24
a. Identifikasi faktor internal dan eksternal
Penilaian faktor internal IFE adalah untuk mengetahui sejauh mana kekuatan dan kelemahan yang dimiliki dengan cara mendaftarkan semua kekuatan dan
kelemahan. Alat untuk menganalisis faktor internal adalah matrik IFE yang meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dan juga memberikan dasar untuk
mengidentifikasi dan mengevaluasi hubungan antara area-area tersebut. Penilaian faktor eksternal EFE adalah untuk mengetahui sejauh mana ancaman dan peluang.
Alat yang digunakan untuk menganalisis faktor eksternal adalah matriks EFE yang merangkum dan mengevaluasi hal-hal yang mempengaruhi dari luar. Hasil dari kedua
identifikasi fakor-faktor tersebut selanjutnya akan diberikan bobot peringkat rating.
b. Penentuan bobot setiap variabel
Penentuan bobot dilakukan dengan mengidentifikasi masing-masing dari faktor strategis internal dan eksternal Tabel 3. Penentuan bobot setiap variabel
menggunakan skala 1,2, 3, dan 4 Kinner 1991 in Agustin 2007 yaitu : 1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal
2 = Jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal 3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal
4 = Jika indikator faktor horizontal sangat penting daripada indikator faktor vertikal Bentuk pembobotan faktor strategis internal dapat dilihat pada Tabel 3. Bentuk
pembobotan faktor strategis eksternal sama dengan pembobotan pada faktor strategis internal.
Tabel 3. Penilaian bobot faktor strategi internal dan eksternal
Faktor Strategis Internal Eksternal A
B C
… Total
Bobot A
x
1
α
1
B x
2
α
2
C x
3
α
3
…
x
4
α
4
Total
n
Σ x
i=1 n
Σ α
i
i=1
Bobot setiap faktor diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan faktor dengan menggunakan rumus Kinner in Agustin
2007:
25 Keterangan :
α
1
= Bobot faktor ke-i x
i
= Nilai faktor ke-i i
= , , ,…,n n
= jumlah faktor
c. Penentuan peringkat
Penentuan Peringkat rating merupakan pengukuran terhadap masing-masing variabel terhadap kondisi objek wisata dengan skala 1-4 terhadap masing-masing
faktor strategi. Skala rating yang digunakan untuk matriks Internal Factor Evaluation IFE yaitu:
a. faktor kekuatan: 1
= kekuatan yang kecil 2
= kekuatan yang sedang 3
= kekuatan yang besar 4
= kekuatan yang sangat besar b. faktor kelemahan:
1 = kelemahan yang sangat berarti 2
= kelemahan yang cukup berarti 3 = kelemahan yang kurang berarti
4 = kelemahan yang tidak berarti Sedangkan pemberian nilai peringkat untuk matriks Eksternal Factor Evaluation
EFE yaitu: a.
faktor peluang: 1 = peluang rendah, respon kurang
2 = peluang sedang, respon rata-rata 3 = peluang tinggi, respon diatas rata-rata
4 = peluang sangat tinggi, respon superior b.
faktor ancaman : 1 = ancaman sangat besar
2 = ancaman besar 3 = ancaman sedang
4 = ancaman sedikit Selanjutnya nilai pembobotan dikalikan dengan peringkat pada tiap faktor dan
semua hasil kali tersebut dijumlahkan secara vertikal untuk memperoleh total nilai pembobotan Tabel 4. Total skor pembobotan berkisar antara 1 sampai dengan 4
dengan rata-rata 2,5. Jika total skor pembobotan IFE dibawah 2,5 maka dapat
26 dinyatakan bahwa kondisi internal lemah, sedangkan jika berada diatas 2,5 maka
dapat dinyatakan bahwa kondisi internal kuat. Demikian juga total pembobotan EFE jika dibawah 2,5 menyatakan bahwa kondisi eksternal lemah dan jika diatas 2,5
menyatakan bahwa kondisi eksternal kuat.
Tabel 4. Matriks internal factor evaluation IFE dan eksternal factor evaluation EFE
Faktor Strategis InternalEksternal Bobot
Rating Nilai
KekuatanPeluang
1. …..
….. …..
2. …..
….. …..
….. …..
….. …..
Sub total
….. …..
…..
KelemahanAncaman
1. …..
….. …..
2. …..
….. …..
….. …..
….. …..
Sub total
….. …..
…..
Total
….. …..
….. Sumber: Rangkuti 2002
d. Penyusunan analisis strategi dengan menggunakan matriks SWOT
Matriks SWOT dibuat berdasarkan matriks IFE dan EFE, bertujuan untuk melihat dan membuat strategi yang tepat untuk diterapkan Tabel 5.
Tabel 5. Matriks analisis SWOT
Faktor Internal Faktor Eksternal
Kekuatan Strenght
Kelemahan Weakness
Peluang Opportunity
Strategi S-O Strategi W-O
Strategi dengan menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan
peluang. Strategi dengan memanfaatkan
peluang untuk mengatasi kelemahan yang ada.
Ancaman Threath
Strategi S-T Strategi W-T
Strategi yang menggunakan kekuatan untuk menghindari
ancaman. Strategi yang meminimalkan
kelemahan dan menghindari ancaman
Sumber: Rangkuti 2002
e. Penentuan posisi strategi yang akan dijalankan
Penentuan prioritas strategi pengelolaan dilakukan dengan memperhatikan faktor-faktor yang saling terkait. Rangking prioritas strategi ditentukan berdasarkan
urutan jumlah skor terbesar sampai terkecil dari semua strategi yang ada. Tabel perangkingan alternatif strategi dapat dilihat pada Tabel 6.
27 Tabel 6. Perangkingan alternatif strategi berdasarkan matriks SWOT
Alternatif strategi Keterkaitan dengan unsur SWOT
Jumlah skor nilai Rangking
SO1 …..
….. …..
SO2 …..
….. …..
SOn …..
….. …..
WO1 …..
….. …..
WO2 …..
….. …..
WOn …..
….. …..
ST1 …..
….. …..
ST2 …..
….. …..
STn …..
….. …..
WT1 …..
….. …..
WT2 …..
….. …..
WTn …..
….. …..
28
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Keadaan Fisik Danau Rawa Pening
Secara georafis Danau Rawa Pening terletak 7 ’-7
’LS dan 11-
110 ’BT dengan ketinggian
m diatas permukaan laut. Secara administratif
Danau Rawa Pening berada di Kabupaten Semarang dan terletak di 4 kecamatan yaitu Kecamatan Bawen, Ambarawa, Banyubiru, dan Tuntang. Luas genangan Danau Rawa
Pening pada ±463,30 dpl merupakan ketinggian maksimum yaitu mencapai 2670 ha dengan volume danau ±65 juta m
3
dan pada ±462,05 dpl merupakan ketinggian minimum dengan luasan genangan sebesar 1.760 ha dengan volume danau ±25 m
3
. Air Danau Rawa Pening berasal dari air hujan, sungai dan mata air. Sub DAS Rawa
Pening memiliki luas area 25.079 ha bersumber dari 9 sungai yaitu Sungai Kedungringin, Sraten, Muncul, Legi, Galeh, Torong, Panjang, Ngaglik, dan Parat, serta 4
mata air yaitu Mata Air Petit, Dadang, Pening, dan Muncul. Keluaran air outflow dari danau ini hanya ada satu sungai yaitu Sungai Tuntang yang kemudian dimanfaatkan
untuk PLTA Jelok dan PLTA Timo. Saat musim hujan Danau Rawa Pening mendapat masukan air inflow sebesar 8.190 m
3
dt dan pada musim kemarau masukan air inflow sebesar 3.848 m
3
dt DPU 2008. Kawasan Danau Rawa Pening terletak di bagian tengah kawasan dataran tinggi
yang memiliki iklim tropis C dengan musim hujan bulan basah terjadi selama 6 bulan Oktober-Maret, musim kemarau bulan kering selama 6 bulan April-September
atau zona Agroklimat C
2
dengan curah hujan tahunan ±2.500 mm, suhu rata-rata 25 –
29 C dan kelembaban udara 70-90. Secara hidrologis Rawa Pening berfungsi
sebagai reservoir penampung run off antara 7,5 m
3
dt-30 m
3
dt dan tingkat evaporasi sampai 5 mmhari-6 mmhari PSDA-PDU 2008.
Sisi-sisi Danau Rawa Pening dibatasi areal persawahan yang tinggal di sekitar danau. Danau ini pun terdiri dari beberapa area wisata yang mengelilinginya dari
wisata budaya, alam, maupun buatan. Salah satu wisata yang berada di Danau Rawa Pening adalah Bukit Cinta yaitu sebuah bukit peninggalan purbakala yang terletak di
tepian danau di sebelah selatan Rawa Pening yang terletak di Desa Kebondowo, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Pemanfaatan Bukit Cinta
yang terdapat di tepian danau dan juga sebagai area wisata tidak dapat dipisahkan dengan keberadaan Danau Rawa Pening karena berpengaruh langsung terhadap