memaknai pragmatik. Menurutnya pragmatik itu: 1 pragmatics is the study of speaker meaning ; 2 pragmatics is the study of contextual
meaning ; 3 pragmatics is the study of how more gets communicated than is said ; dan 4 pragmatics is the study of the expression of relative
distance.
15
Dengan kata lain bahwa: 1 pragmatik yaitu ilmu tentang artimaksud pembicara; 2 pragmatik yaitu ilmu tentang arti berdasarkan
konteksnya; 3 pragmatik yaitu ilmu tentang maksud atau arti lain yang didapatkan dari apa yang dituturkandiujarkan; serta 4 pragmatik yaitu
ilmu tentang ekspresi yang muncul oleh pengguna bahasa didasarkan oleh jarak sosial.
Dari berbagai penjelasan di atas maka pragmatik sebuah subdisiplin ilmu dari linguistik yang mengkaji makna sama halnya dengan
semantik. Hal yang membedakannya yaitu pragmatik bersifat performansi yaitu ketika sebuah bahasa sudah diaktualisasikan menjadi tuturan dan
menafsirkan makna tuturan tersebut tidak bisa hanya berdasar dari apa yang dituturkan saja melainkan harus melibatkan konteks. Konteks
merupakan titik sentral dari pragmatik.
B. Situasi Tutur
Berdasarkan uraian sebelumnya, konteks merupakan titik sentral dari pragmatik. Dilihat dari berbagai pendefinisian yang diberikan oleh
sejumlah pakar mengenai pragmatik. Berdasarkan pendefinisiannya Levinson menyebut dengan istilah konteks. George Yule pun sama yaitu
menyebut konteks. Jacob L. Mey dalam hal ini menyebut konteks situasi ujar. Pada bukunya Louise Cummings menyebut konteks. Hampir mirip
dengan Jacob L.Mey, Leech menyebut situasi ujar sedangkan Wijana dalam bukunya menyebutnya dengan situasi tutur meski Wijana mengutip
dari apa yang dinyatakan oleh Leech berkenaan dengan situasi ujar. Mulyana dalam bukunya menyatakan bahwa “konteks ialah situasi
atau latar terjadinya suatu komunikasi. Konteks dapat dianggap sebagai
15
George Yule, Pragmatics, United Kingdom : Oxford University Press, 2000, hlm. 1
sebab dan alasan terjadinya suatu pembicaraandialog. Segala sesuatu yang berhubungan dengan tuturan, apakah itu berkaitan dengan arti, maksud,
maupun informasinya,
sangat tergantung
pada konteks
yang melatarbe
lakangi peristiwa tuturan itu”.
16
Ada empat jenis konteks yang dijelaskan oleh Fatimah Djajasudarma dalam bukunya. Konteks yang pertama yaitu konteks fisik.
Konteks fisik yaitu tempat terjadinya konversasi tindak ujar. Konteks yang kedua yaitu konteks linguistik yang maksudnya yaitu tuturan yang
dipertimbangkan sebelumnya. Hal yang ketiga yaitu konteks epistemik adalah latar belakang pengetahuan baik pembicara maupun kawan bicara
hubungan speaker-hearer. Terakhir atau konteks sosial yaitu hubungan sosial yang ada setting antara penyapa-pesapa.
17
Jadi dalam penjelasan Mulyana konteks itu melihat tujuan komunikasi seseorang dengan seseorang lainnya dengan melibatkan
latarsituasi di mana terjadinya interaksi komunikasi tersebut. Lebih ditambahkan lagi oleh Fatimah Djajasudarma yaitu dengan melihat juga
relasi sosial di antara penutur dan petutur serta latar belakang pengetahuan di antara keduanya.
Leech memasukkan konteks ke dalam salah satu bagian dari aspek-aspek ujar. Aspek-aspek situasi ujar menurut Leech yaitu sebagai
berikut: 1 yang menyapa penyapa atau yang disapa pesapa; 2 konteks sebuah tuturan; 3 tujuan sebuah tuturan; 4 tuturan sebagai
bentuk tindakan atau kegiatan: tindak ujar; 5 tuturan sebagai produk tindak verbal.
18
Penyapa atau yang disapa tentu maksudnya yaitu penutur dengan petutur. Untuk konteks sendiri, Leech memasukkan pendapatnya. Konteks
dalam pengertian Leech bukanlah sebagai gambaran fisik atau sosial sebuah tuturan melainkan Leech menganggap bahwa konteks itu sebagai
16
Mulyana, Kajian Wacana : Teori, Metode, dan Aplikasi Prinsip-prinsip Analisis Wacana, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2005, hlm. 21
17
Djajasudarma, op.cit., hlm. 76
18
Leech, op. cit., hlm. 19-20
latar belakang pengetahuan yang sama-sama dimiliki oleh penutur dan petutur. Tujuan sebuah tuturan merupakan apa yang diharapkan oleh
penutur dengan mengadakan interaksi komunikasi dengan petutur. Adanya interaksi komunikasi berarti tentu ada tuturan atau tindak ujar dan tindak
tutur itu biasanya menghasilkan tuturan menurut Leech “untuk mengacu
pada produk linguistik tindakan tersebut”. Leech tidak memasukkan waktu dan tempat dalam unsur-unsur
situasi ujar yang dicetusnya melainkan waktu dan tempat sebagai salah satu unsur yang wajib dipertimbangkan juga. Leech menyatakan “kita
dapat menyusun konsep SITUASI UJAR yang mencakup semua unsur ini, dan mungkin juga unsur-unsur lain seperti waktu dan tempat ketika
tuturan dihasilkan”.
19
Untuk itu dapat ditarik sebuah simpulan bahwa tidak menjadi suatu masalah yang besar jika mempergunakan istilah konteks atau situasi
ujartutur. Hal yang terpenting di dalamnya yaitu melibatkan tempat atau situasi serta waktu berlangsungnya proses komunikasi tersebut, siapa
penutur dan petutur di dalam proses komunikasi tersebut dan kemudian relasi sosial keduanya. Perlu dipertimbangkan juga latar belakang
pengetahuan antara penutur dan petutur tersebut dan tujuan dari diadakannya komunikasi tersebut. Hal-hal inilah yang kemudian dapat
menarik makna dari sebuah tuturan yang melibatkan atau menjadi wilayah dari pragmatik. Untuk lebih memahaminya, perhatikan contoh berikut ini:
1 Rudi : “Aduh San, notebook-nya sudah mau mati nih”.
Ihsan : “Oh iya sebentar, saya ambil charger-nya dulu”. Berdasarkan contoh di atas jika berdasarkan tuturan yang tampak,
Rudi tidak meminta Ihsan untuk mengambilkan charger, tetapi Ihsan dengan bergegas ingin mengambil charger yang dimaksud. Untuk
menjawab kasus ini maka dilihat situasi tutur atau konteks keberlangsungan ujaran tersebut. Rudi dan Ihsan pada saat itu sedang
berada di kantin kampus dan Rudi sedang mengerjakan tugas kuliah
19
Ibid, hlm. 21-22
manajemen bisnis dengan meminjam notebook milik Ihsan. Rudi hanya memiliki sisa waktu 45 menit untuk mengerjakan tugas itu dikarenakan
setelah itu merupakan waktu atau sudah saatnya jam mata kuliah manajemen bisnis. Berdasarkan hal itu Ihsan mengetahui bahwa tuturan
Rudi tersebut tidak semata hanya bersifat informasi, tetapi juga memintanya untuk mengambil charger notebook miliknya. Rudi pun
mengetahui bahwa Ihsan akan mengerti tujuan pembicaraannya berdasarkan situasi atau konteks yang ada. Inilah yang kemudian bisa
dikatakan adanya latar belakang pengetahuan yang sama-sama dimiliki oleh penutur maupun petutur.
Bisa dilihat juga rumusan Dell Hymes yang disingkat SPEAKING yang dapat juga dipakai untuk menentukan makna sebuah tuturan melalui
kajian pragmatik. Dell Hymes dalam Mulyana menyatakannya sebagai berikut:
S : setting and scene, yaitu latar dan suasana. Latar
setting lebih bersifat fisik, yang meliputi tempat dan waktu terjadinya tuturan. Sementara scene
adalah latar psikis yang lebih mengacu pada suasana psikologis yang menyertai peristiwa
tuturan.
P :participants, peserta tuturan, yaitu orang-orang
yang terlibat dalam percakapan, baik langsung maupun tidak langsung. Hal-hal yang berkaitan
dengan partisipan, seperti usia, pendidikan, latar sosial, dsb, juga menjadi perhatian.
E :ends, hasil, yaitu hasil atau tanggapan dari suatu
pembicaraan yang memang diharapkan oleh penutur ends as outcomes, dan tujuan akhir pembicaraan
itu sendiri ends in view goals.
A :act sequences, pesanamanat, terdiri dari bentuk
pesan message form dan isi pesan message content. Dalam kajian pragmatik, bentuk pesan
meliputi; lokusi, ilokusi, dan perlokusi.
K :key, meliputi cara, nada, sikap, atau semangat
dalam melakukan
percakapan. Semangat