9
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pragmatik
Pragmatik merupakan salah satu cabang dari ilmu linguistik. Kunjana Rahardi menyebutkan bahwa “cabang-cabang ilmu di dalam
entitas linguistik itu secara berturut-turut dapat disebutkan sebagai berikut: 1 fonologi, 2 morfologi, 3 sintaksis, 4 semantik, 5 pragmatik”.
1
Pragmatik merupakan cabang ilmu yang paling muda di antara cabang ilmu yang lainnya sehingga “ilmu pragmatik sering dikatakan sebagai
young science ”.
2
Nuri Nuraidah dalam bukunya menyatakan bahwa “pragmatik telah tumbuh di Eropa pada 1940-an dan berkembang di Amerika sejak
1970- an”.
3
Lebih lanjut Nuri Nuraidah menjelaskan bahwa “seorang tokoh bernama Morris dianggap sebagai peletak dasar lewat pandangannya
tentang semiotik. Ia membagi ilmu tanda itu menjadi tiga cabang: sintaksis, semantik, dan pragmatik”.
4
Morris atau yang lebih lengkapnya Charles Morris “mendasarkan pemikirannya pada gagasan filsuf-filsuf
pendahulunya, seperti Charles Sanders Pierce dan John Locke yang banyak menggeluti ilmu tanda dan ilmu lambang semasa hidupnya. Ilmu
tanda dan ilmu lambang yang mereka pelajari itu dinamakan semiotika semiotics
”.
5
Dengan kata lain, pragmatik lahir dari tangan Charles Morris, ia mengembangkan pemikiran para filsuf-filsuf pendahulunya
dengan membagi ilmu tanda semiotika tersebut yang salah satunya yaitu pragmatik.
1
R. Kunjana Rahardi, Sosiopragmatik, Jakarta : Erlangga, 2009, hlm. 20.
2
R. Kunjana Rahardi, Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia, Jakarta : Erlangga, 2006, hlm. 47.
3
Nuri Nuraidah, Wacana Politik Pemilihan Presiden di Indonesia,Yogyakarta: Smart Writing, 2014, hlm.27.
4
Ibid.
5
Rahardi. loc.cit.
Hal tersebut akhirnya membuat adanya pembagian atau dikotomi dalam dunia linguistik. Meskipun demikian dikotomi tersebut tidak
menyebabkan pertelingkahan. Keduanya justru saling melengkapi. Leech mengungkapkan pendapatnya bahwa “tata bahasa sistem bahasa yang
abstrak-formal dan pragmatik prinsip-prinsip penggunaan bahasa merupakan ranah-
ranah yang saling melengkapi dalam linguistik”.
6
Lebih lanjut Leech menyatakan bahwa “fonologi, sintaksis, dan semantik
merupakan bagian dari tata bahasa atau gramatika, sedangkan pragmatik itu merupakan bagian dari penggunaan tata bahasa language use
”.
7
Pada akhirnya dikenal istilah kompetensi dan performansi.
Tata bahasa merupakan aspek kompetensi sedangkan pragmatik merupakan aspek performansi. Hamid Hasan Lubis menjelaskan bahwa
“kompetensi adalah pengetahuan kita tentang sesuatu bahasa yang ada dalam pikiran kita, sedangkan performansi adalah implikasi dari
pengetahuan kita itu yang berbagai-bagai ragamnya dan berbeda antar pribadi”.
8
Jadi dengan kata lain kompetensi berkaitan dengan pengetahuan ilmu tata bahasa dalam hal ini fonologi, sintaksis, dan kemudian semantik
yang tersimpan dalam memori, sedangkan performansi lebih kepada aspek kemampuan diri dalam mengaplikasikan atau mengimplementasikan
kompetensi yang ada tersebut di dalam wujud praktik berkomunikasi atau di dalam penggunaan bahasa. Verhaar menyebut pragmatik sebagai
ekstralinguistik.
9
Kridalaksana dalam Fatimah Djajasudarma menerangkan tentang etimologi pragmatik yaitu :
Kata Pragmatika sendiri berasal dari bahasa Jerman PRAGMATISCH yang diusulkan oleh seorang filsuf
Jerman Immanuel
Kant. PRAGMATISCH
dari
6
Geoffrey Leech, Prinsip-prinsip Pragmatik terj. M.D.D Oka, Jakarta : UI- Press, 1993 hlm. 6
7
Rahardi. loc. cit.
8
A. Hamid Hasan Lubis, Analisis Wacana Pragmatik, Bandung : Angkasa, 2011, hlm. 21
9
J.W.M. Verhaar, Asas-asas Linguistik Umum, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 1996, hlm. 14