Pelanggaran Maksim Kualitas Pelanggaran Prinsip Kerja Sama dan Implikatur
10 Konteks: Moderator ingin meminta tanggapan dari
Bibit mengenai pernyataan dari Ubedilah mengenai adanya kemungkinan intervensi
dari partai politik. Benarkah ada intervensi dari partai politik yang memanfaatkan
institusi KPK atau Polri dengan tujuan
tertentu. Data 9
Moderator: “Pak Bibit tidak melihat ada tadi yang sempat disampaikan
Bang Ubed, intervensi. Intervensi-intervensi kepentingan dari partai politik.
”
Bibit Samad Rianto:
“Nah” Moderator:
“yang menggunakan misalnya institusi, menggunakan Polri atau menggunakan KPK untuk tujuan tertentu Pak Bibit?
”
Bibit Samad Rianto: “Ya jangan mau diintervensi. Supaya ga diintervensi
pilihlah pemimpin-pemimpin yang punya integritas, punya kompetensi yang sesuai dan konsisten. Ini aja
pemimpinnya yang.. yang.. yang jadi pengalaman saya di Polres di Polda pemimpinnya ngomong A
bawahannya yo A kok. Tak..tak.. tidak usah di.. apa, tidak usah dipaksa-paksa. Dia melihat, kita konsisten
dengan A tadi mereka yang tidak A ya akan malulah.
” `
Moderator:
“Oke”
Bibit Samad Rianto: “artinya dan seterusnya. Itu pemimpinnya.”
Bibit melakukan pelanggaran maksim relevansi karena memberikan jawaban yang tidak relevan dengan yang ditanyakan
oleh moderator. Implikatur yang muncul yaitu seorang pemimpin harus memiliki rasa enggan untuk diintervensi. Untuk itu pilihlah
pemimpin yang berintegritas, memiliki kompetensi yang sesuai dengan bidangnya dan konsisten. Dengan demikian nantinya
semua jajaran di bawahnya akan mengikuti instruksi pemimpin tersebut.
Implikatur yang muncul yaitu Bibit tidak menjawab pertanyaan dari moderator bahwa apakah Bibit melihat ada atau
tidaknya intervensi-intervensi
dari partai
politik yang
“menunggangi” KPK dan Polri untuk tujuan tertentu. Jawaban Bibit malah memberi saran bahwa jangan mudah diintervensi
sebagai seorang pemimpin dan bagaimana layaknya sikap pemimpin itu dan kemudian saran untuk memilih seorang
pemimpin. Bibit seperti langsung mengafirmasi bahwa di tubuh atau instansi KPK maupun Polri ada yang namanya intervensi
sehingga kemudian Bibit memberikan instruksi atau saran bagaimana sebaiknya menjadi seorang pemimpin dan kemudian
cara memilih pemimpin. Moderator dengan jelas tidak menyatakan bahwa di instansi, baik KPK maupun Polri ada intervensi, tetapi
moderator menanyakan atau mengklarifikasi sesuai dengan apa yang diketahui oleh Bibit.
11 Konteks: Moderator bertanya apakah Sisno melihat
seperti kabar yang beredar bahwa ada sekelompok orang yang memanfaatkan
Polri untuk tujuan tertentu. Data 10
Moderator: “Pak Sisno, Anda melihat ada yang mengatakan bahwa ini
Polri ini dimanfaatkan oleh sekelompok… sekelompok orang untuk tujuan tertentu. Pak
”
Sisno Adiwinoto:
“Iya”
Moderator:
“Sisno. Apa Anda melihatnya juga seperti itu sebagai pemerhati?
”
Sisno Adiwinoto: “….Jadi kalau mulai kembali dari kasus,eh…pada saat
pertama,eh…BG dinyatakan sebagai tersangka itu yang mungkin ada latar belakang politik tapi mungkin juga
ambisius pribadi. Saya sebagai Wakil Ketua Umum Ikatan Sarjana dan Profesi Perpolisian Indonesia yang
eh… motto kita itu lebih memuliakan profesi kemudian
eh… mengoreksi yang salah dan membela yang benar. Melihat dari kami kaji di dalam eh… Ikatan Sarjana
dan Profesi Perpolisian itu, tadi kalau tadi juga dipermasalahkan masalah Pak Bibit kembali ke
masalah kasus awalnya BG. Dia juga kasus lama juga.
Kasus lama kemudian eh… terjadinya sudah lama kemudian karena dianggap latar belakang politik
sampailah diperkarakan menjadi tersangka…..” Secara singkat pertanyaan dari moderator yaitu apakah
Sisno Adiwinoto sebagai pemerhati melihat bahwa Polri dimanfaatkan oleh sekelompok orang dalam rangka mencapai
suatu tujuan tertentu. Jawaban yang diberikan oleh Sisno Adiwinoto tampak melanggar maksim relevansi karena jawaban
yang diberikan tidak relevan dengan pertanyaan moderator. Meskipun demikian, implikatur yang dikandung dari pernyataan
Sisno dapat menjawab pertanyaan moderator. Implikaturnya yaitu tidak ada kelompok-kelompok yang memanfaatkan Polri atau
dengan kata lainnya Polri tidak dimanfaatkan oleh suatu kelompok. Implikatur yang terkandung dalam tuturan yang maujud,
yaitu Sisno ingin menjelaskan bahwa justru institusi yang dimanfaatkan itu KPK. Seseorang telah memanfaatkan institusi
KPK untuk kepentingan pribadinya. Orang yang dimaksud Sisno, yaitu Abraham Samad Ketua KPK. Sebelumnya, sempat beredar
di beberapa media cetakelekronik bahwa Abraham Samad sakit hati dengan Budi Gunawan karena Budi Gunawan merupakan
orang yang membuatnya gagal menjadi calon wakil presiden mendampingi Jokowi. Hal tersebut diketahui berdasarkan
pengakuan sekretaris jenderal partai PDIP yaitu Hasto Kristiyanto. Pernyataan Hasto Kristiyanto yang dikutip dari salah satu media,
“yang jelas dari penyadapan itu, Pak Abraham Samad menyatakan kepada saya bahwa akar persoalan beliau tidak ditetapkan sebagai