Sejarah Kawasan Danau Rawa Pening Sarana dan Prasarana

29 pemanfaatan Danau Rawa Pening sebagai objek wisata antara lain untuk duduk santai, memancing, dan berperahu.

4.2. Sejarah Kawasan Danau Rawa Pening

Danau Rawa Pening adalah sebuah danau alam yang terbentuk karena pergeseran lapisan bumi dimana sisi-sisi pegunungan yang mengitari danau muncul ke atas uplift oleh gerakan endogen dan kemudian disusul dengan runtuhnya bagian tengah subsidence oleh gerakan endogen. Keadaan ini diduga terjadi pada zaman Kenozoikum masa tertier. Bagian tengah tersebut kemudian terisi air yang dikenal sebagai Rawa Pening dan bermuara di sebelah utara yang dikenal Sungai Tuntang. Tahun 1912-1916 Pemerintah Belanda meninggikan bendungan alam di sebelah Timur Laut dan kemudian mencoba memanfaatkan untuk pengairan dan pembangkit listrik di Jelog Suwondo 2007. Keberadaan atau sejarah Rawa Pening tidak dapat dilepaskan dari tokoh legenda yang bernama Baru Klinting dan dikaitkan dengan benda purbakala bernama Lumpang Lentong yang berada di tepian danau yaitu di Bukit Cinta. Pihak pengelola pariwisata memiliki 8 orang pekerja dimana 4 pegawai kontraktor yang bertugas untuk membersihan kawasan wisata dan 4 PNS bertugas sebagai petugas loket dan pengawas kawasan wisata. Pengelolaan objek wisata Rawa Pening terutama wisata Bukit Cinta yang terletak di tepi danau dikelola oleh UPTD Rawa Pening, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Pemerintahan Daerah Kabupaten Semarang. 4.3. Pemanfaatan Danau Rawa Pening 4.3.1. Pertanianirigasi Danau Rawa Pening berfungsi sebagai sumber air untuk mengairi sawah seluas 20.067 ha yaitu di daerah Kabupaten Grobogan dan Demak Glapan Barat seluas 10.113 ha dan Glapan Timur seluas 8.671 ha, daerah Tuntang Jelok seluas 374 ha, dan Pelayaran Buyaran seluas 909 ha. Pada saat musim kemarau, air di danau ini pun digunakan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari untuk mandi, cuci, dan minum.

4.3.2. Lahan pertanian pasang surut

Saat musim kemarau masyarakat sekitar Danau Rawa Pening dapat menanami padi di sekeliling danau. Status tanah persawahan dalam radius jangkauan genangan air danau dapat dibedakan sebagai berikut PSDA-DPU 2008: 30 1. Tanah Patok Kuning. Pada elevasi +461,30 sd 462,05 mempunyai luas ±330 ha, hak milik saat ini sudah dibeli oleh pemerintah. 2. Tanah Patok Merah. Pada elevasi +462.05 sd 462,30 mempunyai luas ±110 ha. Hak menanam padi diperbolehkan 1 kali setahun yaitu hanya musim hujan saja. 3. Tanah Patok Hitam. Pada elevasi +462,30 sd 463,30 mempunyai luas ±584 ha. Pada lahan ini dapat ditanami padi sebanyak 2 kali setahun dengan ketentuan waktu penanaman harus dilakukan menurut aturan. Lahan pada elevasi +462,05 sd +463,30 menghidupi sekitar 1.320 petani.

4.3.3. Tenaga listrik

Air yang berasal dari keluaran Danau Rawa Pening antara lain digunakan untuk PSDA-DPU 2008: 1. PLTA Jelok Dibangun tahun 1938 dengan 3 buah mesin turbin pembangkit dan pada tahun 1962 ditambah 1 unit lagi. Kapasitas terpasang sebesar 20.480 Kw dengan kemampuan maksimum sebesar 15.000 Kw 2. PLTA Timo Dibangun tahun 1963 dengan 3 buah mesin turbin. Kapasitas terpasang sebesar 12.000 Kw dan kemampuan maksimumnya sebesar 10.000 Kw. Guna memenuhi PLTA Jelok dan Timo dibutuhkan setiap bulannya sebesar ±10,2 m 3 dt untuk 3 buah turbin sehingga kebutuhan masing-masing turbin 3,4 m 3 dt. Sedangkan pada bulan Agustus, September, dan Oktober debit aliran hanya cukup untuk 1 buah turbin karena sudah masuk dalam musim kemarau. Tenaga listrik yang dihasilkan dari kedua PLTA ini kemudian disalurkan ke daerah Jawa Tengah bagian Timur, D.I Yogyakarta, Solo, dan Kudus. Aliran air dari Danau Rawa Pening sebesar 8,36 m 3 dt dapat menghasilkan 10 megawatt.

4.3.4. Pariwisata

Kawasan Danau Rawa Pening merupakan daerah yang sangat cocok sekali dikembangkan sebagai area ekowisata karena memiliki pemandangan alam yang indah. Di Danau inipun terdapat peninggalan purbakala berupa bukit yang terdapat di 31 sebelah selatan Rawa Pening yaitu di Bukit Cinta. Pemanfaatan sumberdaya Danau Rawa Pening sebagai kawasan wisata mulai dikembangkan dengan dibangunnya Bukit Cinta pada tahun 1967. Bukit Cinta merupakan kawasan yang langsung bersinggunggan dengan danau dan aktifitas wisatawan yang dapat dilakukan antara lain duduk santai sambil melihat pemandangan, memancing, dan berperahu. Danau Rawa Pening juga terdapat taman bermain, rekreasi air, dan peninggalan benda bersejarah. Selain Bukit Cinta terdapat banyak tempat wisata yang berdekatan dengan Bukit Cinta, seperti Wisata Pemandian Muncul, Wisata Pendidikan Langen Tirta Muncul, Rawa Permai, Bandungan, dan Lopait. Sektor pariwisata ini dapat meningkatkan perekonomian masyarakat di sekitar kawasan wisata seperti adanya pengembangan usaha jasa transportasi perahu, pedagang makanan dan souvenir, dan usaha wiraswasta lainnya.

4.3.5. Perikanan danau

Danau Rawa Pening merupakan danau yang memiliki potensi sumberdaya perikanan yang besar dan dapat menghidupi 1.934 jiwa yang bekerja sebagai nelayan di Rawa Pening. Berdasarkan data statistik Dinas Perikanan Kabupaten Semarang 2008 jumlah keramba jaring apung dan jaring insang tetap sebanyak 609 buah. Produksi ikan tertinggi yang pernah dicapai dikawasan ini telah mencapai ±700 tontahun dengan jenis ikan nila, mujair, tawes, dan jenis ikan lainnya seperti wader, betutu, gabus. Perikanan Danau Rawa Pening terdapat 3 kegiatan yakni penangkapan ikan, kegiatan budidaya ikan, dan pemeliharaan atau konservasi. Kegiatan budidaya ikan dapat dilakukan perorangan ataupun kelompok yakni berupa keramba jaring apung KJA dan untuk kegiatan pemeliharaan yaitu dengan melakukan penebaran benih ikan restocking dan pengendalian eceng gondok. Salah satu jenis ikan yang dipelihara di keramba jaring apung KJA adalah ikan nila yang dibudidayakan dengan waktu pemeliharaan 7-12 bulan dengan produksi maksimal yang ingin dicapai 100 kg per petak dengan rata-rata berat ikan 150 per ekor. Usaha keramba jaring apung lebih diminati daripada kegiatan penangkapan, hal tersebut dikarenakan adanya penurunan produksi ikan karena penangkapan ikan yang berlebihan dan banyaknya tumbuhan air. Nelayan yang akan mengembangkan keramba jaring apung memerlukan modal minimal sebesar 20 juta. Karena modalnya terbatas, budidaya yang diupayakan masih minim modal, yakni berkisar Rp. 2 juta per unit, sehingga hasilnya pun belum optimal. Selain itu juga pemahaman nelayan 32 mengenai aspek teknologi masih minim sehingga nelayan pun belum efektif dalam mengelola usahanya, termasuk dalam pemberian pakan yang belum optimal sehingga pengembangbiakan ikan menjadi lambat.

4.3.6. Kerajinan dan industri

Eceng gondok yang menutupi Danau Rawa Pening dimanfaatkan sebagai bahan baku industri kerajinan dengan memanfaatkan batangnya. Eceng gondok rata-rata dapat diambil 1.000 kghari dan bisa mencapai sekitar 1 dari luasan danau yang tertutup eceng gondok dengan harga sebesar 125,00kg basah dan Rp. 2.000,00kg kering. Menurut salah satu responden masyarakat yang bekerja sebagai pengumpul eceng gondok, dia dapat memperoleh uang sampai Rp. 20.000,00hari dari hasil penjualan eceng gondok kering bila pada musim kemarau karena intensitas cahaya matahari tinggi. Penambangan gambut merupakan salah satu potensi industri yang perlu dikembangkan karena dapat mengurangi sedimentasi di dasar danau. Gambut tersebut berasal dari tanah terapung yang disebabkan oleh tekanan gas-gas hasil proses dekomposisi bahan organik, terhadap lapisan tanah organik. Tanah hitam tersebut muncul sedikit demi sedikit ke permukaan air disertai munculnya gelembung gas dan bau pembusukan Notosoedarmo 2003. Penambangan gambut tersebut digunakan untuk kegiatan industri pengolah pupuk yang bahan bakunya berasal dari dekomposisi tumbuhan air dan akibat sedimentasi atau masyarakat sekitar mengatakan gambut. Produktivitas pengolahan pupuk tersebut sebesar 54.000 m 3 tahun yang pengambilannya dilakukan secara tradisional yaitu dengan menggunakan alat bantu berupa perahu dan alat galian. 4.4. Kondisi Sosial Ekonomi Penduduk di Desa Kebondowo 4.4.1. Jumlah penduduk Berdasarkan data Kelurahan Kebondowo pada bulan Maret 2009, jumlah penduduknya adalah 4.083 jiwa yang terdiri dari 1994 laki-laki dan 2.089 perempuan.

4.4.2. Jenis pekerjaan

Persentase terbesar jenis pekerjaan penduduk adalah ibu rumah tangga yaitu sebanyak 973 jiwa 29,75. Pekerjaan masyarakat sebagai buruh tani yaitu mereka yang mengolah lahan pertanian milik orang lain dan menempati persentase terbesar 33 kedua yaitu sebanyak 473 jiwa 14,46, namun adapula yang dapat mengolah lahan pertanian mereka sendiri yaitu sebagai petani sebanyak 202 jiwa 6,18. Pekerjaan penduduk sebagai pedagangwiraswasta yaitu sebanyak 304 jiwa 9,30. Penduduk yang pekerjaannya sebagai wiraswasta adalah mereka yang membuka usaha untuk memanfaatkan Danau Rawa Pening sebagai kawasan wisata. Penduduk Kelurahan Kebondowo juga banyak bekerja sebagai karyawan swasta yaitu sebanyak 375 jiwa 11,46. Pekerjaan penduduk sebagai TNIPolri yaitu sebanyak 219 jiwa 6,69, hal itu terkait daerah sebagian Danau Rawa Pening juga merupakan daerah militer. Pekerjaan penduduk lainnya adalah sebagai pengrajin, penjahit, montir, guru swasta, kontraktor, tukang kayu, dan tukang batu Gambar 3. Gambar 3. Jenis pekerjaan masyarakat Desa Kebondowo bulan Maret tahun 2009

4.4.3. Pendidikan penduduk

Tingkat pendidikan memegang peranan penting untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia di kawasan objek wisata Danau Rawa Pening khususnya di Desa Kebondowo dekat dengan kawasan wisata Bukit Cinta. Tingkat pendidikan penduduk Desa Kebondowo tergolong masih rendah karena adanya masyarakat yang masih buta huruf yaitu sebanyak 81 jiwa 1,98, tidak tamat SD yaitu sebanyak 596 jiwa 14,6 dan hanya tamatan SDsederajat yaitu sebesar 996 jiwa 24,40. Walaupun tingkat pendidikan rendah namun adapula yang dapat menyelesaikan pendidikan sampai tamatan S1 dan S2 Gambar 4. 34 Gambar 4. Tingkat pendidikan masyarakat Desa Kebondowo bulan Maret tahun 2009

4.5. Sarana dan Prasarana

Danau Rawa Pening dikembangkan sebagai daerah wisata karena tempat ini memiliki sarana dan prasarana yang mendukung untuk pengembangan wisata. Prasarana sekitar Danau Rawa Pening yaitu dekat dengan wilayah pemerintah seperti kantor pemerintahan camat dan lurah, kantor pos, Puskesmas, Rumah Sakit Umum Ambarawa, kantor polisi, supermarket dan pasar. Kawasan wisata ini juga dapat dikategorikan masih aman karena kawasan wisata ini dekat dengan daerah militer sehingga terjamin keamanan wisatawan yang ingin datang ke Danau Rawa Pening. Berdasarkan observasi sarana dan prasarana yang tersedia di dalam kawasan wisata Bukit Cinta, Danau Rawa Pening terlihat dalam Tabel 7.

4.6. Transportasi dan Komunikasi