Pelanggaran Maksim Kuantitas Pelanggaran Prinsip Kerja Sama dan Implikatur
sebagai tanggapannya. Jika tidak ingin melanggar maksim kuantitas maka Junimart cukup menyatakan hal kesatu dan kedua.
Kemudian Implikatur yang muncul, tim ketika bekerja harus betul-betul objektif dan tidak mempunyai target untuk masuk
ke substansi perkara dan menjalankan tugas seperti yang diberikan oleh presiden. Ini yang harus menjadi perhatian oleh tim.
4 Konteks: Moderator sebelumnya bertanya kepada
Sisno apakah Sisno melihat sepeti kabar yang beredar bahwa ada sekelompok orang yang
memanfaatkan Polri untuk tujuan tertentu. Sisno tidak menjawabnya secara langsung.
Untuk itu kemudian moderator menanyakan kembali
kepada Sisno
apakah Polri
dimanfaatkan oleh sekelompok tertentu dengan suatu tujuan.
Data 11 Moderator:
“Tapi mungkin ga pak pertanyaannya soal tadi, Polri itu dimanfaatkan kelompok… sekelompok tertentu?”
Sisno: “Saya pikir tidak ada manfaat-memanfaatkan. Justru yang
kita waspadai jangan personifikasi memanfaatkan institusi dengan dalih ya, dengan dalih kewenangan
kemudian tugas yang mulia, ya, tapi dia terselubung
.”
Moderator:
“Oke.” Sisno Adiwinoto:
“itu yang mungkin pada saat kita sekarang era eh… Revolusi mental kita bersih-bersih mari kita bersih-
bersih sehingga bukan tadi, kalau tadi, bukan
selamatkan eh… KPK ataupun Polri tapi mari kita bersihkan sehingga institusi Polri institusi KPK tidak
diduduki atau tidak diawaki oleh orang-orang yang mungkin
” Moderator:
“Baik” Sisno Adiwinoto:
“mental atau kredibilitasnya kurang”
Pertanyaan moderator sebenarnya sudah ditanyakan kepada Sisno hanya Sisno tidak menjawabnya secara langsung untuk itu
peneliti memasukkannya ke dalam kategori pelanggaran terhadap maksim relevansi bisa dilihat dalam pembahasan pelanggaran
maksim relevansi. Moderator mungkin tidak menangkap implikatur
dari pernyataan
Sisno sehingga
moderator menanyakannya kembali atau moderator ingin melakukan
penegasan atau memaksa Sisno untuk menjawab secara lugas dan tegas. Dalam hal ini Sisno menjawab secara langsung dari yang
ditanyakan oleh moderator yaitu tidak ada manfaat-memanfaatkan, dengan kata lain yaitu tidak ada kelompok yang memanfaatkan
Polri. Sisno dinyatakan melakukan pelanggaran maksim kuantitas
dikarenakan memberikan informasi yang lebih dari yang dibutuhkan oleh moderator. Apabila Sisno tidak ingin dinyatakan
melanggar maksim kuantitas maka Sisno cukup menjawab bahwa tidak ada kelompok yang memanfaatkan Polri.
Implikatur yang muncul dari pelanggaran maksim kuantitas ini yaitu ada seseorang yang memanfaatkan institusi yang
sebenarnya untuk kepentingan pribadinya sendiri yaitu dalam hal ini Abraham Samad seperti yang sudah dijelaskan dalam
pelanggaran maksim relevansi. Untuk itu ini momentum yang tepat untuk melakukan pembersihan di setiap institusi yaitu KPK
dan Polri. Hal tersebut dilakukan agar kedua institusi tersebut bebas dari orang yang mental atau kredibilitasnya kurang. Ini
sudah disampaikan Sisno pada pernyataan sebelumnya kemudian disampaikan kembali oleh Sisno sehingga menyebabkan dia
melanggar maksim kuantitas.
5 Konteks: Setelah Junimart menjawab tidak ada
intervensi dari PDIP untuk kasus yang terjadi antara
KPK dan
Polri. Moderator
menanyakan apakah ada muatan politisnya calon Kapolri jagoan PDIP yaitu Budi
Gunawan jadi tersangka. Data 12
Moderator:
“Oke sampai disitu tuh ga ada, tidak ada muatan intervensi tapi berpikir atau tidak, ada muatan politisnya ketika yang
dijagokan oleh PDI Perjuangan sebagai calon Kapolri itu dijadikan tersangka?
”
Junimart: “Jadi begini, kita jangan langsung eh.. menjudge bahwa
Pak BG itu eh.. dijagokan oleh PDIP. Kita bisa buktikan sewaktu fit and proper test semua fraksi minus
Demokrat mendukung Pak BG. Bukan hanya PDIP di sana, ada 10 fraksi. Satu tidak ikut,sembilan
mendukung. Ini sembilan adalah partai politik yang semuanya kuat walaupun dalam paripurna satu partai
politik yaitu PAN menarik diri, tinggal delapan. Jadi kalau dikatakan eh., partai PDIP sebagai pendukung
Pak BG saya men.. mengatakan tidak.
” Junimart melakukan pelanggaran maksim kuantitas karena
tidak memberikan informasi seperti yang dibutuhkan oleh moderator. Moderator dengan jelas menanyakan bahwa apakah ada
muatan politis ketika Budi Gunawan calon Kapolri yang dijagokan oleh PDIP dijadikan tersangka. Implikatur yang muncul yaitu
partai PDIP bukanlah satu-satunya partai yang mendukung Budi Gunawan sebagai calon Kapolri. Ketika memasuki proses fit and
proper test di DPR, tidak hanya partai PDIP saja yang mendukung Budi Gunawan tetapi ada delapan fraksi yang turut mendukung.
Sebenarnya suatu hal yang sah untuk Junimart melakukan klarifikasi terhadap yang dinyatakan oleh moderator dalam
rangkaian pertanyaannya bahwa calon Kapolri Budi Gunawan merupakan calon yang dijagokan oleh PDIP hanya saja Junimart
tidak menjawab yang menjadi inti pertanyaan dari moderator. Untuk itu jika tidak ingin melanggar tentunya setelah melakukan
klarifikasi tersebut Junimart melanjutkannya dengan menjawab yang diinginkan oleh moderator.
6 Konteks: Junimart tidak ingin ada pernyataan dari
moderator atau ada opini yang menyatakan bahwa PDIP merupakan satu-satunya partai
yang mendukung Budi Gunawan dan itu
seperti menyudutkan partai PDIP. Data 13
Moderator: “Oh PDIP merasa disudutkan dengan masalah ini?”
Junimart:
“Bukan merasa disudutkan kan kelihatan, kelihatan kan, kelihatan, iya kan?. Saya perlu sampaikan, saya perlu
sampaikan, ya, PDIP adalah partai yang tangguh, semakin disudutkan semakin tangguh dia. Itu partai
PDIP
.” Pada kasus di atas dinyatakan melanggar maksim kuantitas
karena Junimart memberikan pernyataan yang informasinya melebihi dari yang dibutuhkan. Moderator hanya menanyakan atau
menanggapi dari pernyataan Junimart sebelumnya bahwa PDIP disudutkan dengan opini bahwa PDIP merupakan partai pendukung
calon Kapolri Budi Gunawan. Jika tidak ingin melanggar maksim ini maka Junimart cukup menjawab merasa disudutkan atau tidak.
Implikatur yang muncul dari pelanggaran maksim kuantitas ini yaitu PDIP merupakan partai yang tangguh apabila dia
disudutkan maka dia semakin tangguh.
7 Konteks: Sebelumnya Ubedilah memberikan saran
untuk melakukan Yudicial Review terhadap Undang-undang KPK dalam pasal yang
mengatur tentang seleksi di KPK yang tidak perlu harus melalui proses fit proper test
di DPR. Hal itu untuk meminimalkan ruang politis.
Moderator pun
melakukan
pertanyaan sebagai penegasan terhadap hal
tersebut.
Data 15 Moderator:
“Oke. Mas Ubed singkat saja terakhir Mas Ubed gimana apakah tadi memang harus di Yudicial Review soal Undang-
undang yang mengatur eh ... bagaimana seleksi dari KPK?”
Ubedilah:
“Iya saya kira ini kritik eh.. sebagai analis ya bahwa proses pemilihan eh.. anggota KPK itu eh.. melalui sebuah proses
politik. Oleh karena itu sebetulnya ini bisa dievaluasi, diganti. Yang menseleksi anggota, calon anggota KPK bisa
saja tim independen. Mereka adalah kaum profesional yang sangat eh.. teruji melalui sebuah seleksi yang sangat ketat
sehingga tidak ada unsur politis di dalam seleksi anggota KPK itu. Demikian pula sebetulnya Kapolri cukup saja
Presiden langsung.” Moderator:
“Baik” Ubedilah:
“Jadi saya kira itu solusi sederhana ya. Kalau soal yang lain eh misalnya Pak BG
dan eh… Pak BW.” Moderator:
“Biar melalui proses”
Ubedilah: “Biar melalui proses hukum berjalan”
Moderator:
“Iya oke”
Ubedillah: “Ketika kemudian terbukti, ya udah hentikan, begitu”
Pada peristiwa ini Ubedilah melanggar maksim kuantitas karena Ubedilah memberikan informasi melebihi dari yang
dibutuhkan. Itu bisa diketahui dengan jelas berdasarkan indikatornya yaitu “kalau soal yang lain” yang berarti Ubedilah
sudah masuk ke persoalan lain dalam hal ini tentang kasus Budi Gunawan dan Bambang Widjajanto yang itu tidak ditanyakan oleh
Moderator. Apabila tidak ingin melanggar maksim kuantitas, Ubedilah cukup menjabarkan solusi seperti yang ditanyakan oleh
moderator tidak dengan menjawab solusi hal lain yang tidak dibutuhkan atau diperlukan oleh moderator.
Implikatur yang dihasilkan dari pelanggaran maksim kuantitas ini yaitu untuk masalah Budi Gunawan dan Bambang
Widjajanto biarkan proses hukum berjalan, apabila terbukti bersalah maka hentikan melepaskan jabatan yang disandang di
institusinya.