128 “keberhasilan siswa dalam mengikuti pelajaran banyak bergantung kepada
kebiasaan belajar yang teratur dan berkesinambungan”. Hal ini membuktikan bahwa semakin seseorang terbiasa melakukan belajar maka akan semakin
meningkatkan hasil belajar. Keberhasilan siswa dalam mengikuti pelajaran banyak bergantung pada
kebiasaan belajar yang teratur dan berkesinambungan. Kebiasaan belajar teratur dimulai dari cara siswa membuat jadwal dan melaksanakannya, membaca buku
yang kemudian membuat catatan atau garis besar, cara mengikuti pelajaran, menyelesaikan tugas atau latihan, mengikuti kegiatan belajar kelompok, sampai
belajar mandiri di rumah. Cara-cara belajar tersebut harus dimulai oleh diri sendiri tiap individu dengan membiasakan diri dan mendisiplinkan diri dalam belajar.
Hindari belajar dalam tempo lama dan kadar belajar yang berat pada saat mau menghadapi ujian, sebab akan kurang membantu keberhasilan siswa.
4.2.2 Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar
Hasil penelitian terhadap siswa kelas V SD Gugus Dewi Sartika dan Gugus Hasanudin Kota Tegal yang tersebar pada tujuh SD Negeri menunjukkan bahwa
dari pengujian terhadap hipotesis kedua diperoleh nilai koefisien dari motivasi belajar terhadap hasil belajar bertanda positif. Besar pengaruhnya korelasi sebesar
8,7. Meskipun hanya memberikan pengaruh 8,7 atau rendah, namun tidak hanya dipengaruhi oleh motivasi belajar saja. Akan tetapi, ada beberapa faktor lain
yang memengaruhi timbulnya hasil belajar. Faktor yang memengaruhi hasil belajar siswa terdiri dari dua macam, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern
adalah faktor yang ada dalam diri seorang individu yang sedang belajar. Sedangkan
129
faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. Motivasi belajar merupakan faktor keberhasilan belajar siswa yang berasal dari dalam diri individu siswa. Hal
ini sesuai dengan pendapat Wasliman 2007 dalam Susanto 2013: 12, hasil belajar yang dicapai siswa merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang
memengaruhi, baik faktor internal maupun eksternal. Faktor internal meliputi: kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan
belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan. Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar siswa yang mempengaruhi hasil belajar yaitu keluarga sekolah, dan
masyarakat. Hasil penelitian ini mengindikasikan adanya hasil belajar yang maksimal
pada diri siswa dapat dilihat dari sikap siswa dalam motivasi atau hasrat untuk melakukan belajar yang tinggi. Hasrat untuk belajar berarti ada unsur kesengajaan
siswa untuk belajar. Hal ini dianggap lebih baik dibanding dengan segala sesuatu kegiatan yang tanpa adanya maksud. Hasrat untuk belajar berarti pada diri siswa
memang ada motivasi untuk belajar sehingga sudah tentu hasilnya akan lebih baik. Peranan motivasi dalam menentukan hasil belajar seperti yang diungkapkan oleh
Sardiman dalam Rohmah 2012: 261 bahwa “kegiatan belajar melahirkan motivasi, kalau ada motivasi maka hasil belajar akan menjadi optimal”. Makin tepat
motivasi yang diberikan, maka akan makin berhasil pula pelajaran yang dipelajarinya. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar
bagi siswa yang akhirnya akan menghasilkan tujuan yang memuaskan.
130
Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa kelas V SD Gugus Dewi Sartika dan Gugus Hasanudin Kota Tegal sudah dalam kategori tinggi.
Terbukti dari nilai rata-rata indeks variabel sebesar 85,40. Hal ini dapat diartikan bahwa menurut respon dari siswa kelas V SD Gugus Dewi Sartika dan Gugus
Hasanudin Kota Tegal bahwa motivasi siswa sudah tinggi dalam semua mata pelajarannya. Maka dapat diartikan bahwa siswa-siswi kelas V di SD Gugus Dewi
Sartika dan Gugus Hasanudin Kota Tegal memiliki ketekunan dalam belajar, ulet dalam menghadapi kesulitan, minat dan ketajaman perhatian dalam belajar,
berprestasi dalam belajar, serta mandiri dalam belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Rohmah 2012: 249 yang menyebutkan ada beberapa ciri orang memiliki
motivasi, yaitu: 1 tekun menghadapi tugas; 2 ulet menghadapi kesulitan; 3 menunjukkan minat terhadap bermacam-macam; 4 lebih senang bekerja sendiri;
5 cepat bosan pada tugas rutin; 6 dapat mempertahankan pendapatnya; 7 tidak mudah melepaskan apa yang diyakini; dan 8 senang mencari dan memecahkan
masalah soal-soal. Penelitian pada variabel motivasi belajar terdiri dari lima dimensi dan
sebelas indikator. Berdasarkan perhitungan, dapat diketahui bahwa dimensi yang paling dominan dalam motivasi belajar adalah dimensi “berprestasi dalam belajar”,
yaitu keinginan siswa untuk berprestasi dan kualifikasi hasil. Bagi seorang siswa, prestasi belajar merupakan tujuan yang ingin diperoleh sebagai bukti bahwa mereka
telah menguasai pelajaran atau keterampilan tertentu. Prestasi belajar sebetulnya hampir sama pengertiannya dengan hasil belajar, hanya saja kalau prestasi belajar
selain mendapatkan nilai baik dalam bidang akademik juga mendapatkan hal lebih
131
atau plus dalam keterampilan dan bidang lain selain kependidikan. Hal ini sependapat dengan Gagne 1985 dalam Hamdani 2011: 138 yang menyatakan
prestasi belajar dibedakan menjadi lima aspek, yaitu 1 kemampuan intelektual; 2 strategi kognitif; 3 informasi verbal; 4 sikap; dan 5 keterampilan. Prestasi
belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap siswa yang meliputi faktor kognitif, afektif, dan psikomotorik setelah mengikuti proses
pembelajaran yang diukur dengan menggunakan tes atau instrumen yang relevan. Sedangkan, prestasi di luar bidang pendidikan seperti mendapatkan juara kesenian,
olahraga, maupun lomba-lomba lain. Indikator yang menunjang nilai indeks dimensi berprestasi dalam belajar
adalah indikator keinginan untuk berprestasi. Keinginan siswa untuk berprestasi dapat diketahui dengan nilai indeks sebesar 92,05. Keinginan yang dimaksud
merupakan hasrat dalam memahami pelajaran dan harapan mendapatkan hasil yang tinggi. Adanya keinginan atau hasrat berhasil, dorongan kebutuhan belajar, dan
harapan akan cita-cita inilah yang tertanam dalam diri siswa sehingga memunculkan rasa ingin berprestasi. Hasrat dan keinginan untuk berhasil dalam
belajar dalam kehidupan sehari-hari pada umumnya disebut motif berprestasi, yaitu motif untuk berhasil dalam melakukan suatu tugas dan pekerjaan atau motif untuk
memeroleh kesempurnaan. Adapun ciri-ciri seseorang yang mempunyai semangat dalam berprestasi yang seperti diungkap Uno 2014: 10 adalah 1 adanya hasrat
dan keinginan untuk melakukan kagiatan; 2 adanya dorongan dan kebutuhan melakukan kegiatan; 3 adanya harapan dan cita-cita; 4 penghargaan dan
132
penghormatan atas diri; 5 adanya lingkungan yang baik; dan 6 adanya kegiatan yang menarik.
Pada dimensi “ketekunan dalam belajar” temuan hasil penelitian menunjukkan 86,87 siswa-siswi kelas V di SD Gugus Dewi Sartika dan Gugus
Hasanudin Kota Tegal sudah tekun dalam belajarnya. Dalam dimensi ini, persepsi siswa dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama dan tidak pernah
berhenti sebelum selesai. Siswa yang memiliki ketekunan dalam belajar akan mempunyai ciri kehadiran di sekolah yang lengkap atau jarang izin dan datang tepat
waktu, semangat mengikuti proses belajar mengajar di kelas, serta setelah pulang sekolah akan mengulangi materi dengan belajar di rumah. Kehadiran siswa di kelas
merupakan awal motivasi belajar. Guru profesional akan memberikan perhatian pada saat membelajarkan siswa agar siswa semangat. Setelah itu, siswa diberi
arahan agar tidak lupa belajar di rumah. Hal ini sesuai dengan pendapat Iskandar dalam Rohmah 2012: 244 bahwa motivasi menentukan ketekunan dalam belajar,
seseorang yang mempelajari sesuatu dengan baik dan tekun akan membuat seseorang termotivasi dalam belajarnya. Dengan kata lain, jika siswa belajar dengan
tekun berarti pada dirinya mempunyai motivasi untuk belajar yang baik sehingga dia akan berharap memeroleh hasil yang baik dan lulus.
Indikator siswa dalam dimensi tekun dalam belajar dengan nilai indeks tertinggi ada pada indikator kehadiran di sekolah dengan nilai indeks sebesar
90,53. Mayoritas siswa sering berangkat sekolah, siswa jarang melakukan izin atau bahkan bolos sekolah. Kehadiran siswa tidak hanya jumlah kehadiran siswa
dalam waktu tertentu seperti jumlah kehadiran siswa dalam setahun, akan tetapi
133
juga kehadiran siswa waktu berangkat sekolah. Sebetulnya banyak sedikitnya kehadiran siswa dan jam masuk sekolah sudah diatur oleh suatu peraturan atau tata
tertib sekolah. Peraturan ini tujuannya agar siswa bersikap disiplin. Hal ini seperti diungkap Murtini 2009: 11-15 yang mengatakan sikap disiplin di sekolah, yaitu
berangkat sekolah tepat waktu, selalu bersikap hormat dan sopan santun terhadap guru, melaksanakan tugas yang diberikan guru, menegakkan kedisiplinan dan tata
tertib, menjaga nama baik sekolah, belaja tejun dan penuh tanggung jawab, menanyakan materi pembelajaran yang belum jelas. Berangkat sekolah tepat waktu
merupakan ciri siswa yang mempunyai antusias atau motivasi untuk mengikuti pelajaran. Mayoritas sekolah di Indonesia menerapkan jam masuk sekolah pukul
07.00 pagi. Persepsi siswa-siswi kelas V di SD Gugus Dewi Sartika dan Gugus
Hasanudin Kota Tegal yang paling rendah terdapat pada dimensi “ulet dalam
menghadapi tugas” yaitu sebesar 77,84. Ulet dalam dimensi ini merujuk pada persepsi siswa tentang sikap siswa terhadap kesulitan tertentu dan usaha yang
dilakukan demi mengatasi kesulitan tersebut. Dilihat dari kegiatan siswa, salah satunya adalah mengerjakan tugas yang diberikan guru. Tugas atau ulangan yang
diberikan kadang dirasa sulit oleh siswa, maka dari itu perlu adanya usaha penyelesaian tugas. Ahmadi dan Supriyono 2013: 94 memberikan tanda adanya
kesulitan belajar, yaitu: menunjukkan prestasi rendah, hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha, lambat melakukan tugas belajar, menunjukkan sikap
kurang wajar, dan menunjukkan tingkah laku yang berlainan. Oleh karena itu perlu adanya usaha menghadapi kesulitan seperti diungkap Morgan dalam Rohmah
134
2012: 247 menyatakan bahwa sikap siswa terhadap kesulitan atau hambatan sebenarnya banyak tergantung kepada keadaan dan sikap lingkungan. Sehubungan
dengan hal-hal ini maka peranan motivasi sangat penting dalam upaya menciptakan kondisi-kondisi tertentu yang lebih kondusif bagi mereka untuk berusaha agar
memeroleh keunggulan. Pada indikator usaha menghadapi kesulitan diketahui bahwa nilai indeks
indikator ini merupakan yang terendah dibanding nilai indeks yang lain, yaitu sebesar 77,34. Siswa jika menemui kesulitan sebagian saja yang mencoba untuk
berusaha menyelesaikan masalahnya tersebut, sebagiannya lagi pasrah dengan kesulitan yang sedang dihadapi. Hal ini sependapat dengan Syarif dan Sumantri
2015: 387 bahwa konsep ketidakberdayaan atau kesulitan belajar diturunkan dari teori bahwa siswa dapat menjadi gagal akademik melalui proses pengkondisian
berdasarkan umpan balik negatif guru, pengalaman sekolah, teman sejawat, dan siswa sendiri. Sejumlah studi membuktikan bahwa apabila siswa terus menerus
gagal, mereka akhirnya menyerah sehingga mereka terkondisi tak berdaya. Ada beberapa prinsip yang dapat membantu siswa mengatasi siswa kesulitan belajar
yang menunjukkan kecenderungan menerima kegagalan, yaitu dengan cara menonjolkan hal positif, menyingkirkan hal negatif, memulai dari hal yang dikenal
menuju yang baru dikenal, menciptakan tantangan agar siswa secara aktif menemukan masalah dan memecahkannya dengan menggunakan pengetahuan dan
keterampilan mereka sendiri, serta guru bisa mengkomunikasikan harapan-harapan positif.
135 Pada dimensi “minat dan perhatian dalam belajar”, temuan hasil penelitian
menunjukkan persepsi yang termasuk dalam kategori tinggi diberikan siswa yaitu sebesar 85,32. Minat siswa merupakan kecenderungan untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa aktivitas. Siswa yang mempunyai minat belajar akan memerhatikan aktivitas belajarnya secara konsisten dengan rasa senang. Dengan
kata lain, minat merupakan rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal tanpa ada yang menyuruh. Siswa yang berminat terhadap sesuatu cenderung untuk
memberikan perhatian yag lebih besar tajam terhadap sesuatu yang diminati itu. Hurlock 1990 dalam Susanto 2013: 62 memberikan ciri minat, yaitu: minat
tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental, minat tergantung pada kegiatan belajar, minat tergantung pada kesempatan belajar, perkembangan minat
terbatas, dipengaruhi budaya, berbobot emosional, dan berbobot egosentris. Guru dalam membangkitkan minat siswa dapat melalui beberapa cara seperti yang
diungkap Djamarah 2011: 167, yaitu dengan cara: membandingkan adanya suatu kebutuhan pada diri siswa sehingga dia rela belajar tanpa paksaan, menghubungkan
bahan pelajaran yang diberikan dengan persoalan pengalaman yang dimiliki siswa, memberikan kesempatan pada siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang baik
dengan cara menyediakan lingkungan belajar yang kreatif dan kondusif, serta menggunakan berbagai macam bentuk dan teknik mengajar dalam konteks
perbedaan individual siswa. Adapun perhatian dalam belajar merupakan kegiatan yang dilakukan
seseorang dalam hubungannya dengan pemilihan rangsangan yang datang dari lingkungannya. Siswa yang mempunyai perhatian tinggi dalam belajar akan
136
menghasilkan pemahaman terhadap apa yang telah dipelajari terebut. Perhatian dapat timbul secara langsung karena pada siswa sudah ada kesadaran akan tujuan
dan kegunaan mata oelajaran yang diperolehnya. Perhatian tidak langsung baru timbul apabila dirangsang oleh guru, seperti penyajian pelajaran yang menarik,
penggunaan media yang merangsang siswa, dan menghubungkan pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Dalam dimensi minat dan perhatian dalam belajar ini,
persepsi siswa terhadap semangat dalam mengikuti PBM jauh lebih tinggi dari pada kebiasaan mengikuti pelajaran. Nilai indeks indikator semangat dalam mengikuti
PBM sebesar 91,48. Hal ini menunjukkan bahwa siswa-siswi kelas V SD Gugus Dewi Sartika dan Gugus Hasanudin Kota Tegal mempunyai semangat mengikuti
proses belajar mengajar yang tinggi. Semangat siswa dapat dilihat dari semangat memperhatikan guru mengajar, mengikuti pelajaran dengan senang hati, dan fokus
saat guru memberikan materi di kelas. Semangat siswa dalam hal ini adalah adanya hasrat atau keinginan besar dalam kegiatan belajar. Pendapat ini senada dengan
yang diungkap Syarif dan Sumantri 2015: 379 bahwa motivasi memegang peranan penting dalam memberikan gairah atau semangat dalam belajar sehingga
siswa yang termotivasi kuat memiliki energi banyak untuk melakukan kegiatan belajar.
Berdasarkan temuan penelitian pada dimensi “mandiri dalam belajar”, didapati pandangan yang tinggi siswa-siswi kelas V di SD Gugus Dewi Sartika dan
Gugus Hasanudin Kota Tegal terhadap belajar secara mandiri yaitu dengan nilai indeks sebesar 85,01. Hal ini membuktikan bahwa siswa saat ini sudah bisa
belajar sendiri tanpa dukungan atau disuruh orang lain. Belajar mandiri merupakan
137
pembelajaran yang bertujuan membangun inisiatif siswa, kemandirian, dan peningkatan diri. Siswa dalam mengatur progam belajar diorganisaikan sedemikian
rupa sehingga siswa dapat memilih atau menentukan bahan dan kemajuan belajar sendiri. Hal ini senada dengan yang diungkapkan Majid 2013: 105 bahwa siswa
dapat diharapkan mampu belajar di tempat yang ditentukan sendiri, pada waktu yang dipilihnya sendiri, dan dengan cara belajar sendiri tanpa bimbingan tatap
muka dari orang lain. Pembelajaran mandiri dimaksudkan untuk mengatasi pengajaran klasikal sehingga memberikan kesempatan kepada siswa untuk maju
sesuai dengan kecepatan masing-masing siswa untuk belajar lebih aktif. Adapun komponen sistem mandiri dalam belajar adalah falsafah dan teori, kebutuhan,
organisasi, tenaga, sarana, prasarana, bantuan dan pengawasan, kegiatan belajar, dan penilaian.
Pada dimensi ini, sumbangsih indikator penyelesaian tugasPR nilai indeksnya lebih besar dari pada indikator menggunakan kesempatan di luar jam
pelajaran. Besar nilai indeks penyelesaian tugasPR sebesar 87,25. Hal ini menujukkan bahwa siswa sangat antusias dalam menyelesaikan tugas dan pekerjaan
rumah. Adapaun tujuan siswa diberi tugas adalah merangsang kegiatan siswa, menemukan sebab-sebab kamajuan atau kegagalan, memberikan bimbingan yang
sesuai dengan perkembangan siswa, memeroleh laporan tentang perkembangan siswa yang ada di lembaga pendidikan dan diperlakukan orang tuanya, serta
memperbaiki cara belajar atau metode belajar Ahmadi dan Supriyono, 2013: 200. Penyelesaian tugas atau PR merupakan cara kerja yang digunakan siswa
mengerjakan tugas akademik dan keterampilan belajar secara efisien dan efektif.
138
Seseorang yang mempunyai motivasi tinggi cenderung berusaha menyelesaikan tugasnya secara tuntas tanpa menunda-nunda pekerjaanya. Penyelesaian tugas
semacam ini bukanlah karena dorongan dari luar diri, melainkan upaya pribadi. Temuan indikator menggunakan kesempatan di luar jam pelajaran dalam
kategori tinggi dengan nilai indeks 82,77. Siswa dalam memanfaatkan waktu di luar jam pelajaran sangat baik. Siswa dapat memanfaatkan waktu di luar jam
pelajaran dengan mengunjungi perpustakaan, melanjutkan pengerjaan tugas, melakukan kegiatan membaca buku, serta tetap tenang meskipun ditinggal guru.
Salah satu kegiatan siswa yang dapat memanfaatkan di luar jam pelajaran adalah dengan mengunjungi perpus. Perpus merupakan tempat yang nyaman buat mencari
referensi bahan bacaan atau sumber belajar bahkan sering digunakan siswa untuk belajar didalamnya. Karwati dan Priansa 2014: 272 mengatakan perpustakaan
merupakan penyedia sumber informasi yang diperlukan siswa, keberadaanya menentukan tinggi rendah mutu pendidikan karena perpustakaan mempunyai tugas
dan tanggung jawab dalam mengelola dan menyediakan sumber belajar secara efektif dan efisien.
Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat dikemukakan bahwa siswa yang mempunyai motivasi belajar yang tinggi akan memengaruhi hasil belajar yang
memuaskan, begitu pula sebaliknya. Tinggi rendahnya hasil belajar siswa banyak dipengaruhi berbagai faktor, baik dari dalam siswa maupun luar siswa. Faktor dari
dalam siswa yang dapat memengaruhi hasil belajar siswa salah satunya motivasi belajar siswa. Aunurrahman 2013
: 180 berpendapat “motivasi di dalam kegiatan belajar
merupakan kekuatan
yang menjadi
pendorong siswa
untuk
139
mendayagunakan potensi pada dirinya dan diluar dirinya untuk mewujudkan tujuan belajar”. Tujuan belajar yang dimaksud adalah hasil belajar siswa. Sejalan dengan
itu, Karwati dan Priansa 2014: 169 membagi motivasi siswa dalam belajar menjadi empat, yaitu: mendorong berbuat, menentukan arah perbuatan, menyeleksi
perbuatan, serta pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Motivasi belajar tidak saja merupakan suatu energi yang menggerakkan
siswa untuk belajar, tetapi juga sebagai suatu yang mengarahkan aktivitas siswa kepada tujuan atau hasil belajar. Tinggi rendahnya siswa selalu dijadikan indikator
baik buruknya hasil belajar siswa. Tidaklah menjadi berarti betapapun baiknya potensi anak seperti kemampuan intelektual atau bakat, lengkapnya sarana
belajar, dan materi yang akan diajarkan, jika siswa tidak termotivasi dalam belajarnya, maka PBM tidak akan berlangsung optimal. Maka dari itu, siswa akan
melakukan aktivitas belajar karena ada yang mendorongnya. Dasar penggerak yang mendorong siswa untuk belajar adalah motivasi. Hal ini membuktikan bahwa
adanya pengaruh dari motivasi belajar mengakibatkan semakin meningkatnya nilai hasil belajar siswa.
140
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan