Debat Pelanggaran Prinsip Kerja Sama dan Implikatur dalam Acara Debat TV One serta Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA
debat Format Parlemen Inggris terdapat dua kelompok yang berseberangan sesuai dengan hakikat debat, kelompok pertama disebut kelompok
proposition afirmatif atau kelompok pemerintah dan kemudian kelompok kedua yaitu kelompok oposisi atau penentang. Berikut aturan
atau urutan berbicara dalam debat Format Parlemen Inggris
73
: 1
st
Speaker Prime Minister
Leader of the Opposition
2
nd
Speaker 3
rd
Speaker Deputy Prime
Minister Deputy Leader of
the Opposition 4
th
Speaker 5
th
Speaker Member for
Government Member for the
Opposition 6
th
Speaker 7
th
Speaker Government
Whip Opposition Whip
8
th
Speaker
Berbeda halnya dengan format Amerika yang dalam satu kelompoknya terdiri dari empat orang tetapi aturan atau urutan
berbicaranya sama dengan yang ada pada Format Parlemen Inggris. Untuk itu langkah-langkah dalam debat bisa berbeda tergantung jenis format
debat yang dipakai. Norma-norma dalam berdebat secara umum ditulis oleh Henry
Guntur Tarigan dalam bukunya mengutip pendapat Mulgrave. Adapun norma-norma tersebut sebagai berikut:
1. Pengetahuan yang sempurna mengenai pokok
pembicaraan; 2.
Kompetensi atau kemampuan menganalisis; 3.
Pengertian mengenai prinsip-prinsip argumentasi; 4.
Apresiasi terhadap kebenaran fakta-fakta; 5.
Kecakapan menemukan buah pikiran yang keliru dengan penalaran;
6. Keterampilan dalam pembuktian kesalahan;
7. Pertimbangan dalam persuasi; serta
73
G Rhydian
Morgan, British
Parliamentary Debating,
2015, hlm.4,
http:www.debate.uvm.edu..
8. Keterarahan, kelancaran, dan kekuatan dalam
carapenyampaian pidato.
74
Norma-norma yang dijelaskan oleh Mulgrave cenderung kepada norma dalam teknik berargumentasiberdebat bukan kepada norma yang
mengarah kepada aturan etika atau tata tertib dalam debat. Jadi, calon peserta debat sebelum memulai debat harus memiliki
pengetahuan yang kompherensif terhadap tema atau pokok pembicaraan. Peserta debat juga harus paham hakikat argumentasi dan penyusunan
karangan argumentasi. Kemudian dilanjutkan dengan penyusunan karangan argumentasi sesuai dengan topik pembicaraan dan posisi calon
peserta debat: afirmasi atau oposisi. Dalam penyusunan tersebut dituntut kemampuan dan kompetensi calon peserta debat dalam menganalisis
permasalahan-permasalahan yang menjadi topik pembicaraan disesuaikan dengan posisi calon peserta debat. Setelah itu, ketika memasuki proses
debat, komunikasi penyampaian argumentasi yang dibangun oleh calon peserta debat harus terarah, lancar, dan mempunyai kekuatan. Calon
peserta debat harus melakukan apresiasi terhadap kebenaran fakta-fakta yang ditampilkan oleh pihak lawan tetapi calon peserta debat harus
terampil juga dalam pembuktian kesalahan argumentasi dan logika yang dipakai oleh lawan. Hal-hal tersebut merupakan norma dalam teknik
berargumentasidebat berdasarkan
pendapat Mulgrave
sehingga tercapailah tujuan sebenarnya dalam perdebatan yaitu menemukan
argumentasipendapat yang paling logis dan ideal. Berkaitan dengan sikap atau etika dalam berdebat, Henry Guntur
Tarigan menyatakan bahwa “seorang pendebat haruslah bersifat rendah
hati, wajar, ramah, dan sopan tanpa kehilangan kekuatan dalam argumen- argumennya. Lebih lanjut Henry Guntur Tarigan menjelaskan sikap dalam
berdebat sebagai berikut: Para anggota debat tidak mengizinkan diri mereka berbuat
marah karena adanya sindiran tajam ataupun tuduhan tidak
74
Tarigan, Berbicara Sebagai suatu Keterampilan Berbahasa, hlm. 116-117
langsung dari para lawan mereka. Daya tahan ampuh yang bersifat lelucon dan humor memang diperlukan, tetapi
serangan-serangan yang bertubi-tubi terhadap pribadi para lawan tidak dibenarkan sama sekali. Sikap tenang dan
santai serta sopan santun terhadap para lawan dan para pendengar akan menimbulkan kesan yang paling baik. Pada
setiap peristiwa pembicara harus mengingat bahwa tujuan utamanya adalah komunikasi langsung dan persuasif
dengan para pendengarnya.
75
Berdasarkan penjelasan di atas tersebut, partisipan debat atau peserta debat dalam menyampaikan argumentasi harus dengan sikap yang
tenang, santai dan sopan. Walaupun ingin melakukan sindiran tidak perlu dengan marah atau dengan nada tinggi emosi tetapi tetap bisa dilakukan
dengan sikap yang tenang dan santai. Hanya saja penggunaan nada yang perlu diperhatikan saat melakukan sindiran. Untuk terlihat lebih sopan
maka dalam melakukan sindiran bisa disampaikan secara tidak langsung atau implisit. Hal tersebut tentu berkaitan dengan kemampuan retorika
seseorang. Begitupun sebaliknya ketika pihak lawan melakukan sindiran maka tidak perlu direspon dengan marah tetapi tetap tenang dan santai.
Sikap dalam menyampaikan argumentasi atau berdebat tentu menjadi salah satu penilaian dari hakim juri dan pendengar dalam
perdebatan tersebut. Dalam perdebatan ada yang menghasilkan keputusan argumentasi yang diterima dan ada yang tidak menghasilkan keputusan.
Adapun penjelasan Henry Guntur Tarigan berkaitan dengan hal tersebut yaitu sebagai berikut:
Dalam suatu badan legislatif, keputusan terhadap suatu perdebatan diadakan dengan cara pemungutan suara
voting atau mosi, resolusi, atau rancangan undang- undang. Dalam perdebatan politik, keputusan diadakan
dengan cara pemilihan atau menggagalkan calon. Dalam kantor pengadilan, keputusan merupakan putusan yang
diambil oleh hakim atau juri. Dalam bidang usaha atau bisnis, keputusan merupakan retensi hak tetap memiliki
atau perubahan suatu kebijaksanaan.
76
75
Ibid, hlm. 111
76
Ibid, hlm. 112
Berdasarkan penjelasan di atas, keputusan bisa ditentukan oleh dua pihak. Pihak pertama yaitu orang yang ditunjuk menjadi hakim atau juri.
Pihak kedua yaitu pendengar atau penonton dalam perdebatan tersebut. Dalam perdebatan di perguruan tinggi keputusan bisa dihasilkan oleh
kedua pihak tersebut yaitu hakim juri maupun pendengar penonton dalam perdebatan. Hal yang membedakan yaitu hakim atau juri bisa
memberi keputusan dengan kritik atau tanpa kritik. Jadi, dalam perdebatan di perguruan tinggi setidaknya ada tiga pilihan yang bisa dipilih:1
keputusan oleh para pendengar; 2 keputusan oleh para hakim; 3 keputusan dengan kritik dilakukan oleh hakim atau juri. Hakim atau juri
yang dimaksud yaitu orang yang kompeten di bidangnya atau ahli dalam teknik-teknik perdebatan teori dan praktik perdebatan.
77
Adapun perdebatan yang dilakukan tanpa keputusan yaitu debat yang diikuti oleh suatu diskusi panel. Debat yang dilaksanakan dengan
diskusi panel membuat adanya pertanyaan-pertanyaan sehingga para pendengar dapat mempelajari lebih banyak lagi topik atau tema
perdebatan. Begitupun halnya bagi para peserta debat, yaitu sebagai refleksi tentang materiargumentasi yang dibuatnya, sudah cukup
memuaskan atau belum. Argumen-argumen yang mana saja yang belum jelas dan belum meyakinkan. Tujuan dari diadakannya debat tersebut
hanya berfokus memusatkan perhatian terhadap informasi-informasi kepada para pendengar.
78
Debat yang ada di TV One berbeda dengan debat-debat yang ada, misalkan debat format parlemen Inggris maupun debat Amerika. Acara
Debat TV One “merupakan program genre baru talkshow yang melibatkan
dua narasumber yang berseberangan dalam memandang sebuah masalahisu. Talkshow ini dipandu dua host yang masing-masing berpihak
pada dua narasumber yang berbeda untuk membahas isu-isu aktual dan
77
Ibid, hlm. 112-113
78
Ibid, hlm. 114
masih menjadi kontroversi di masyarakat ”.
79
Saat ini acara debat di TV One dipimpin oleh satu host dan juga bertindak sebagai moderator
jalannya debat. Jika dalam debat format parlemen Inggris maupun debat Amerika ada alur atau urutan pembicara serta ada waktu bagi setiap
pembicara maka dalam acara debat di TV One hal itu tidaklah ditemukan. Pada debat di TV One tidak ada batasan waktu yang diberikan oleh
seorang moderator kepada setiap pembicara dalam tim untuk menyampaikan argumentasinya ketika menjawab pertanyaan. Moderator
pun terkadang memotong pembicaraan dengan memberikan pertanyaan sebagai tanggapanpenegas dari apa yang sudah disampaikan oleh
pembicara. Sanggahan pun seringkali dilakukan ketika tim lawan sedang dalam posisi bicara diberikan hak oleh moderator untuk menyampaikan
argumentasi sehingga membuat moderator harus menghentikan pihak tersebut dan mempersilakan kembali pihak yang sedang diberikan hak
untuk menyampaikan argumentasi melanjutkan argumentasinya. Dalam debat TV One, moderator memang tidak menjelaskan tata
tertib atau aturan dalam debat. Namun apabila perdebatan berlangsung ricuh maka moderator menengahi kericuhan tersebut dan berusaha
membuat suasana kembali kondusif. Dalam penyampaian argumentasi maupun sindiran, ada peserta debat yang menyampaikannya secara emosi
tetapi ada juga peserta debat yang menyampaikannya secara tenang, santai, dan sopan.
Perdebatan dilakukan hingga salah satu tim dapat meruntuhkan argumen lawannya serta lebih meyakinkan dan mempengaruhi penonton
dengan argumen yang dibangunnya terhadap tema atau topik yang diajukan.