Latar Belakang Masalah PENGARUH KEBIASAAN BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SD GUGUS DEWI SARTIKA DAN GUGUS HASANUDIN KOTA TEGAL

1 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan dan kemajuan pembangunan suatu negara sangat bergantung dari kualitas sumber daya manusia yang dimilikinya. Suatu negara yang memiliki sumber daya manusia yang berkualitas tinggi, maka pembangunan negara tersebut akan berkembang secara pesat. Sebaliknya, kualitas sumber daya manusia yang rendah dapat menghambat pembangunan nasional suatu negara. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu wadah yang dapat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas tinggi dalam hal ini adalah pendidikan. Pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu hak setiap individu anak bangsa untuk dapat menikmatinya. Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh manusia agar dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran. Keberadaan pendidikan yang sangat penting tersebut, telah diakui dan sekaligus memiliki legalitas yang sangat kuat sebagaimana yang tertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 yang meny ebutkan bahwa: “Setiap warga neg ara berhak mendapat pendidikan”. Selanjutnya pada ayat 3 dituangkan pernyataan yang berbunyi: “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang ”. Menurut Undang-Undang No. 20 tahun 2003 Bab I pasal 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa: 2 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Langeveld dalam Munib 2012: 23 mengemuka kan bahwa “pendidikan adalah suatu bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai tujuan yaitu kedewasaan”. Manusia dikatakan dewasa apabila sudah mencakup indikator berikut: manusia yang mandiri, bertanggungjawab kepada perbuatannya dan dapat dimintai pertanggungjawaban atas perbuatannya tersebut, serta telah mampu memahami dan melaksanakan norma-norma atau moral dalam kehidupan. Manusia dapat menjadi manusia hanya melalui pendidikan, dalam konteks ini pendidikan dapat didefinisikan sebagai humanisasi upaya memanusiakan manusia artinya suatu upaya dalam rangka membantu manusia agar mampu hidup sesuai dengan martabat kemanusiaannya Wahyudin, dkk, 2007: 1.29. Ada beberapa konsepsi dasar tentang pendidikan yang akan dilaksanakan, yaitu: pendidikan berlangsung seumur hidup, tanggungjawab pendidikan merupakan tanggungjawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah, serta pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia sebab dengan pendidikan, manusia akan memiliki kemampuan dan kepribadian yang berkembang Munib, 2012: 24. Selama berkembangnya manusia untuk berusaha meningkatkan kehidupannya, seperti pengetahuan, kepribadian, dan kemampuan maka selama itulah pendidikan akan berjalan terus. Pendidikan mengemban tugas untuk 3 menghasilkan manusia yang berbudaya dan generasi yang baik. Pendidikan menyangkut kehidupan seluruh umat manusia yang digambarkan bahwa tujuan pendidikan adalah mencapai suatu kehidupan yang lebih baik. Tujuan pendidikan nasional yang sekarang berlaku mengacu berdasarkan Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II pasal 3 yang berbunyi: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan pendidikan nasional akan tercapai apabila didukung oleh semua komponen yang ada di dalam sistem yang bersangkutan. Unsur-unsur yang memengaruhi pendidikan meliputi: peserta didik, pendidik, tujuan, isi pendidikan, metode, dan lingkunagn Munib, 2012 : 38. Demi terwujudnya tujuan pendidikan nasional, maka kegiatan pendidikan nasioanl dilaksanakan melalui tiga jalur sebagaimana yang tertuang dalam UU No. 20 tahun 2003 Bab 1 pasal 1 ayat 10 yang berbunyi: “Satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan”. Salah satu jalur pendidikan yang diselenggarakan pemerintah Indonesia adalah pendidikan formal. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang. Adapun yang dimaksud jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan siswa, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Pendidikan formal 4 terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi UU No.20 tahun 2003 pasal 1 ayat 11. Jenjang pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah BAB VI Pasal 17 ayat 1. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar SD dan Madrasah Ibtidaiyah MI atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama SMP dan Madrasah Tsanawiyah MTs atau bentuk lain yang sederajat BAB VI Pasal 17 ayat 2. Pendidikan dasar berbentuk SD dapat diartikan sebagai proses membimbing, mengajar, dan melatih siswa yang berusia 6-13 tahun untuk memberi bekal kemampuan dasar dalam aspek intelektual, sosial, dan personal yang sesuai dengan karakteristik perkembangannnya sehingga dia dapat melanjutkan pendidikan di SMP atau sederajat Mikarsa, 2008: 1.13. Tujuan pendidikan di SD mencakup pembentukan dasar kepribadian siswa sebagai manusia Indonesia seutuhnya sesuai dengan tingkat perkembangan dirinya, pembinaan pemahaman dasar, dan seluk-beluk ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai landasan untuk belajar pada jenjang yang lebih tinggi serta hidup dalam masyarakat. Sementara fungsi pendidikan SD adalah fungsi edukatif daripada fungsi pengajaran, yaitu upaya bimbingan dan pembelajaran diorientasikan pada pembentukan landasan kepribadian yang kuat Mikarsa, 2008: 1.17. Menurut Wahyudin, dkk 2007: 8.23 bahwa “kegiatan pendidikan hakikatnya belangsung sepanjang hayat, diselenggarakan di berbagai satuan pendidikan yang terdapat di jalur pendidikan informal, formal, dan nonformal ”. Sekolah hanyalah sebagian saja dari keseluruhan kegiatan pendidikan, kegiatan 5 pendidikan berlangsung seumur hidup yang bisa diperoleh seseorang di lingkungan keluarga dan masyarakat. Maka peserta didik baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah tetap melaksanakan pendidikan diantaranya dengan cara belajar. Pengertian belajar Menurut Siregar dan Nara 2011: 3 adalah sebuah proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi bahkan dalam kandungan hingga liang lahat. Sementara itu, Spears dalam Sardiman 2014: 20 mengatakan “Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction Belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu pada dirinya sendiri, mendengar, dan mengikuti aturan ”. Pendapat lain dikemukakan Ahmadi dan Supriyono 2013: 128, “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memeroleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Belajar merupakan sebuah sistem yang di dalamnya terdapat berbagai unsur yang saling kait-mengait sehingga menghasilkan perubahan perilaku. Gagne 1997 dalam Rifa’i dan Anni 2012: 68 membagi unsur belajar menjadi empat, yaitu: peserta didik, rangsangan atau stimulus, memori, dan respon. Kegiatan belajar akan terjadi pada diri peserta didik apabila terdapat interaksi antara stimulus dan memori, sehingga perilakunya berubah dari waktu sebelum dan sesudah adanya stimulus tersebut. Siswa terpacu belajar karena ada berbagai faktor. Menurut Slameto 2013: 54 faktor-faktor yang memengaruhi belajar digolongkan menjadi dua, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern merupakan faktor yang ada dalam diri 6 individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor intern dibagi tiga golongan, yaitu: faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan. Faktor ekstern digolongkan menjadi tiga, yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Senada dengan itu, Rifa’i dan Anni 2012: 80-81 membagi faktor-faktor yang memengaruhi belajar menjadi dua, yaitu kondisi internal dan kondisi eksternal. Kondisi internal mencakup kondisi fisik, psikis, dan sosial. Sedangkan kondisi eksternal seperti variasi dan tingkat kesulitan materi belajar yang dipelajari, tempat belajar, iklim, suasana lingkungan, dan budaya belajar masyarakat yang akan memengaruhi kesiapan, proses, dan hasil belajar. Hasil belajar menurut Winkel 1996 dalam Purwanto 2011: 45 adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Rifa’i dan Anni 2012: 69 berpendapat bahwa “hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami kegiatan belajar”. Hasil belajar merupakan realisasi tercapainya tujuan pendidikan sehingga hasil belajar yang diukur sangat tergantung pada tujuan pendidikannya. Hasil belajar peserta didik akan tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek tertentu Hamalik, 2012: 30. Aspek-aspek tersebut adalah: pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, budi pekerti, dan sikap. Menurut Wasliman 2007 dalam Susanto 2013: 12, “hasil belajar yang dicapai oleh siswa merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang memengaruhi, baik faktor internal maupun faktor eksternal”. Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri siswa, seperti: kecerdasan, 7 kesehatan, ketekunan, sikap, kondisi fisik, perhatian, motivasi, minat, dan kebiasaan belajar. Faktor ekstern merupakan faktor yang berasal dari luar siswa, seperti: faktor lingkungan keluarga, faktor lingkungan sekolah, dan faktor masyarakat. Salah satu faktor penting yang dapat memengaruhi hasil belajar siswa yaitu kebiasaan belajar dan motivasi belajar. Faktor yang dapat memengaruhi hasil belajar adalah kebiasaan belajar. Aunurrahman 2013: 185 menyatakan “kebiasaan belajar adalah perilaku belajar seseorang yang telah tertanam dalam waktu yang relatif lama sehingga memberikan ciri dalam aktivitas belajar yang dilakukannya ”. Hal ini berarti kebiasaan belajar merupakan perilaku belajar yang dilakukan siswa secara berulang-ulang dan lama- kelamaan akan menjadi menetap dan bersifat otomatis. Menurut Djaali 2008: 128, “kebiasaan belajar dapat diartikan sebagai cara atau teknik yang menetap pada diri siswa pada waktu menerima pelajaran, membaca buku, mengerjakan tugas, dan pengaturan waktu untuk menyelesaikan kegiatan”. Setiap siswa memiliki kebiasaan belajar yang berbeda-beda yang disesuaikan dengan dirinya masing-masing. Kebiasaan belajar seseorang memengaruhi aktivitas belajarnya dan pada tujuannya dapat memengaruhi hasil belajar yang diperoleh. Tujuan adanya kebiasaan belajar pada siswa adalah agar memeroleh sikap- sikap dan kebiasaan-kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu Syah, 2015: 128. Djaali 2008: 128 mengungkapkan kebiasaan belajar menjadi dua, yaitu: delay avodian menghindari keterlambatan dan work methods cara kerja. Delay avodian menunjukkan menghindari diri dari hal-hal tertundanya penyelesaian tugas, 8 sedangkan work methods menunjukkan penggunaan cara belajar yang efektif dan efisien. Berdasarkan informasi yang diperoleh peneliti melalui wawancara yang dilakukan pada tanggal 13 Januari 2016 dan 6 Februari 2016 dengan kepala sekolah, guru kelas V, dan beberapa siswa di SD Negeri Gugus Dewi Sartika dan Gugus Hasanudin Kecamatan Tegal Selatan Kota Tegal, bahwa hasil belajar siswa masih rendah. Rendahnya hasil belajar siswa dipengaruhi adanya faktor kebiasaan belajar siswa kelas V SD Gugus Dewi Sartika dan Gugus Hasanudin Kecamatan Tegal Selatan Kota Tegal yang masih buruk. Kebiasaan-kebiasaan buruk yang sering dilakukan siswa berupa belajar tidak teratur, siswa mudah jenuh atau cepat bosan saat belajar, belajar hanya menjelang ulangan atau ujian, sering mencontek teman, kurang memiliki catatan pelajaran yang lengkap, dan lain-lain. Ketidak teraturan belajar siswa saat di rumah merupakan hal yang dianggap biasa saja oleh siswa. Ketidak teraturan tersebut dipicu anak ingin melihat TV atau ingin bermain serta tidak mempunyai jadwal belajar yang teratur. Kebanyakan anak juga kurang perhatian atau bimbingan dari orang tua sehingga anak tidak terbiasa untuk belajar mandiri. Hal lain yang sering dialami siswa adalah mencontek saat ulangan berlangsung. Kegiatan seperti ini dilakukan siswa karena pada malam harinya tidak belajar sehingga saat ulangan berlangsung anak tidak memiliki pandangan jawaban yang berkaitan dengan soal serta kurang konsentrasi. Bentuk-bentuk perilaku yang buruk tersebut dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa yang pada akhirnya menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa. 9 Seseorang akan berhasil dalam belajar kalau pada dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar. Inilah prinsip dan hukum pertama dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran. Keinginan atau dorongan untuk belajar inilah yang disebut dengan motivasi Sardiman, 2014: 40. Motivasi menurut Sardiman 2014: 73 diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif, motif menjadi aktif saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan atau mendesak. Menurut Wlodkowski 1985 dalam Siregar dan Nara 2011: 49 menyatakan “motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu dan memberi arah serta ketahanan pada tingkah laku tersebut ”. Motivasi belajar menurut Uno 2014: 23 adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. “Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual” Sardiman, 2014: 75. Ali Imron 1996 dalam Siregar dan Nara 2013: 53-54 mengemukakan enam faktor yag memengaruhi motivasi belajar, sebagai berikut: cita-cita atau aspirasi pembelajar, kemampuan pembelajar, kondisi pembelajar, kondisi lingkungan pembelajar, unsur-unsur dinamis belajar, dan upaya guru dalam membelajarkan pembelajaran. Siregar dan Nara 2011: 51 menyatakan terdapat dua peranan penting motivasi dalam belajar yaitu: pertama, motivasi merupakan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar dan menjamin kelangsungan belajar demi mencapai satu tujuan. Kedua, motivasi memegang peranan penting dalam memberikan gairah, semangat, dan rasa senang dalam belajar sehingga siswa 10 yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi yang banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa apabila anak mempunyai semangat atau motivasi belajar yang tinggi, maka akan terjadi kegiatan belajar sehingga menghasilkan hasil belajar siswa yang baik. Sebaliknya, jika anak tidak memiliki motivasi belajar, maka tidak akan terjadi kegiatan belajar pada diri anak tersebut. Apabila motivasi peserta didik rendah, maka diasumsikan bahwa hasil belajar siswa yang bersangkutan akan rendah. Berdasarkan informasi yang diperoleh peneliti melalui wawancara yang dilakukan pada tanggal 13 Januari 2016 dan 6 Februari 2016 dengan kepala sekolah, guru kelas V, dan beberapa siswa di SD Negeri Gugus Dewi Sartika dan Gugus Hasanudin Kecamatan Tegal Selatan Kota Tegal, diperoleh informasi bahwa hasil belajar siswa kelas V masih tergolong rendah. Hasil belajar siswa rendah selain disebabkan kebiasaan belajar, juga dipengaruhi motivasi belajar siswa yang masih kurang. Kurang termotivasinya belajar siswa dikarenakan berbagai faktor, baik dari dalam siswa maupun luar siswa. Faktor-faktor tersebut antara lain anggapan siswa yang penting masuk sekolah, kurang semangat mengikuti kegiatan proses belajar- mengajar, kurang bimbingan belajar dari keluarga, banyak teman yang ganggu saat hendak belajar, kurang konsentrasi saat di kelas, kurangnya pujian dan hadiah dari guru, serta guru kurang variasi dalam pembelajaran. Hal ini dirasa siswa kurang bersemangat dalam belajar sehingga nilai hasil belajar siswa masih banyak yang kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal KKM. Tanda siswa yang kurang motivasi belajar dapat dilihat saat mereka mengikuti pembelajaran, contohnya pasif saat pembelajaran, malu menjawab saat ditanya guru, kurang partisipasi dalam 11 kelompok, mudah mengeluh, susah menerima materi dari guru, dan sebagainya. Tanda semacam ini yang sangat dikeluhkan guru saat berlangsungnya pembelajaran. Jika guru menemui siswa yang seperti ini tidak dibiarkan begitu saja, namun guru memberikan pendekatan khusus agar mereka mau mengikuti pembelajaran dengan lebih giat. Kemampuan yang dimiliki setiap siswa berbeda-beda, baik tingkat kebiasaan belajar maupun motivasi belajar. Kebiasaan belajar siswa ada yang teratur dan ada yang kurang teratur. Guru hendaknya membangun kebiasaan belajar siswa yang teratur saat pembelajaran berlangsung. Orang tua juga dituntut agar lebih memerhatikan atau membimbing anak saat belajar di rumah. Tujuannya agar anak terbiasa melakukan belajar secara terus-menerus dan lama-kelamaan akan menjadi kebiasaan pada diri anak. Begitu pula motivasi belajar siswa, ada siswa yang motivasi belajar tinggi dan ada pula motivasi belajarnya rendah. Perbedaan tingkat motivasi ini dapat disikapi guru dengan cara membangkitkan motivasi siswa yang kurang motivasi belajarnya dan memuji siswa yang mempunyai motivasi tinggi. Orang tua juga perlu memotivasi anak agar lebih giat dalam belajarnya. Motivasi belajar yang tinggi dan seringnya siswa melakukan belajar setiap hari, secara tidak langsung akan berdampak pada tujuannya yaitu nilai hasil belajar yang memuaskan. Penelitian yang relevan dengan masalah tersebut yaitu penelitian yang dilakukan oleh Setyowati 2007 dengan judul penelitian “Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMPN 13 Semarang”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi belajar pada siswa kelas VII SMPN 13 12 Semarang dalam kategori cukup. Berdasarkan perhitungan diperoleh 29,766 dengan taraf signifikansi 5 yang berarti ada pengaruh yang signifikan motivasi belajar terhadap hasil belajar pada siswa kelas VII SMPN 13 Semarang. Besarnya motivasi belajar yang memengaruhi hasil belajar siswa kelas VII SMPN 13 Semarang sebesar 29,766 sedangkan 71,344 dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti oleh peneliti dikarenakan keterbatasan dana, waktu, serta kemampuan. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Abdul Rohman M.S 2012 deng an judul “Hubungan Kebiasaan Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas IV SD pada Mata Pelajaran Matematika di Gugus V Kecamatan Wonosari Kecamatan Gunung Kidul Tahun Ajaran 20112012”. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan positif dan signifikan kebiasaan belajar dengan prestasi belajar matematika, hal tersebut ditunjukkan dari harga r hitung yang diolah dengan bantuan SPSS versi 17 sebesar 0,300 sedangkan r tabel dengan N=89 90 pada taraf signifikansi 5 sebesar 0,207, sehingga r hitung r tabel 0,300 0,207. Berdasarkan pemaparan tersebut, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai kebiasaan belajar dan motivasi belajar siswa dengan judul “Pengaruh Kebiasaan Belajar dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V SD Gugus Dewi Sartika dan Gugus Hasanudin Kota Tegal”.

1.2 Identifikasi Masalah

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR SISWA DI KELAS IV SDN GUGUS MUWARDI KECAMATAN KALIWUNGU

5 56 220

PENGARUH INTENSITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS V DI SD GUGUS TERAMPIL KECAMATAN SECANG KABUPATEN MAGELANG

6 40 164

PENGARUH KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD SE GUGUS KI HAJAR DEWANTARA KECAMATAN TEGAL TIMUR KOTA TEGAL

3 52 190

PENGARUH KEBIASAAN BELAJAR DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS V DI GUGUS Pengaruh Kebiasaan Belajar Dan Motivasi Berprestasi Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V Di Gugus Kihajar Dewantara Dabin I Karangpandan Karanganyar Tahun 2

0 2 14

PENDAHULUAN Pengaruh Kebiasaan Belajar Dan Motivasi Berprestasi Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V Di Gugus Kihajar Dewantara Dabin I Karangpandan Karanganyar Tahun 2011/2012.

0 0 6

PENGARUH KEBIASAAN BELAJAR DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS V DI GUGUS Pengaruh Kebiasaan Belajar Dan Motivasi Berprestasi Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V Di Gugus Kihajar Dewantara Dabin I Karangpandan Karanganyar Tahun

0 0 19

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA KELAS V SD SE-GUGUS DEWI SARTIKA SALAMAN MAGELANG.

0 0 188

HUBUNGAN KEDISIPLINAN BELAJAR DI RUMAH DAN DI SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD SE-GUGUS DEWI SARTIKA UPPD TEGAL SELATAN KOTA TEGAL 2012/2013.

0 1 164

PENGARUH MINAT DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SDN GUGUS WERKUDORO KECAMATAN TEGAL TIMUR KOTA TEGAL -

1 1 55

PENGARUH KEBIASAAN BELAJAR DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP KEMANDIRIAN BELAJAR PADA SISWA KELAS IV DI GUGUS KI HAJAR DEWANTARA KECAMATAN CILONGOK

0 2 16