganyar Tahun 20112012, dapat diterima. Hal ini berdasarkan analisis regresi linier ganda uji t diketahui bahwa t
hitung
t
tabel
, yaitu 2,769 1,990 dan nilai signifikansi 0,05, yaitu 0,007 dengan sumbangan efektif sebesar 15,8;
2 Motivasi berprestasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap hasil belajar siswa kelas V di Gugus Ki Hajar Dewantara Dabin I Karangpandan Karanganyar
Tahun 20112012, dapat diterima. Hal ini berdasarkan analisis regresi linier ganda uji t diketahui bahwa t
hitung
t
tabel
, yaitu 2,831 1,990 dan nilai signifikansi 0,05, yaitu 0,006, dengan sumbangan efektif sebesar 16,4; 3 Kebiasaan belajar
dan motivasi berprestasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap hasil belajar siswa kelas V di Gugus Ki Hajar Dewantara Dabin I Karangpandan Karanganyar
Tahun 20112012, dapat diterima. Hal ini berdasarkan analisis variansi regresi linier
50
ganda uji F diketahui bahwa F
hitung
F
tabel
, yaitu 18,791 3,112 dan nilai signifikansi 0,05, yaitu 0,000; 4 Hasil uji koefisien determinasi R
2
sebesar 0,322 menunjukkan bahwa besarnya pengaruh kebiasaan belajar dan motivasi
berprestasi terhadap hasil belajar siswa kelas V di Gugus Ki Hajar Dewantara Dabin I Karangpandan Karanganyar Tahun 20112012 adalah sebesar 32,2 sedangkan
67,8 sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Senada dengan itu, penelitian oleh Anita Anggraini 2012 yang berjudul
“Pengaruh Kebiasaan Belajar dan Motivasi Berprestasi Terhadap Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa Kelas VIII SMPN 1 Sidomulyo”. Berdasarkan analisis diperoleh
hasil penelitian yang menunjukan bahwa: 1 ada pengaruh kebiasaan belajar terhadap hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sidomulyo
semester ganjil Tahun Ajaran 20122013 sebesar 23,1, 2 ada pengaruh motivasi berprestasi terhadap hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VIII SMP Negeri 1
Sidomulyo semester ganjil Tahun Ajaran 20122013 sebesar 18,9, 3 ada pengaruh kebiasaan belajar dan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar IPS
Terpadu siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sidomulyo semester ganjil Tahun Ajaran 20122013 sebesar 27,8.
Hampir sama penelitian yang dilakukan oleh Dhatin Nurul Millati 2011 yang berjudul “Pengaruh Perhatian Orang Tua, Motivasi Belajar, dan Disiplin
Belajar Terhadap Prestasi Belajar IPS Ekonomi Kelas VIII SMP Negeri 2 Pegandon Kabupaten Kendal Tahun Ajaran 20092010“. Hasil analisis linier regresi berganda
diperoleh persamaan regresi Y = 11,429 + 0,383 X
1
+ 0,471 X
2
+ 0,686 X
3
. Ada pengaruh signifikan perhatian orang tua, motivasi, dan disiplin belajar terhadap
51
prestasi belajar dilihat dari hasil analisis data uji F diperoleh F
hitung
sebesar 33,933 dengan nilai probabilita sebesar 0,000 0,05. Besarnya pengaruh perhatian orang
tua, motivasi belajar, dan disiplin belajar terhadap prestasi belajar secara simultan adalah sebesar 60,7 sedangkan 39,3 dipengaruhi faktor lain yang tidak dikaji
dalam penelitian ini. Selanjutnya penelitian yang dilaksanakan oleh Muh. Yusuf Mappeasse
2009 dengan judul “Pengaruh Cara dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Programmable Logig Controller PLC Siswa Kelas XII Jurusan Listrik SMK
Negeri 5 Makassar”. Hasil analisis ditemukan cara belajar memengaruhi hasil belajar kategori tinggi sebesar 43. Motivasi belajar juga memengaruhi hasil
belajar siswa dalam kategori sedang sebesar 50. Terdapat pengaruh positif jika cara dan motivasi belajar secara bersama-sama terhadap hasil belajar PLC dalam
kategori sedang sebanyak 73. Selain penelitian yang dilakukan di dalam negeri, diluar negeri juga telah
ada penelitian yang hampir sama, seperti penelitian oleh Fatemeh Mashayekhi 2014, dosen Fakultas Jiroft Universitas Ilmu Kedokteran, Jiroft, Iran. Judul
penelitian ”The Relationship Between The Study Habits and The Academic Achievement Of Stutends In Islamic
Azad University Of Jiroft Branch”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa “89 of students have relatively desirable study
habits, between the two variables, study habits and academic achievement there was a correlation. Between the Score study habits there was a significant positive
correlation with academic achievement r=0.175, p=0.009”. 89 dari siswa
memiliki kebiasaan belajar yang relatif diinginkan, kebiasaan belajar dan prestasi
52
akademik memiliki kolerasi. Kebiasaan belajar memiliki kolerasi positif yang signifikan dengan prestasi akademik r = 0,175, p = 0,009.
Sementara itu, penelitian yang dilaksanakan oleh Dr. Suresh Chand 2013 dengan judul ”Study Habits Of Secondary School Students In Relation To Type Of
School and Type Of Family” Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa “no significant difference between secondary school students belonging to nuclear and
joint family on different components of study habits and total study habits ”. Tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara siswa sekolah menengah milik keluarga inti dan sendi pada komponen yang berbeda dari kebiasaan belajar dan kebiasaan
belajar keseluruhan. Penelitian lain dilakukan Atta dan Jamil 2012 dari Institute of Education
Research, Gomal University, Pakistan dengan judul “Effects of Motivation and Parental Influence on The Educational Attainments of Students at Secondary Level
” Pengaruh Motivasi dan Pengaruh Orang Tua pada Pencapaian Pendidikan Siswa
di Tingkat Menengah. Penelitian Atta dan Jamil yaitu sebagai berikut: “Optimization of extrusion conditions is critical to the production of
polyethylene films with good. This research work was focused on “the effect of motivation and parental influence on the educational
attainments of students at secondary level”. A sample of 400 secondary school students from eight different schools was taken. A
20 items questionnaire was used to measure student’s level of motivation and parental influence. To analyze the results simple
correlation was used. Correlation between parental influence and academic achievement was high and correlation between motivation
and academic achievement was moderate”.
Penelitian ini difokuskan pada pengaruh motivasi dan pengaruh orang tua pada pencapaian pendidikan siswa di tingkat menengah. Sampel penelitian yaitu
53
400 siswa sekolah menengah dari delapan sekolah yang berbeda. Dua puluh item kuesioner digunakan untuk mengukur tingkat motivasi siswa dan pengaruh orang
tua. Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan korelasi sederhana. Korelasi antara pengaruh orang tua dan prestasi akademik adalah tinggi dan korelasi antara
motivasi dan prestasi akademik adalah sedang. Penelitian-penelitian tersebut digunakan sebagai bahan rujukan untuk
melakukan penelitian tentang “Pengaruh Kebiasaan Belajar dan Motivasi Belajar Tehadap Hasil Belajar Siswa Kelas V SD Gugus Dewi Sartika dan Gugus
Hasanudin Kota Tegal”. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui besarnya pengaruh kebiasaan belajar terhadap hasil belajar siswa, mengetahui besarnya
pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa, serta mengetahui besarnya pengaruh kebiasaan belajar dan motivasi belajar secara bersama-sama terhadap
hasil belajar siswa.
2.3 Kerangka Berpikir Penelitian