66 sehingga menyebabkan tanah gundul, fungsi lindung di hulu menjadi hunian dan
sawah intensif, intensifikasi usahatani yang kurang memperhatikan kaidah konservasi seperti tegalankebun berada pada kelerengan 15 dan pola tanam di beberapa
daerah yang belum mengacu pada pelestarian lingkungan. Sebagian besar bukit memiliki kelerengan tanah cukup tinggi pada topografi dengan kelerengan 25 akan
mempercepat laju run off dan akan memperbanyak sedimentasi Sutrisno 2003. Banyaknya sungai yang masuk ke Rawa Pening dengan membawa sedimen
merupakan sebab utama besarnya sedimentasi. Bahan sedimen yang masuk ke Danau Rawa Pening diperkirakan mencapai 880 kghari musim penghujan dan 270 kghari
musim kemarau. Ketebalan sedimen di Rawa Pening tahun 1970 telah mencapai 7 m Suwondo 2007. Sedimentasi tergolong tinggi berasal dari Sungai Legi dan Sungai
Parat Tabel 10. Hal tersebut bisa mempercepat sedimentasi di daerah hilir dan menipiskan cadangan air tanah dan daya tampung, serta mengancam keberadaan
Danau Rawa Pening.
Tabel 10. Laju erosi dan sedimentasi sembilan anak sungai Danau Rawa Pening
Sungai Luas ha
Laju Erosi tontahun Potensi Sedimentasi tontahun
Legi 931,50
405,23 215,58
Parat 3.744,00
381,27 164,71
Galeh 6.121,00
303,75 116,03
Torong 2.687,00
115,75 54,16
Panjang 4.893,24
73,37 29,13
Straten 2.822,26
290,49 133,92
Kedungringin 918,00
76,47 41,75
Rengas 1.751,00
29,15 14,49
Muncul 1.211,00
17,84 9,15
Total 778,93
Sumber: Pengelolaan Sumber Daya Air Propinsi Jawa Tengah 2008
b. Pencemaran perairan
Kualitas air Danau Rawa Pening terus menurun disebakan karena masuknya polutan dari pertanian sisa pupuk, pestisida, limbah domestik yang dibawa dari
sungai-sungai yang bermuara ke Danau Rawa Pening, dan sisa pakan ikan dari keramba jaring apung. Kegiatan yang berpotensial terjadinya pencemaran yaitu
pemanfaatan tanah disekeliling Danau Rawa Pening sebagai lahan pertanian pasang surut yang juga mempengaruhi pola operasional dan penyebab tampungan air tidak
optimal. Limbah pertanian merupakan air yang berasal dari aliran permukaan run off maupun sisa air irigasi yang mengalir ke dalam sungai. Pola tanam yang salah
dengan menggunakan pupuk secara berlebihan, akan dapat meningkatkan kendungan
67 organik dalam air larian run off, sehingga menyebabkan terjadinya eutrofikasi
penyuburan di daerah tangkapan di bawahnya, sehingga memicu terjadinya pertumbuhan secara cepat bagi jenis flora dan fauna yang peka terhadap perubahan
tersebut. Seperti halnya yang terjadi di DAS Rawa Pening yang memiliki tingkat erosi lahan disekitar hulu cukup tinggi, maka akan mengangkut berbagai unsur hara yang
menyebabkan pencemaran perairan di Danau Rawa Pening. Contohnya saja kandungan unsur nitrit yang melebihi ambang batas baku mutu kelas II di aliran
sungai Galeh yang merupakan hulu Danau Rawa Pening Lampiran 9, mengindikasikan adanya peningkatan unsur hara dalam air sungai tersebut, yang
berpotensial menyebabkan terjadinya eutrofikasi di Danau Rawa Pening. Kegiatan wisata di sekitar Danau Rawa Pening juga berpotensi menimbulkan
pencemaran karena tempat sampah yang jumlahnya terbatas dapat meningkatkan kemungkinan wisatawan untuk membuang sampah sembarangan sehingga
berpotensial terjadinya pencemaran. Hal tersebut sudah terlihat dari banyaknya sampah-sampah yang ditemukan di tepian danau dan di area wisata seperti bekas
makanan dan botol-botol bekas minuman. Begitupun dengan budidaya ikan di karamba, dengan jumlah KJA sebanyak 609 petak yang masing-masing petak berisi
2000 ekor. Pakan ikan menurut petani keramba diberikan dua kali sehari dengan jumlah pakan yang diberikan 1-5 kg per karamba sekali pemberian pakan. Makanan
ikan tersebut tentu saja tidak semuanya dikonsumsi oleh ikan karena ada sebagian yang langsung tenggelam waktu diberikan ataupun tenggelam karena jumlahnya
terlalu banyak sehingga tidak dikonsumsi. Hal tersebut tentu saja berkontribusi terhadap peningkatan kesuburan perairan, mengingat pellet yang digunakan
mengandung gizi tinggi.
c. Tumbuhan air