Kajian Sumberdaya Danau Rawa Pening untuk Pengembangan Wisata Bukit Cinta, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

(1)

KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING

UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA,

KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH

INTAN KUSUMA JAYANTI

SKRIPSI

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:

Kajian Sumberdaya Danau Rawa Pening untuk Pengembangan Wisata Bukit Cinta, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah

adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, November 2009

Intan Kusuma Jayanti C24052884


(3)

RINGKASAN

Intan Kusuma Jayanti. C24052884. Kajian Sumberdaya Danau Rawa Pening untuk Pengembangan Wisata Bukit Cinta, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Dibimbing oleh Fredinan Yulianda dan Gatot Yulianto.

Sumberdaya fisik dan biologi Danau Rawa Pening dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar, wisatawan, dan instansi terkait sebagai pengembangan objek wisata. Dalam pengembangan suatu objek wisata tentunya dapat menimbulkan dampak positif dan negatif. Untuk menekan dampak negatif dan meningkatkan dampak positif tersebut tentu saja memerlukan pengelolaan yang tepat agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi wisata, permasalahan pengelolaan, kesesuaian wisata, daya dukung kawasan objek wisata Danau Rawa Pening, dan menentukan alternatif strategi untuk pengembangan objek wisata Danau Rawa Pening secara berkelanjutan. Analisis data yang digunakan adalah analisis sumberdaya, analisis kesesuaian, analisis daya dukung, dan analisis SWOT. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Mei 2009 di Danau Rawa Pening, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Hasil penelitian yang diperoleh antara lain diketahui potensi wisata mencakup pemandangan alam, daya tarik flora dan fauna, potensi budaya, dan potensi sosial ekonomi. Berbagai permasalahan yang dihadapi Danau Rawa Pening sebagai objek wisata yaitu terkait dengan masalah ekologi dan fisik, permasalahan sumberdaya manusia, dan permasalahan dalam pengelolaan oleh instansi terkait yang mempengaruhi kegiatan wisata. Berdasarkan analisis kesesuaian wisata, kegiatan wisata memancing dapat dilakukan di lokasi 1 dan 2. Kegiatan berperahu dapat dikembangkan di lokasi 3 dan 4. Kegiatan duduk santai dapat dikembangkan di lokasi 5, 6, 8, 9, dan 10. Kegiatan outbound dapat dilakukan di lokasi 11 dan kegiatan dapat berkemah di lokasi 12. Lokasi 7 tidak dikembangkan untuk kegiatan duduk santai, berkemah dan outbound, karena berdasarkan perhitungan analisis kesesuaian wisata lokasi 7 termasuk kategori tidak sesuai untuk dikembangkan kegiatan-kegiatan tersebut.

Daya dukung kawasan objek wisata Danau Rawa Pening yaitu sebesar 1.378 orang/hari. Daya tampung kegiatan memancing yaitu 40 orang/hari, kegiatan berperahu 579 orang/hari, kegiatan duduk santai 584 orang/hari. Kegiatan outbound

50 orang/hari dan kegiatan berkemah sebanyak 125 orang/hari. Berdasarkan analisis SWOT diperoleh tiga prioritas utama strategi alternatif pengelolaan kawasan objek wisata Danau Rawa Pening yaitu: mengadakan koordinasi dengan pemerintahan setempat termasuk masyarakat untuk menanggulangi terancamnya Danau Rawa Pening, memanfaatkan potensi Danau Rawa Pening untuk menarik wisatawan, dan membuat paket tour wisatadengan objek wisata lain.


(4)

KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK

PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA,

KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH

INTAN KUSUMA JAYANTI C24052884

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(5)

PENGESAHAN SKRIPSI

Judul : Kajian Sumberdaya Danau Rawa Pening untuk Pengembangan Wisata Bukit Cinta, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah

Nama Mahasiswa : Intan Kusuma Jayanti NIM : C24052884

Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

Menyetujui: Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Fredinan Yulianda, M. Sc Ir. Gatot Yulianto, M. Si NIP 1963073 11988 1 002 NIP 19650706 199203 1 002

Mengetahui,

Ketua Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan

Dr. Ir. Yusli Wardiatno, M. Sc NIP 19660728 199103 1 002


(6)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul Kajian Sumberdaya Danau Rawa Pening untuk

Pengembangan Wisata Bukit Cinta, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan pada bulan Maret-Mei 2009, dan merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Danau Rawa Pening merupakan danau alam terbesar di Pulau Jawa yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan ekowisata. Melalui analisis sumberdaya, analisis kesesuaian wisata, analisis daya dukung kawasan, dan analisis SWOT diharapkan penelitian ini memberikan manfaat yaitu memperoleh informasi alternatif strategi pengelolaan yang berkelanjutan bagi kawasan objek wisata Danau Rawa Pening yang tepat.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan skripsi ini, sehingga penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun.

Bogor, November 2009

Penulis


(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah, atas kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan karunia, rahmat, dan hidayah-Nya serta kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Fredinan Yulianda, M.Sc dan Bapak Ir. Gatot Yulianto, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi I dan II atas bimbingan dan arahan-arahan yang telah diberikan selama berlangsungnya penelitian dan penulisan skripsi ini.

2. Prof. Dr. Ir. Mennofatria Boer, DEA sebagai dosen pembimbing akademik atas segala bimbingannya selama masa studi di Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

3. Dr. Ir. Achmad Fachrudin, MS selaku dosen penguji tamu dan Ir. Zairion, M.Sc selaku dosen penguji dari progam studi yang telah memberikan masukan dan saran yang sangat berarti untuk penulis.

4. Ayahanda R. Supono Hadi Prayitno dan Ibunda Sri Pujaswati (almarhumah), serta adikku Candra Kusuma Setiyawan atas doa, dukungan, dan kasih sayang kepada penulis.

5. Bapak Sukirno (Kepala UPTD Rawa Pening) dan Bapak Pandiman atas segala bimbingan, kerjasama, dan bantuannya selama di lapangan.

6. Keluarga di Salatiga yang telah berkenan membantu dengan tulus saat pengambilan data di lapangan dan perhatiannya sampai saat ini.

7. Mbak Widar dan staf Tata Usaha MSP lainnya atas bantuan, perhatian dan doa selama penulisan skripsi.

8. Diana, Steven )TK’ , Muning, Kak Andi T(P’ , Moro, Lily, Irma, Avie, Ebit, Erys, Lenggo, Wati, Desi, dan seluruh rekan-rekan MSP 42 yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas persaudaraan, bantuannya, dan motivasi selama penyusunan skripsi ini.

9. Teman-teman di Wisma SAS atas motivasi dan persaudaraannya yang telah diberikan selama ini.


(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Semarang pada tanggal 3 September 1986 sebagai anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan R.Supono Hadi Prayitno dan Sri Pujaswati (almarhumah). Pendidikan formal yang ditempuh penulis yaitu TK Pertiwi Kabupaten Semarang (1991), SD Negeri Kramat Pela 08 Petang Jakarta (1993), SLTP Negeri 19 Republica de Columbia Jakarta (1999), SMA Negeri 74 Jakarta (2002). Pada tahun 2005 penulis melanjutkan studinya di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Setelah mengikuti Tahap Persiapan Bersama (TPB), kemudian terdaftar sebagai mahasiswa Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah aktif sebagai asisten luar biasa Ekologi Perairan periode 2006-2007. Penulis juga aktif menjadi staf Himpunan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan divisi Sosial dan Lingkungan periode 2007-2008 dan Bendahara Divisi Sosial Lingkungan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan periode 2007-2008. Selain itu, penulis juga aktif mengikuti beberapa kepanitian dalam acara di lingkungan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Pengalaman magang pernah dilakukan di Taman Akuarium Air Tawar, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta.

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, penulis menyusun skripsi yang berjudul Kajian

Sumberdaya Danau Rawa Pening untuk Pengembangan Wisata Bukit Cinta, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah .


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 2

1.3. Kerangka Pendekatan Studi ... 3

1.4. Tujuan ... 3

1.5. Manfaat ... 4

2. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Ekosistem Perairan Danau ... 5

2.2. Pariwisata ... 8

2.3. Ekowisata ... 10

2.4. Wisatawan ... 12

2.5. Pengelolaan dan Pengembangan Danau sebagai Kawasan Wisata yang Berkelanjutan ... 13

3. METODE PENELITIAN ... 16

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 16

3.2. Alat dan Bahan ... 16

3.3. Jenis dan Pengumpulan Data ... 17

3.3.1. Data primer ... 17

3.3.2. Data sekunder ... 20

3.4. Analisis Data ... 21

3.4.1. Analisis sumberdaya ... 21

3.4.2. Analisis kesesuaian wisata ... 21

3.4.3. Analisis daya dukung ... 22

3.4.4. Analisis SWOT ... 23

4. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

4.1. Keadaan Fisik Danau Rawa Pening ... 28

4.2. Sejarah Kawasan Danau Rawa Pening ... 29

4.3. Pemanfaatan Danau Rawa Pening ... 29

4.3.1. Pertanian/irigasi ... 29

4.3.2. Lahan pertanian pasang surut ... 29

4.3.3. Tenaga listrik ... 30

4.3.4. Pariwisata ... 30

4.3.5. Perikanan danau ... 31

4.3.6. Kerajinan dan industri ... 32

4.4. Kondisi Sosial Ekonomi Penduduk di Desa Kebondowo ... 32

4.4.1. Jumlah penduduk ... 32

4.4.2. Jenis pekerjaan ... 32

4.4.3. Pendidikan penduduk ... 33

4.5. Sarana dan Prasarana ... 34


(10)

4.6. Transportasi dan Komunikasi ... 34

4.7. Kunjungan Wisatawan ... 35

4.8. Instansi-instansi terkait ... 36

4.9. Analisis Sumberdaya Alam ... 37

4.9.1. Kualitas air... 37

4.9.2. Flora dan fauna di sekitar Danau Rawa Pening ... 45

4.10. Potensi Sumberdaya Objek Wisata Danau Rawa Pening ... 46

4.10.1. Pemandangan alam ... 46

4.10.2. Daya tarik flora dan fauna ... 46

4.10.3. Potensi Budaya ... 46

4.10.4. Potensi Sosial Ekonomi ... 47

4.11. Karakteristik Sosial Ekonomi ... 47

4.11.1. Karakteristik responden masyarakat sekitar ... 47

4.11.2. Karakteristik Wisatawan ... 54

4.12. Identifikasi Isu Permasalahan Danau Rawa Pening untuk Pengembangan Wisata Bukit Cinta ... 65

4.12.1. Masalah ekologi dan fisik ... 65

4.12.2. Permasalahan sumberdaya manusia ... 68

4.12.3. Permasalahan pengelolaan... 68

4.13. Peluang Objek Wisata Danau Rawa Pening untuk Pengembangan Wisata Bukit Cinta ... 69

4.14. Dampak Pengelolaan di Kawasan Objek Wisata Danau Rawa Pening ... 70

4.15. Indeks Kesesuaian Wisata ... 71

4.16. Daya Dukung Kawasan ... 77

4.17. Strategi Pengelolaan Kawasan untuk Wisata ... 80

4.17.1. Penentuan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman objek wisata Danau Rawa Pening ... 80

4.17.2. Analisis dan penilaian faktor internal dan eksternal ... 86

4.17.3. Pembuatan matriks SWOT... 87

4.17.4. Pembuatan tabel rangking alternatif strategi ... 87

5. KESIMPULAN DAN SARAN ... 94

5.1. Kesimpulan... 94

5.2. Saran ... 95

DAFTAR PUSTAKA ... 96

LAMPIRAN ... 100


(11)

KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING

UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA,

KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH

INTAN KUSUMA JAYANTI

SKRIPSI

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(12)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:

Kajian Sumberdaya Danau Rawa Pening untuk Pengembangan Wisata Bukit Cinta, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah

adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, November 2009

Intan Kusuma Jayanti C24052884


(13)

RINGKASAN

Intan Kusuma Jayanti. C24052884. Kajian Sumberdaya Danau Rawa Pening untuk Pengembangan Wisata Bukit Cinta, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Dibimbing oleh Fredinan Yulianda dan Gatot Yulianto.

Sumberdaya fisik dan biologi Danau Rawa Pening dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar, wisatawan, dan instansi terkait sebagai pengembangan objek wisata. Dalam pengembangan suatu objek wisata tentunya dapat menimbulkan dampak positif dan negatif. Untuk menekan dampak negatif dan meningkatkan dampak positif tersebut tentu saja memerlukan pengelolaan yang tepat agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi wisata, permasalahan pengelolaan, kesesuaian wisata, daya dukung kawasan objek wisata Danau Rawa Pening, dan menentukan alternatif strategi untuk pengembangan objek wisata Danau Rawa Pening secara berkelanjutan. Analisis data yang digunakan adalah analisis sumberdaya, analisis kesesuaian, analisis daya dukung, dan analisis SWOT. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Mei 2009 di Danau Rawa Pening, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Hasil penelitian yang diperoleh antara lain diketahui potensi wisata mencakup pemandangan alam, daya tarik flora dan fauna, potensi budaya, dan potensi sosial ekonomi. Berbagai permasalahan yang dihadapi Danau Rawa Pening sebagai objek wisata yaitu terkait dengan masalah ekologi dan fisik, permasalahan sumberdaya manusia, dan permasalahan dalam pengelolaan oleh instansi terkait yang mempengaruhi kegiatan wisata. Berdasarkan analisis kesesuaian wisata, kegiatan wisata memancing dapat dilakukan di lokasi 1 dan 2. Kegiatan berperahu dapat dikembangkan di lokasi 3 dan 4. Kegiatan duduk santai dapat dikembangkan di lokasi 5, 6, 8, 9, dan 10. Kegiatan outbound dapat dilakukan di lokasi 11 dan kegiatan dapat berkemah di lokasi 12. Lokasi 7 tidak dikembangkan untuk kegiatan duduk santai, berkemah dan outbound, karena berdasarkan perhitungan analisis kesesuaian wisata lokasi 7 termasuk kategori tidak sesuai untuk dikembangkan kegiatan-kegiatan tersebut.

Daya dukung kawasan objek wisata Danau Rawa Pening yaitu sebesar 1.378 orang/hari. Daya tampung kegiatan memancing yaitu 40 orang/hari, kegiatan berperahu 579 orang/hari, kegiatan duduk santai 584 orang/hari. Kegiatan outbound

50 orang/hari dan kegiatan berkemah sebanyak 125 orang/hari. Berdasarkan analisis SWOT diperoleh tiga prioritas utama strategi alternatif pengelolaan kawasan objek wisata Danau Rawa Pening yaitu: mengadakan koordinasi dengan pemerintahan setempat termasuk masyarakat untuk menanggulangi terancamnya Danau Rawa Pening, memanfaatkan potensi Danau Rawa Pening untuk menarik wisatawan, dan membuat paket tour wisatadengan objek wisata lain.


(14)

KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK

PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA,

KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH

INTAN KUSUMA JAYANTI C24052884

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(15)

PENGESAHAN SKRIPSI

Judul : Kajian Sumberdaya Danau Rawa Pening untuk Pengembangan Wisata Bukit Cinta, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah

Nama Mahasiswa : Intan Kusuma Jayanti NIM : C24052884

Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

Menyetujui: Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Fredinan Yulianda, M. Sc Ir. Gatot Yulianto, M. Si NIP 1963073 11988 1 002 NIP 19650706 199203 1 002

Mengetahui,

Ketua Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan

Dr. Ir. Yusli Wardiatno, M. Sc NIP 19660728 199103 1 002


(16)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul Kajian Sumberdaya Danau Rawa Pening untuk

Pengembangan Wisata Bukit Cinta, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan pada bulan Maret-Mei 2009, dan merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Danau Rawa Pening merupakan danau alam terbesar di Pulau Jawa yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan ekowisata. Melalui analisis sumberdaya, analisis kesesuaian wisata, analisis daya dukung kawasan, dan analisis SWOT diharapkan penelitian ini memberikan manfaat yaitu memperoleh informasi alternatif strategi pengelolaan yang berkelanjutan bagi kawasan objek wisata Danau Rawa Pening yang tepat.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan skripsi ini, sehingga penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun.

Bogor, November 2009

Penulis


(17)

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah, atas kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan karunia, rahmat, dan hidayah-Nya serta kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Fredinan Yulianda, M.Sc dan Bapak Ir. Gatot Yulianto, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi I dan II atas bimbingan dan arahan-arahan yang telah diberikan selama berlangsungnya penelitian dan penulisan skripsi ini.

2. Prof. Dr. Ir. Mennofatria Boer, DEA sebagai dosen pembimbing akademik atas segala bimbingannya selama masa studi di Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

3. Dr. Ir. Achmad Fachrudin, MS selaku dosen penguji tamu dan Ir. Zairion, M.Sc selaku dosen penguji dari progam studi yang telah memberikan masukan dan saran yang sangat berarti untuk penulis.

4. Ayahanda R. Supono Hadi Prayitno dan Ibunda Sri Pujaswati (almarhumah), serta adikku Candra Kusuma Setiyawan atas doa, dukungan, dan kasih sayang kepada penulis.

5. Bapak Sukirno (Kepala UPTD Rawa Pening) dan Bapak Pandiman atas segala bimbingan, kerjasama, dan bantuannya selama di lapangan.

6. Keluarga di Salatiga yang telah berkenan membantu dengan tulus saat pengambilan data di lapangan dan perhatiannya sampai saat ini.

7. Mbak Widar dan staf Tata Usaha MSP lainnya atas bantuan, perhatian dan doa selama penulisan skripsi.

8. Diana, Steven )TK’ , Muning, Kak Andi T(P’ , Moro, Lily, Irma, Avie, Ebit, Erys, Lenggo, Wati, Desi, dan seluruh rekan-rekan MSP 42 yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas persaudaraan, bantuannya, dan motivasi selama penyusunan skripsi ini.

9. Teman-teman di Wisma SAS atas motivasi dan persaudaraannya yang telah diberikan selama ini.


(18)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Semarang pada tanggal 3 September 1986 sebagai anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan R.Supono Hadi Prayitno dan Sri Pujaswati (almarhumah). Pendidikan formal yang ditempuh penulis yaitu TK Pertiwi Kabupaten Semarang (1991), SD Negeri Kramat Pela 08 Petang Jakarta (1993), SLTP Negeri 19 Republica de Columbia Jakarta (1999), SMA Negeri 74 Jakarta (2002). Pada tahun 2005 penulis melanjutkan studinya di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Setelah mengikuti Tahap Persiapan Bersama (TPB), kemudian terdaftar sebagai mahasiswa Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah aktif sebagai asisten luar biasa Ekologi Perairan periode 2006-2007. Penulis juga aktif menjadi staf Himpunan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan divisi Sosial dan Lingkungan periode 2007-2008 dan Bendahara Divisi Sosial Lingkungan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan periode 2007-2008. Selain itu, penulis juga aktif mengikuti beberapa kepanitian dalam acara di lingkungan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Pengalaman magang pernah dilakukan di Taman Akuarium Air Tawar, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta.

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, penulis menyusun skripsi yang berjudul Kajian

Sumberdaya Danau Rawa Pening untuk Pengembangan Wisata Bukit Cinta, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah .


(19)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 2

1.3. Kerangka Pendekatan Studi ... 3

1.4. Tujuan ... 3

1.5. Manfaat ... 4

2. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Ekosistem Perairan Danau ... 5

2.2. Pariwisata ... 8

2.3. Ekowisata ... 10

2.4. Wisatawan ... 12

2.5. Pengelolaan dan Pengembangan Danau sebagai Kawasan Wisata yang Berkelanjutan ... 13

3. METODE PENELITIAN ... 16

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 16

3.2. Alat dan Bahan ... 16

3.3. Jenis dan Pengumpulan Data ... 17

3.3.1. Data primer ... 17

3.3.2. Data sekunder ... 20

3.4. Analisis Data ... 21

3.4.1. Analisis sumberdaya ... 21

3.4.2. Analisis kesesuaian wisata ... 21

3.4.3. Analisis daya dukung ... 22

3.4.4. Analisis SWOT ... 23

4. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

4.1. Keadaan Fisik Danau Rawa Pening ... 28

4.2. Sejarah Kawasan Danau Rawa Pening ... 29

4.3. Pemanfaatan Danau Rawa Pening ... 29

4.3.1. Pertanian/irigasi ... 29

4.3.2. Lahan pertanian pasang surut ... 29

4.3.3. Tenaga listrik ... 30

4.3.4. Pariwisata ... 30

4.3.5. Perikanan danau ... 31

4.3.6. Kerajinan dan industri ... 32

4.4. Kondisi Sosial Ekonomi Penduduk di Desa Kebondowo ... 32

4.4.1. Jumlah penduduk ... 32

4.4.2. Jenis pekerjaan ... 32

4.4.3. Pendidikan penduduk ... 33

4.5. Sarana dan Prasarana ... 34


(20)

4.6. Transportasi dan Komunikasi ... 34

4.7. Kunjungan Wisatawan ... 35

4.8. Instansi-instansi terkait ... 36

4.9. Analisis Sumberdaya Alam ... 37

4.9.1. Kualitas air... 37

4.9.2. Flora dan fauna di sekitar Danau Rawa Pening ... 45

4.10. Potensi Sumberdaya Objek Wisata Danau Rawa Pening ... 46

4.10.1. Pemandangan alam ... 46

4.10.2. Daya tarik flora dan fauna ... 46

4.10.3. Potensi Budaya ... 46

4.10.4. Potensi Sosial Ekonomi ... 47

4.11. Karakteristik Sosial Ekonomi ... 47

4.11.1. Karakteristik responden masyarakat sekitar ... 47

4.11.2. Karakteristik Wisatawan ... 54

4.12. Identifikasi Isu Permasalahan Danau Rawa Pening untuk Pengembangan Wisata Bukit Cinta ... 65

4.12.1. Masalah ekologi dan fisik ... 65

4.12.2. Permasalahan sumberdaya manusia ... 68

4.12.3. Permasalahan pengelolaan... 68

4.13. Peluang Objek Wisata Danau Rawa Pening untuk Pengembangan Wisata Bukit Cinta ... 69

4.14. Dampak Pengelolaan di Kawasan Objek Wisata Danau Rawa Pening ... 70

4.15. Indeks Kesesuaian Wisata ... 71

4.16. Daya Dukung Kawasan ... 77

4.17. Strategi Pengelolaan Kawasan untuk Wisata ... 80

4.17.1. Penentuan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman objek wisata Danau Rawa Pening ... 80

4.17.2. Analisis dan penilaian faktor internal dan eksternal ... 86

4.17.3. Pembuatan matriks SWOT... 87

4.17.4. Pembuatan tabel rangking alternatif strategi ... 87

5. KESIMPULAN DAN SARAN ... 94

5.1. Kesimpulan... 94

5.2. Saran ... 95

DAFTAR PUSTAKA ... 96

LAMPIRAN ... 100


(21)

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Parameter, metode, dan alat yang digunakan untuk analisis kualitas

air………..

17

2. Komponen, jenis, sumber, dan cara pengambilan data ... 19

3. Penilaian bobot faktor strategi internal dan eksternal ... 24

4. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan Eksternal Factor Evaluation (EFE) ... 26

5. Matriks analisis SWOT ... 26

6. Perangkingan alternatif strategi berdasarkan matriks SWOT ... 27

7. Sarana dan prasarana yang ada di kawasan objek wisata Danau Rawa Pening ... 35

8. Kualitas air di Danau Rawa Pening ... 37

9. Jenis tumbuhan air di Danau Rawa Pening ... 42

10. Laju erosi dan sedimentasi Sembilan anak sungai Danau Rawa Pening ... 66

11. Tempat wisata yang berdekatan dengan objek wisata Danau Rawa Pening, khususnya wisata Bukit Cinta ... 71

12. Indeks kesesuaian wisata (IKW) di Danau Rawa Pening ... 76

13. Daya dukung kawasan objek wisata Danau Rawa Pening ... 81

14. Tingkat kepentingan faktor internal kawasan objek wisata Danau Rawa Pening ... 87

15. Tingkat kepentingan faktor eksternal kawasan objek wisata Danau Rawa Pening ... 88

16. Matriks SWOT strategi pengelolaan kawasan objek wisata Danau Rawa Pening ... 90

17. Perangkingan alternatif strategi ... 91


(22)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Kerangka pendekatan studi ... 4 2. Lokasi sampling kualitas air dan pengamatan tumbuhan air ... 18 3. Jenis pekerjaan masyarakat Desa Kebondowo bulan Maret tahun

2008 ... 33 4. Tingkat pendidikan masyarakat Desa Kebondowo bulan Maret tahun

2008 ... 34 5. Jumlah wisatawan yang berkunjung ke Danau Rawa Pening

pada bulan Maret s/d Desember 2008 ... 35 6. Komposisi responden masyarakat sekitar kawasan objek wisata

Danau Rawa Pening ... 48 7. Kelompok umur responden masyarakat di sekitar kawasan objek

wisata Danau Rawa Pening ... 48 8. Tingkat pendidikan masyarakat di sekitar kawasan objek wisata

Danau Rawa Pening ... 48 9. Jenis pekerjaan responden masyarakat di sekitar kawasan objek

wisata Danau Rawa Pening ... 49 10. Tingkat pendapatan per bulan responden masyarakat di sekitar

objek wisata Danau Rawa Pening ... 49 11. Manfaat yang dirasakan responden masyarakat sekitar adanya

kawasan wisata Danau Rawa Pening ... 50 12. Pengaruh/dampak yang dirasakan responden masyarakat sekitar

kawasan objek wisata Danau Rawa Pening ... 51 13. Aktivitas responden masyarakat sekitar Danau Rawa Pening ... 51 14. Keterlibatan responden masyarakat sekitar dalam menjaga kebersihan

Danau Rawa Pening ... 52 15. Persepsi responden masyarakat sekitar terhadap keberadaan dan

pengelolaan kawasan objek wisata Danau Rawa Pening ... 52 16. Persepsi responden masyarakat tentang ekowisata dan keadaan sumber

daya alam Danau Rawa Pening ... 53 17. Komposisi responden wisatawan Danau Rawa Pening ... 54 18. Kelompok umur responden wisatawan Danau Rawa Pening ... 54 19. Tingkat pendidikan responden pengunjung Danau Rawa Pening ... 55 20. Pekerjaan responden wisatawan Danau Rawa Pening ... 55 21. Tingkat pendapatan responden wisatawan per bulan wisatawan Danau

Rawa Pening ... 56 22. Informasi responden wisatawan mengenai keberadaan Danau Rawa


(23)

Pening ... 56 23. Tujuan responden wisatawan datang ke objek wisata Danau Rawa

Pening ... 57 24. Alasan responden wisatawan datang ke objek wisata Danau Rawa

Pening ... 57 25. Tingkat kepuasan responden wisatawan terhadap objek wisata

Danau Rawa Pening

...

58

26. Hambatan responden wisatawan untuk datang ke kawasan objek

wisata Danau Rawa Pening ... 58 27. Pendapat responden wisatawan mengenai harga tiket masuk ... 59 28. Pendapat responden wisatawan terhadap fasilitas kawasan wisata ... 59 29. Persepsi responden wisatawan terhadap kondisi fasilitas, dan

lingkungan kawasan Danau Rawa Pening ... 60 30. Persepsi responden wisatawan mengenai ekowisata ... 62 31. Persepsi responden wisatawan terhadap kelestarian Danau Rawa

Pening ... 63 32. Aktivitas responden wisatawan ... 64 33. Aktivitas wisata yang perlu dibenahi ... 65 34. Peta kesesuaian wisata di Danau Rawa Pening ... 76 35. Peta daya dukung kawasan di Danau Rawa Pening ... 79


(24)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Lokasi penelitian Danau Rawa Pening ... 101 2. Kuisioner untuk wisatawan ... 102 3. Kuisioner untuk masyarakat sekitar ... 107 4. Panduan wawancara dengan pihak pengelola kawasan objek wisata

5. Danau Rawa Pening ... 110 6. Panduan wawancara dengan instansi terkait ... 111 7. Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan

Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air ... 112 8. Peta pengamatan kesesuaian wisata di Danau Rawa Pening ... 114 9. Matriks kesesuaian lahan untuk ekowisata perairan tawar kategori

wisata danau... 115 10. Beberapa kualitas air sungai yang masuk (inflow) Danau Rawa Pening

bulan Agustus tahun 2008 berdasarkan PP No. 82 tahun 2001 ... 117 11. Jumlah wisatawan objek wisata Danau Rawa Pening ... 120 12. Aktivitas masyarakat di sekitar Danau Rawa Pening ... 121 13. Komposisi penduduk Desa Kebondowo berdasarkan jenis

pekerjaan ... 122 14. Komposisi penduduk Desa Kebondowo berdasarkan pendidikan ... 123 15. Fasilitas di objek wisata Danau Rawa Pening ... 124 16. Kelimpahan fitoplankton di Danau Rawa Pening ... 125 17. Beberapa jenis tumbuhan air yang ada di Danau Rawa Pening ... 126 18. Jenis-jenis ikan yang terdapat di Danau Rawa Pening ... 128 19. Karakteristik masyarakat sekitar kawasan objek wisata Danau Rawa

Pening berdasarkan 30 contoh orang ... 129 20. Karakteristik wisatawan kawasan objek wisata Danau Rawa Pening

berdasarkan 30 contoh orang ... 133 21. Foto lokasi penelitian kesesuaian wisata di objek wisata Danau Rawa

Pening ... 139 22. Perhitungan indeks kesesuaian wisata di objek wisata Danau Rawa

Pening ... 141 23. Kategori kesesuaian wisata masing-masing lokasi di Danau Rawa

Pening ... 146 24. Peta kesesuaian wisata perahu di objek wisata Danau Rawa

Pening ... 147


(25)

25. Peta kesesuaian wisata memancing di objek wisata Danau Rawa

Pening ... 148 26. Peta kesesuaian wisata duduk santai di objek wisata Danau Rawa

Pening ... 149 27. Peta kesesuaian wisata outbound di objek wisata Danau Rawa

Pening ... 150 28. Peta kesesuaian wisata berkemah di objek wisata Danau Rawa

Pening ... 151 29. Prediksi waktu yang dibutuhkan (Wp), potensi ekologis pengunjung (K)

dan luas area kegiatan (Lt) ... 152 30. Penilaian bobot strategis internal dan eksternal kawasan objek wisata

Danau Rawa Pening ... 153 31. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan matriks Eksternal Factor

Evaluation (EFE) kawasan objek wisata Danau Rawa Pening ... 154 32. Aktivitas-aktivitas wisatawan di objek wisata Danau Rawa Pening ... 155 33. Kondisi lingkungan di kawasan objek wisata Danau Rawa Pening ... 156


(26)

1.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Danau adalah wadah genangan air di atas permukaan tanah yang terbentuk secara alami maupun buatan, sumber airnya berasal dari mata air, air hujan, dan atau limpasan air permukaan. Danau sebagai lingkungan perairan yang tidak bergerak memiliki ciri-ciri yaitu memiliki batas-batas yang jelas seperti tepian danau, dasar danau yang berupa kumpulan sedimen, permukaan air serta dinding danau. Danau termasuk perairan yang mempunyai luas kecil sampai sedang yakni dari beberapa puluh hektar sampai puluhan ribu hektar (Suhardja 1993). Manfaat ekosistem danau bagi spesies tumbuhan, satwa, dan manusia antara lain sebagai habitat tumbuhan dan satwa, pengatur fungsi hidrologis, pencegah bencana alam, menjaga sistem dan proses-proses alami, penghasil sumberdaya alam hayati, penghasil energi, sarana transportasi, rekreasi dan olahraga, manfaat sosial dan budaya, dan sebagai sarana penelitian dan pendidikan (Ditjen PKA-Dephut 1999).

Danau Rawa Pening merupakan danau alam terbesar di Pulau Jawa yang terbentuk akibat pergeseran lapisan bumi (Suwondo 2007). Dilihat dari bentang alam Danau Rawa Pening yang dikelilingi 4 pegununungan (Gunung Telomoyo, Merbabu, Kendali Sodo, dan Ungaran) tentu saja membuat iklim di sekitar danau sejuk dan pemandangannya indah. Ekowisata sendiri dapat diartikan sebagai kawasan yang memiliki pemandangan alami yang khas. Kekhasan tersebut selain dalam hal unsur-unsur biotik dan juga abiotik yang ada di dalamnya, seperti flora dan fauna endemik, keadaan iklim, dan bahkan tatanan sosial budaya yang ada di kawasan tersebut (Santoso 2007). Danau Rawa Pening juga memiliki nilai budaya terkait legenda Rawa Pening dan tidak dapat dipisahkan dengan peninggalan purbakala yang berada di sebelah selatan tepi danau yang berada di Bukit Cinta. Aktivitas wisatawan yang dapat dilakukan di objek wisata Danau Rawa Pening antara lain duduk santai sambil menikmati pemandangan dengan udara yang sejuk, memotret, memancing, dan berperahu mengelilingi danau.

Keseimbangan sumberdaya perairan Danau Rawa Pening saat ini terancam kelestariannya karena danau tersebut merupakan tempat bermuaranya 9 sungai. Sungai-sungai tersebut membawa bahan organik yang menimbulkan pencemaran dan sedimentasi di danau tersebut. Selain itu, semakin banyaknya tanaman air di danau mengakibatkan pendangkalan, hal tersebut tentu saja mengancam keberadaan danau


(27)

sebagai objek wisata. Pengembangan kawasan objek wisata Danau Rawa Pening dapat ditingkatkan melalui pembenahan di bidang sarana dan prasarana dan juga peningkatan promosi. Oleh sebab itu, dalam mengembangkan industri pariwisata yang berkelanjutan berarti mengintegrasikan pertimbangan ekonomi, sosial-budaya, dan lingkungan ke dalam proses pengambilan keputusan pengelolaan/manajemen di seluruh komponen pariwisata. Untuk kepentingan pengelolaan maka informasi sumberdaya baik kuantitas maupun kualitas, permasalahan yang sedang terjadi di dalam dan di luar badan air serta bentuk-bentuk pengelolaan yang sedang dilakukan saat ini merupakan data-data yang diperlukan untuk mencari alternatif pengelolaan yang akan dilakukan dalam rangka mempertahankan kelestarian fungsinya.

1.2. Perumusan Masalah

Danau Rawa Pening merupakan danau yang memiliki banyak manfaat dan menjadi sumber penghasilan bagi masyarakat sekitarnya dan pihak-pihak terkait yang memanfaatkan Danau Rawa Pening. Salah satu manfaat yang dirasakan yaitu adanya keberadaan kawasan wisata karena Danau Rawa Pening memiliki daya tarik untuk tujuan wisata. Namun, kegiatan wisata di Danau Rawa Pening belum berkembang luas. Hal tersebut dapat dilihat dari sedikitnya wisatawan yang datang pada hari-hari biasa. Permasalahan dalam pengembangan wisata yang saat ini terlihat yaitu sederhananya fasilitas yang disediakan pihak pengelola. Selain itu, belum optimalnya pemanfaatan sumberdaya Danau Rawa Pening untuk beberapa kegiatan wisata sehingga diperlukan analisis kesesusaian wisata. Danau Rawa Pening dalam jangka panjang terancam keberadaanya sebagai objek wisata karena sebagian permukaan danau ini tertutupi tumbuhan air dan danau ini menjadi tempat bermuaranya 9 sungai yang membawa bahan sedimen yang menyebabkan danau ini mengalami sedimentasi dan penurunan kualitas air.

Pemanfaatan Danau Rawa Pening sebagai pengembangan kawasan objek wisata Bukit Cinta tentu saja akan membawa dampak negatif. Dampak negatif yang dapat dilihat akan adanya kegiatan wisata saat ini yaitu banyaknya sampah yang dibuang sembarangan oleh wisatawan di tepian danau dan di sekitar kawasan wisata. Hal tersebut berpengaruh untuk kegiatan ekowisata yang akan dikembangkan dalam pemanfaatan sumberdaya Danau Rawa Pening. Oleh sebab itu, diperlukan suatu pengelolaan wisata berkelanjutan yang diharapkan dapat meningkatkan manfaat positif dan menekan dampak negatif.


(28)

1.3. Kerangka Pendekatan Studi

Kawasan objek wisata Danau Rawa Pening memiliki potensi alam yang sangat menarik, sehingga Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Semarang mulai mengembangkan kawasan ini menjadi objek wisata. Dalam mengembangkan kawasan ini sebagai objek wisata tentu saja langkah awal yang dilakukan pada penelitian ini adalah mengkaji aspek sumberdaya objek wisata Danau Rawa Pening, seperti potensi alam (keadaan umum, flora, fauna) yang dimiliki danau ini. Selain itu juga mengkaji potensi sumberdaya manusia seperti masyarakat sekitar, pengunjung, maupun lembaga instansi yang terkait dalam pengelolaannya Danau Rawa Pening sebagai kawasan objek wisata.

Langkah selanjutnya adalah menganalisis kesesuaian wisata dan daya dukung kawasan Danau Rawa Pening yang mempengaruhi dalam pemanfaatannya sebagai kawasan wisata. Pehitungan kesesuaian dan daya dukung kawasan tersebut disesuaikan dengan sumberdaya alam yang ada untuk mengarahkan agar tercipta suatu analisis pengelolaan sebagai kawasan wisata yang berkelanjutan. Selain itu juga diperlukan analisis faktor internal dan faktor eksternal untuk meningkatkan kekuatan dan peluang, serta mengurangi atau meminimalkan kelemahan dan ancaman dalam mengembangkan Danau Rawa Pening sebagai kawasan wisata yang berkelanjutan. Adapun, alternatif strategi yang dipilih nantinya adalah pengelolaan kawasan wisata Danau Rawa Pening yang berkelanjutan, sehingga potensi alam yang terdapat didalamnya dapat dijaga kelestariannya (Gambar 1).

1.4. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi potensi wisata kawasan objek wisata Danau Rawa Pening 2. Mengidentifikasi permasalahan pengelolaan objek wisata Danau Rawa Pening 3. Menganalisis kesesuaian dan daya dukung kawasan wisata Danau Rawa Pening 4. Menentukan alternatif strategi untuk pengembangan objek wisata Danau Rawa

Pening dalam upaya mendukung pengembangan kawasan wisata Bukit Cinta secara berkelanjutan


(29)

Keterangan :

: Alur Penelitian : Ruang Lingkup Penelitian Gambar 1. Kerangka pendekatan studi

1.5. Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada masyarakat dan pihak pengelola Danau Rawa Pening mengenai pemanfaatan sumberdaya Danau Rawa Pening dan memberikan masukan mengenai perencanaan dan pengelolaan yang berkelanjutan.

Danau Rawa Pening

Potensi Sumberdaya Alam

Isu dan Permasalahan Indeks Kesesuaian Wisata

Daya Dukung Kawasan

Pengelolaan Kawasan Wisata Danau Rawa Pening

Faktor Internal Faktor Eksternal

Analisis SWOT

Strategi Pengelolaan Kawasan Wisata Danau Rawa Pening

Implementasi


(30)

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ekosistem Perairan Danau

Ekologi merupakan ilmu yang mempelajari hubungan timbal-balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Sistem ekologi sering dinamakan ekosistem merupakan suatu kawasan alam yang di dalamnya tercakup unsur-unsur hayati (organisme) dan unsur-unsur non-hayati (zat-zat tak hidup) serta antara unsur-unsur tersebut terjadi hubungan timbal balik (Resosoedarmo et al. 1984). Menurut Odum (1993) ekosistem merupakan satuan yang mencakup semua organisme (yakni komunitas) di dalam suatu daerah yang saling mempengaruhi dengan lingkungan fisiknya sehingga arus energi mengarah ke struktur makanan, keanekaragaman biotik, dan daur-daur bahan yang jelas (yakni, pertukaran bahan-bahan antara bagian-bagian yang hidup dan yang tidak hidup). Pengertian lain tentang ekosistem menurut UU No. 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan.

Lingkungan perairan tawar secara garis besar terbagi menjadi dua yaitu lactic

atau lingkungan perairan tawar yang tidak bergerak dan lotic yaitu lingkungan air tawar yang bergerak. Danau adalah contoh bentuk lingkungan perairan tawar yang tidak bergerak dan terbentuk secara alami. Danau sebagai lingkungan perairan yang tidak bergerak memiliki ciri-ciri yaitu memiliki batas-batas yang jelas seperti tepian danau, dasar danau yang berupa kumpulan sedimen, permukaan air serta dinding danau. Cahaya matahari dapat menembus hingga ke dasar perairan (biasanya pada danau yang kecil), sehingga proses fotosintesis dapat berjalan dengan baik (Santoso 2008).

Badan danau terbentuk melalui beberapa sebab (Welch 1952 in Kusnandar 2004), diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Aktivitas glacial, daerah yang dilingkupi oleh gletser biasanya terdapat danau. 2. Longsoran tanah ke lembah.

3. Larutan dari lapisan batuan yang perlahan mengikis permukaan. 4. Pergerakan lapisan bumi.

5. Kawah-kawah dari gunung berapi yang sudah tidak aktif.


(31)

Perairan danau biasanya memiliki stratifikasi vertikal kualitas air yang tergantung pada kedalaman. Lapisan-lapisan yang terbentuk pada stratifikasi vertikal pada kolom air berdasarkan cahaya (eufotik, kompensasi, dan profundal/afotik) kadang kala berada pada posisi yang sama dengan lapisan-lapisan yang terbentuk pada stratifikasi vertikal berdasarkan panas (epilimnion, metalimnion/termoklin, dan hipolimnion) (Wetzel 1952 in Kusnandar 2004). Ciri khas dari danau adalah mempunyai stratifikasi temperatur, bahkan pada danau tidak mungkin dibuat generalisasi karakteristik, namun antara danau yang satu dengan yang lainnya pasti ada perbedaan, serta perkecualian-perkecualian yang berlaku, terutama antara danau yang sangat kecil dan sangat luas perbedaan tersebut akan lebih nyata (Basmi 1999).

Manfaat ekosistem danau bagi spesies tumbuhan, satwa, dan manusia antara lain (Ditjen PKA-Dephut 1999):

a. Habitat tumbuhan dan satwa

Berbagai jenis tumbuhan dan satwa hidupnya sangat tergantung pada keberadaan ekosistem danau sebagai tempat hidup, berkembang dan mencari makan. Beberapa jenis diantaranya merupakan jenis tumbuhan dan satwa endemik serta dilindungi karena keberadaanya yang hampir punah.

b. Pengatur fungsi hidrologi

Keberadaan ekosistem danau tidak dapat dilepaskan dari air, oleh karena itu sangat erat kaitannya dengan proses hidrologi yang terjadi di bumi. Secara alami danau merupakan tempat penampungan air, baik sumber air maupun air hujan. Selain itu danau juga berfungsi sebagai pemasok air ke kantung-kantung air lain, seperti air tanah, sungai, persawahan dan lain-lainnya. Dengan keberadaan ekosistem danau maka persediaan air tanah dapat dipertahankan, sehingga dapat mencegah intrusi air laut.

c. Pencegah bencana alam

Danau, situ, dan waduk dapat menyimpan kelebihan air pada musim hujan kemudian mengalirkannya kembali pada waktu musim kering. Dengan demikian ekosistem danau dapat mengurangi volume air banjir yang menuju hilir, sehingga bahaya banjir dapat berkurang, sekaligus mempertahankan persediaan air pada musim kering.

d. Menjaga sistem dan proses-proses alami

Keberadaan ekosistem danau dapat menjaga kelangsungan sistem dan proses-proses ekologi, geomorfologi, dan geologi yang terjadi di alam. Dataran banjir sekitar danau pada umumya dijadikan lahan pertanian karena sangat subur. 6


(32)

Kesuburan itu disebabkan adanya proses penambahan unsur hara dari hasil sedimentasi.

e. Penghasil sumberdaya alam hayati

Manfaat ekosistem danau bagi penghasil sumberdaya alam hayati antara lain sebagai sumber perikanan, pertanian, dan kayu serta sebagai sumber plasma nuftah.

f. Penghasil energi

Ekosistem danau dapat digunakan sebagai sumber energi dan dapat dikelola secara berkelanjutan. Beberapa pemanfaatan ekosistem danau sebagai sumber energi yaitu sebagai pembangkit litrik tenaga air, pembuatan arang dengan memanfaatkan kayu yang terdapat di sekitar danau, dan sebagainya

g. Sarana transportasi, rekreasi, dan olah raga

Beberapa danau, waduk, dan bendungan dimanfaatkan sebagai sarana transportasi, rekreasi dan olah raga air. Olah raga air yang dapat dikembangkan dengan memanfaatkan danau yaitu ski air, parasailing dan memancing.

h. Manfaat sosial dan budaya

Keberadaan lahan basah, khususnya ekosistem danau, sangat mempengaruhi keadaan sosial budaya kehidupan masyarakat sekitarnya.

i. Sarana penelitian dan pendidikan

Pengembangan penelitian dan pendidikan yang berguna bagi kehidupan dapat menggunakan objek-objek yang terdapat pada ekosistem danau, dan sangat penting bagi penerapan berbagai disiplin ilmu, seperti biologi, limnologi, geomorfologi, dan sebagainya.

Banyak faktor yang dapat mengancam kelestarian ekosistem danau, baik sebagai akibat alami, seperti gempa dan tanah longsor, maupun akibat antropogenik (akibat aktivitas manusia). Beberapa ancaman kerusakan ekosistem danau yang disebabkan aktivitas manusia, antara lain (Ditjen PKA-Dephut 1999):

a. Sedimentasi yang berlebihan sebagai akibat erosi Daerah Aliran Sungai (DAS). Proses ini dapat dipercepat dengan adanya kegiatan manusia berupa penebangan hutan di DAS atau pengolahan lahan secara tidak benar.

b. Pencemaran yang diakibatkan adanya buangan minyak, pupuk, pestisida atau pencemaran bahan buangan padat.

c. Pemanfaatan sumberdaya alam hayati yang berlebihan dan dengan cara-cara yang merusak.


(33)

d. Memasukkan spesies tumbuhan atau hewan baru (eksotik) yang dapat mengganggu keseimbangan ekosistem dan memusnahkan spesies asli.

e. Konversi lahan menjadi lahan pertanian, perikanan, perkebunan dan pemukiman sebagai akibat dari peningkatan jumlah penduduk dapat mengancam keberadaan ekosistem danau dan sumberdaya alam hayati yang terkandung di dalamnya. f. Perubahan sistem hidrologi sebagai akibat pengubahan aliran sungai, pembuatan

waduk, pengambilan air tanah yang berlebihan dapat mempengaruhi kelestarian ekosistem danau dan sumberdaya alam hayati yang terkandung di dalamnya.

2.2. Pariwisata

Wisata merupakan suatu bentuk pemanfaatan sumberdaya alam yang mengandalkan jasa alam untuk kepuasaan manusia (Yulianda 2007). Menurut Yoeti (2004) pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk berusaha (business) atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna bertamasya dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam. Kepariwisataan adalah keseluruhan daripada gejala-gejala yang ditimbulkan oleh perjalanan dan pendiaman orang-orang asing serta penyediaan tempat tinggal sementara, asalkan pendiaman itu tidak tinggal menetap dan tidak memperoleh penghasilan dari aktivitas yang bersifat sementara itu. Industri pariwisata adalah kumpulan dari macam-macam perusahaan yang secara bersama menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa (good and service) yang dibutuhkan wisatawan pada khususnya dan traveler pada umumnya, selama dalam perjalannya.

Pada dasarnya gejala pariwisata terdiri dari 3 unsur yakni: manusia (unsur insani sebagai perilaku kegiatan pariwisata), tempat (unsur fisik yang sebenarnya tercakup oleh kegiatan itu sendiri) dan waktu (unsur tempo yang dihabiskan dalam perjalanan itu sendiri dan selama berdiam di tempat tujuan. Selanjutnya, menurut Wahab (1992) bentuk-bentuk pariwisata antara lain, yaitu:

1. Menurut jumlah orang yang bepergian,

a. Pariwisata individu, yakni hanya seorang atau satu keluarga yang bepergian. b. Pariwisata rombongan, yakni sekelompok orang yang biasanya terikat

hubungan-hubungan tertentu kemudian melakukan perjalanan bersama-sama. 2. Menurut maksud bepergian,


(34)

a. Pariwisata rekreasi atau pariwisata santai, yang maksud kepergian ini untuk memulihkan kemampuan fisik dan mental setiap peserta wisata dan memberikan kesempatan rileks bagi mereka dari kebosanan dan keletihan kerja selama di tempat rekreasi.

b. Pariwisata budaya, maksudnya untuk memperkaya informasi dan pengetahuan tentang negara lain dan untuk memuaskan kebutuhan hiburan. Dalam hal ini termasuk pula kunjungan ke pameran-pameran dan fair, perayaan-perayaan adat, tempat-tempat cagar alam, cagar purbakala, dan lain-lain.

c. Pariwisata pulih sehat, yang memuaskan kebutuhan perawatan medis di daerah atau tempat lain dengan fasilitas penyembuhan, misalnya sumber air panas, tempat-tempat kubangan lumpur yang berkhasiat penyembuhan secara khusus, perawatan dengan pasir hangat, dan lain-lain. Pariwisata ini memerlukan persyaratan-persyaratan tertentu seperti misalnya kebersihan, ketenangan, dan taraf hidup yang pantas.

d. Pariwisata sport, yang akan memuaskan hobi orang-orang seperti misalnya mengail ikan, berburu binatang liar, menyelam ke dasar laut, bermain ski, bertanding, dan mendaki gunung.

e. Pariwisata temu wicara, pariwisata konvensi yang mencakup pertemuan- pertemuan ilmiah, seprofesi, dan bahkan politik.

3. Menurut alat transportasi,

a. Pariwisata darat (bis, mobil pribadi, kereta api). b. Pariwisata tirta (laut, danau, sungai).

c. Pariwisata dirgantara. 4. Menurut letak geografis,

a. Pariwisata domestik nasional, yang menunjukkan arus wisata yang dilakukan oleh warga dan penduduk asing yang bertugas di sana, yang terbatas dalam suatu negara.

b. Pariwisata regional, yakni kepergian wisatawan terbatas pada beberapa negara yang membentuk suatu kawasan pariwisata, misalnya perjalanan wisatawan di negara-negara Eropa Barat.

c. Pariwisata internasional, yang meliputi gerak wisatawan dari suatu negara ke negara lain.

5. Menurut umur, a. Pariwisata remaja b. Pariwisata dewasa


(35)

6. Menurut jenis kelamin, a Pariwisata pria. b. Pariwisata wanita.

7. Menurut tingkat harga dan tingkat sosial, a. Pariwisata taraf lux

b. Pariwisata taraf menengah c. Pariwisata taraf jelata

Berdasarkan konsep pemanfaatan, wisata dapat diklasifikasikan (Fandeli 2000; META 2002 in Yulianda 2007):

1. Wisata alam (nature tourism), merupakan aktivitas wisata yang ditujukan pada pengalaman terhadap kondisi alam atau daya tarik panoramanya.

2 Wisata budaya (cultural tourism), merupakan wisata dengan kekayaan budaya sebagai objek wisata dengan penekanan pada aspek pendidikan.

3. Ekowisata (ecoutourism), merupakan wisata berorientasi pada lingkungan untuk menjembatani kepentingan perlindungan sumberdaya alam/lingkungan dan industri kepariwisataan.

2.3. Ekowisata

Menurut Santoso (2008) ekowisata merupakan sebuah bentuk wisata yang menjual daya tarik alam pada kelestarian dan keaslian lingkungan, maka keseimbangan ekosistem sebagaimana yang seharusnya harus diciptakan kembali. Dengan ekowisata, maka berbagai kepentingan dapat dipadukan dengan sempurna yaitu meningkatkan ekonomi masyarakat sekaligus memperhatikan keseimbangan ekosistem. Untuk itu Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar untuk pengembangan ekowisata. Namun potensi tersebut belum ditangani secara serius. Padahal dalam tatanan konsep, keberhasilan ekowisata sangat tergantung pada usaha penyadaran semua pihak yang terkait, terutama Pemerintah Daerah yang bersangkutan (Santoso 2007).

Sesuatu dikatakan objek, bila untuk melihat objek itu tidak ada persiapan dilakukan terlebih dahulu. Dengan perkataan lain, kita dapat melihatnya secara langsung tanpa bantuan orang lain, seperti misalnya pemandangan, gunung, sungai, lembah, candi bangunan, monumen, gereja, mesjid, tugu peringatan, dan lain-lain. Semuanya ini dapat kita lihat secara langsung tanpa bantuan orang lain, walapun kadang-kadang kita harus membayar sekedar tanda masuk saja (Yoeti 2004). Objek 10


(36)

dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan dan/atau aktivitas dan fasilitas yang berhubungan, yang dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk datang suatu daerah/tempat tertentu (Marpaung 2002). Di daerah tujuan wisata, objek-objek yang menjadi daya tarik kegiatan ekowisata adalah (Mulia 2004):

1. Kondisi alamnya.

2. Kondisi flora dan fauna yang unik, langka dan endemik, misalnya ikan-ikan karang. 3. Kondisi fenomena alamnya.

4. Kondisi adat dan budaya.

Beberapa keuntungan yang dapat diraih dengan mengembangkan kawasan danau sebagai kawasan wisata antara lain:

1. Meningkatkan PAD;

2. Mencegah kerusakan ekosistem lebih jauh oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab;

3. Meningkatkan perekonomian masyarakat;

4. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap keseimbangan lingkungan.

Menurut Yulianda (2007) bahwa konsep pengembangan ekowisata sejalan dengan misi pengelolaan konservasi yang mempunyai tujuan:

1. Menjaga tetap berlangsunganya proses ekologis yang tetap mendukung sistem kehidupan.

2. Melindungi keanekaragaman hayati.

3. Menjamin kelestarian dan pemanfaatan spesies dan ekosistemnya. 4. Memberikan kontribusi kepada kesejahteraan masyarakat.

Suatu konsep pengembangan ekowisata hendaknya dilandasi pada prinsip dasar ekowisata yang meliputi (Yulianda 2007):

1. Mencegah dan menanggulangi dampak dari aktivitas wisatawan terhadap alam dan budaya, pencegahan dan penanggulangan disesuaikan dengan sifat dan karakter alam dan budaya setempat.

2. Pendidikan konservasi lingkungan; mendidik pengunjung dan masyarakat akan pentingnya konservasi.

3. Pendapatan langsung untuk kawasan; retrisbusi atau pajak konservasi (conservation tax) dapat digunakan untuk pengelolaan kawasan.

4. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan; merangsang masyarakat agar terlibat dalam perencanaan dan pengawasan kawasan.

5. Penghasilan bagi masyarakat; masyarakat mendapat keuntungan ekonomi sehingga terdorong untuk menjaga kelestarian kawasan.


(37)

6. Menjaga keharmonisan dengan alam; kegiatan dan pengembangan fasilitas tetap mempertahankan keserasian dan keaslian alam.

7. Daya dukung sebagai batas pemanfaatan; daya tampung dan pengembangan fasilitas hendaknya mempertimbangkan daya dukung lingkungan.

8. Kontribusi pendapatan bagi negara (pemerintah daerah dan pusat).

2.4. Wisatawan

Menurut Cohen (1974) in Ross (1998), seorang wisatawan adalah seorang pelancong yang melakukan perjalanan atas kemauan sendiri dan untuk waktu sementara saja, dengan harapan mendapat kenikmatan dari hal-hal baru dan perubahan yang dialami selama dalam perjalanan yang relatif lama dan tidak berulang. Gambaran tentang tempat tujuan pariwisata digunakan oleh wisatawan untuk membuat keputusan dalam mengunjungi suatu tempat atau sesuatu yang menarik. Gambaran tersebut memainkan peranan utama dalam mendorong perjalanan dan menimbulkan harapan tentang tempat tujuan perjalanan dan masyarakat setempat. Um dan Crompton (1991) in Ross (1998), berpendapat bahwa gambaran suatu tempat sebagai tempat tujuan wisata yang menyenangkan berasal dari sikap pada ciri-ciri yang dapat ditangkap dari suatu tempat untuk berwisata. Menurut Burkart dan Medlik (1981) in Ross (1998), wisatawan memiliki empat ciri utama yaitu:

1. Wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan ke dan tinggal di berbagai tempat tujuan.

2. Tempat tujuan wisatawan berbeda dari tempat tinggal dan tempat kerjanya sehari-hari, karena itu kegiatan wisatawan tidak sama dengan kegiatan penduduk yang berdiam dan bekerja di tempat tujuan wisatawan.

3. Wisatawan bermaksud pulang kembali dalam beberapa hari atau bulan; karena itu perjalanannya bersifat sementara dan berjangka pendek.

4. Wisatawan melakukan perjalanan bukan untuk mencari tempat tinggal untuk menetap di tempat tujuan atau bekerja untuk mencari nafkah.

Melarikan diri dari kegiatan sehari-hari merupakan motivasi yang lebih penting dalam berwisata. Mayo dan Jarvis (1981) in Ross (1998) mengatakan motivasi untuk berpariwisata dapat dibagi ke dalam empat kategori, yaitu:

1. Motivasi fisik: istirahat fisik, ikut olahraga, rekreasi pantai, hiburan yang membuat tubuh tidak tegang, dan pertimbangan kesehatan.


(38)

2. Motivasi budaya: keinginan mengetahui negeri lain, misalnya seni, adat-istiadat, tari, lukisan, dan agama.

3. Motivasi antarpribadi: keinginan bertemu dengan muka-muka baru, mengunjungi teman atau sanak saudara, melarikan diri dari kegiatan sehari-hari, keluarga atau tetangga, atau menciptakan sahabat baru.

4. Motivasi status dan martabat: kebutuhan pengakuan, perhatian, penghargaan, dan reputasi.

2.5. Pengelolaan dan Pengembangan Danau Sebagai Kawasan Wisata yang Berkelanjutan

Kesuksesan pengembangan ekowisata sangat ditentukan oleh peran dari masing-masing pelaku ekowisata yaitu: indutri pariwisata, wisatawan, masyarakat lokal, pemerintah dan instansi non pemerintah, dan akademisi. Para pelaku ekowisata mempunyai peran dan karakter tersendiri yaitu (Razak 2008):

1. Industri pariwisata yang mengoperasikan ekowisata merupakan industri pariwisata yang peduli terhadap pentingnya pelestarian alam dan keberlanjutan pariwisata dan mempromosikan dengan flora, fauna, dan alam.

2. Wisatawannya merupakan wisatawan yang peduli terhadap lingkungan.

3. Masyarakat lokal dilibatkan dalam perencanaan, penerapan, dan penerapan dan pengawasan pembangunan, dan pengevaluasian pembangunan.

4. Pemerintah berperan dalam pembuatan peraturan-peraturan yang mengatur tentang pembangunan fasilitas ekowisata agar tidak terjadi eksploitasi terhadap lingkungan yang berlebihan.

5. Akademisi bertugas untuk mengkaji tentang pengertian ekowisata dan mengadakan penelitian untuk menguji apakah prinsip-prinsip yang dituangkan dalam pengertian ekowisata sudah diterapkan dalam prakteknya. Pembangunan ekowisata yang berkelanjutan dapat berhasil apabila karakter yang dimiliki oleh masing-masing pelaku ekowisata dimainkan sesuai dengan perannya, bekerjasama secara holistik di antara para stakeholder, memperdalam pengertian dan kesadaran terhadap pelestarian alam, dan menjamin keberlanjutan kegiatan ekowisata tersebut.

Menurut UU No. 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup yang dimaksud pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, 13


(39)

pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup. Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup adalah upaya sadar dan terencana, yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumberdaya, ke dalam proses pembangunan untuk menjamin ditimbulkan dari kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan.

Ciri pariwisata yang berwawasan lingkungan, sesuai ciri pembangunan berkelanjutan pada umumnya adalah (Widiasari 2007):

1. Fungsi ekosistem sumberdaya alam tetap berjalan sebagaimana mestinya.

2. Terkelolanya dampak negatif dan berkembangnya dampak positif bagi lingkungan. 3. Kualitas dan kuantitas sumberdaya alam tetap terjaga.

4. Perubahan lingkungan berlangsung dalam jangka waktu yang panjang.

Dalam wisata tirta/bahari ini, termasuk wisata laut, danau dan sungai. pengembangan lingkungan wisata tirta/bahari memerlukan adanya pertimbangan-pertimbangan khusus dalam perencanaannya (Marpaung 2002). Mengembangkan industri pariwisata yang berkelanjutan berarti mengintegrasikan pertimbangan ekonomi, sosial-budaya, dan lingkungan ke dalam proses pengambilan keputusan pengelolaan/manajemen di seluruh komponen pariwisata. Untuk itu perlu dilakukan program-program sebagai berikut seperti: pengembangan sistem manajemen pariwisata berkelanjutan dan pelestarian sumber daya alam dan warisan budaya.

Pengaruh kepariwisataan terhadap lingkungan merupakan hal yang penting mengingat perhatian masyarakat terhadap perlindungan lingkungan semakin meningkat. Penyelenggaran kepariwisataan sebenarnya memiliki potensi terhadap perlindungan lingkungan tetapi tidak jarang pariwisata dijadikan sebagai alasan dalam permasalahan lingkungan (Marpaung 2002). Tanggung jawab untuk mewujudkan pariwisata yang ramah lingkungan adalah tanggung jawab semua pihak: pemerintah, industri pariwisata, masyarakat maupun wisatawan. Kemampuan untuk menegakkan peraturan dan mewujudkan pariwisata yang ramah lingkungan merupakan salah satu indikator kompetensi pemerintah maupun industri pariwisata. Dampak dari kunjungan wisatawan ke suatu tempat tergantung kepada sikap dan perilaku wisatawan. Kewajiban pengembangan tidak cukup dalam bentuk charity, sebaliknya masyarakat juga harus ikut mempunyai rasa memiliki dan melakukan kendali terhadap pertumbuhan kawasan wisata.

Hal yang perlu diperhatikan bahwa dalam pengembangan suatu daya tarik wisata yang potensial harus dilakukan penelitian, inventarisasi, dan dievaluasi sebelum fasilitas wisata dikembangkan suatu area tertentu. Hal ini penting agar 14


(40)

perkembangan daya tarik wisata yang ada dapat sesuai dengan keinginan pasar potensial dan untuk menentukan pengembangan yang tepat dan sesuai. Karenanya objek wisata alam dan budaya harus dipelihara dan dilestarikan untuk memelihara/menjamin mutu dan kelangsungan hidup manusia itu sendiri (Marpaung 2002).

Pengembangan adalah tidak terbatas dengan membuat tempat serta pembuatan lingkungan semata-mata. Rencana pengembangan seharusnya mencoba merubah suatu objek lingkungan menjadi objek yang baik sehingga menarik perhatian wisatawan (Marpaung 2002). Ilmu sosial sangat penting bila komponen manusia dimasukkan dalam cakupan ekosistem, atau bila kita mempelajari peran ekosistem terhadap kehidupan manusia (Resosoedarmo et al. 1984). Pembangunan pariwisata menimbulkan perubahan pada ekosistem yang bersangkutan, sehingga mungkin akan merusak ekosistem. Bermacam-macam tindakan dilakukan dalam pembangunan pariwisata, yang masing-masing akan menimbulkan dampak ekologi tersendiri. Pembangunan objek dan daya tarik wisata dilakukan dengan memperhatikan (Soekadijo 2000):

1. Kemampuan untuk mendorong meningkatkan perkembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya.

2. Nilai-nilai agama, adat istiadat, serta pandangan dan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat.

3. Kelestarian budaya dan mutu lingkungan hidup. 4. Kelangsungan usaha pariwisata itu sendiri.

Pariwisata berkelanjutan memenuhi kebutuhan wisatawan dan daerah penerima pada saat ini sambil melindungi dan mendorong kesempatan untuk waktu yang akan datang mengarah kepada pengelolaan seluruh sumberdaya sedemikian rupa sehingga kebutuhan ekonomi, sosial dan estetika dapat terpenuhi sambil memelihara integritas kultural, proses ekologi yang esensial, keanekaragaman hayati dan sistem pendukung kehidupan. Produk pariwisata berkelanjutan yang dioperasikan secara harmonis dengan masyarakat dan budaya, sehingga mereka menjadi penerima keuntungan yang permanen dan bukan korban pembangunan pariwisata (Saut 2000).


(41)

3. METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Danau Rawa Pening dikelilingi oleh sepuluh desa yaitu Desa Asinan, Bejalen, Banyubiru, Kebondowo, Rowoboni, Rowosari, Sraten, Kesongo, Lopait, dan Tuntang. Desa-desa tersebut berada di empat kecamatan yaitu Kecamatan Ambarawa, Banyubiru, Bawen, dan Kecamatan Tuntang. Desa Kebondowo terletak di Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang dijadikan sebagai tempat untuk penelitian karena desa tersebut merupakan desa yang menjadi pusat untuk kegiatan wisata di Danau Rawa Pening dan tempat beradanya wisata Bukit Cinta (Lampiran 1). Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-Mei 2009.

Penelitian terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama diawali dengan membuat perencanaan dan menentukan metode pengumpulan analisis data. Tahap kedua yaitu pengumpulan data dan informasi-informasi mengenai kawasan berupa studi literatur dan studi lapang. Tahap ketiga yaitu melakukan pengolahan data dan analisis sesuai dengan metode analisis yang telah ditentukan. Analisis kualitas air baik parameter fisika, kimia, maupun biologi dilakukan di Fakultas Sains dan Matematika (FSM), Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga.

3.2. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan antara lain : a. Kondisi fisik dan biologi

Kamera digital untuk mengambil foto keadaan lapang dan alat tulis untuk mencatat data. Bahan yang digunakan adalah peta lokasi objek wisata Danau Rawa Pening, beberapa dokumen yang berkaitan dengan Danau Rawa Pening dan studi pustaka yang mendukung penelitian. Alat yang digunakan dalam menentukan titik sampling kualitas air yaitu dengan menggunakan GPS (Global Positioning System) dan alat untuk mengukur kualitas air dapat dilihat pada Tabel 1.

b. Kondisi sosial ekonomi.

Formulir kuisioner, alat tulis, perekam suara untuk merekam wawancara, dan laporan-laporan.


(42)

Tabel 1. Parameter, metode, dan alat yang digunakan untuk analisis kualitas air

Parameter Metode Alat

Fisika

1.Suhu Pemuaian Termometer

2.Kecerahan Visual Secchi disk

3.Bau Chemical reseptor Indera penciuman

4.Warna Visual Indera penglihatan

Kimia

1.DO Winkler Botol BOD, gelas ukur, erlenmeyer, pipet

2.BOD5 Winkler Botol BOD, gelas ukur, erlenmeyer, buret, plastik hitam,

inkubator

3.pH - Kertas lakmus

4.Nitrit Colorimetrik Botol BOD, gelas ukur, erlenmeyer, pipet, buret 5.Nitrat Brucine Botol BOD, gelas ukur, erlenmeyer, pipet, buret 6.Amonia Phenate Botol BOD, gelas ukur, erlenmeyer, pipet, buret

Biologi

1.Fitoplankton Sensus Planktonnet, botol film, mikroskop

2.Ikan Visual Alat tulis

3.Tanaman air Visual Kamera dan alat tulis

3.3. Jenis dan Pengumpulan Data

Komponen, jenis, sumber, dan cara pengambilan data yang diperlukan dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.

3.3.1.Data primer

Pengumpulan data primer dilakukan dengan:

a. Observasi

Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara observasi yaitu meninjau langsung kondisi lokasi di lapangan dengan melakukan pengukuran pada beberapa parameter seperti kualitas air, biota (flora atau fauna), dan kondisi kawasan. Pengamatan dan pengambilan sampel kualitas air diambil pada tanggal 7 April 2009. Pengambilan kualitas air dilakukan di 3 titik pengambilan sampel (Gambar 2) yaitu : 1. Stasiun 1 mewakili daerah yang dekat dengan dermaga sehingga sering dilalui

perahu dan dekat dengan keramba dengan koordinat 70 ’ LS dan 0 ’

BT.

2. Stasiun 2 berada hampir ditengah badan danau mewakili sebagai daerah yang jarang dilalui dengan koordinat 70 ’ LS dan 1100 ’ BT.

3. Stasiun 3 mewakili daerah dekat outlet dengan koordinat 70 ’ LS dan

1100 ’ BT.


(43)

(44)

19 Tabel 2. Komponen, jenis, sumber, dan cara pengambilan data

No.

Komponen data Jenis data Sumber data Teknik pengambilan data

1. Keadaan umum kawasan wisata Danau Rawa Pening

a.Sejarah kawasan Primer dan

sekunder

Responden dan laporan

Wawancara dan studi pustaka

b.Demografi Sekunder Laporan Studi pustaka

c. Sarana dan prasarana Primer dan sekunder

Lapangan dan laporan

Observasi lapang dan studi pustaka 2. Sumber daya alam (SDA)

a.Flora (vegetasi dan tumbuhan air)

Primer dan sekunder

Lapangan dan laporan

Observasi lapang dan studi pustaka b.Fauna (Ikan, fitoplankton,

dan biota air lainnya)

Primer dan Sekunder Lapangan. reponden, dan laporan Observasi lapang, wawancara, dan studi pustaka

3. Kualitas air Danau Rawa Pening Parameter fisika

a.Suhu Primer Lapangan Observasi lapang

b.Kecerahan Primer Lapangan Observasi lapang

c.Bau Primer Lapangan Observasi lapang

d.Warna Primer Lapangan Observasi lapang

Parameter kimia

a. DO Primer Lapangan Observasi lapang

b.BOD Primer Lapangan Observasi lapang

c. pH Primer Lapangan Observasi lapang

d.Nitrit-nitrogen Primer Lapangan Observasi lapang

e. Nitrat-nitrogen Primer Lapangan Observasi lapang

f. Amonia-nitrogen Primer Laporan Observasi lapang

Parameter biologi

Fitoplankton Primer Lapangan Observasi lapang

4. Sumber daya manusia (SDM)

a. Masyarakat Primer Responden Wawancara

b. Pengunjung Primer Responden Wawancara

c. Lembaga terkait Primer Responden Wawancara

5. Potensi wisata Primer dan

sekunder

Lapangan dan laporan

Observasi lapang dan studi pustaka 6. Isu-isu yang berkembang Primer dan

sekunder

Responden. lapangan, dan laporan

Wawancara, observasi lapang, dan studi pustaka

7. Data kesesuaian wisata Primer Lapangan Observasi lapang

8. Daya dukung kawasan Primer Lapangan Observasi lapang

b. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi tentang lokasi penelitian terkait aspek sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat sekitar Danau Rawa Pening dan wisatawan. Wawancara dilakukan dengan pihak yang terkait dengan penelitian, yaitu:

a. Wisatawan, yaitu dengan menyebarkan kuisioner dan wawancara kepada responden seperti untuk mengetahui pendapatan, tingkat pendidikan, motivasi


(45)

20 dan persepsi wisatawan terhadap Danau Rawa Pening (Lampiran 2). Pemilihan responden ini dilakukan secara accidental sampling yaitu pengambilan contoh yang dilakukan tanpa perencanaan yang seksama dan responden yang dimintai informasi diperoleh secara kebetulan tanpa pertimbangan tertentu. Jumlah responden yang diambil sebanyak 30 orang.

b. Masyarakat sekitar kawasan, yaitu dengan menyebarkan kuisioner dan wawancara kepada responden seperti untuk mengetahui aktivitas masyarakat di sekitar Danau Rawa Pening, tingkat pendidikan, dan persepsi mengenai ekowisata (Lampiran 3). Pemilihan responden kepada masyarakat dilakukan secara purposive sampling

yaitu teknik pengambilan responden yang digunakan apabila peneliti mempunyai pertimbangan tertentu dalam menetapkan responden sesuai dengan tujuan penelitian. Jumlah responden masyarakat yang diambil sebanyak 30 orang.

c. Pengelola kawasan wisata, lembaga atau pihak-pihak terkait juga dilakukan dengan metode purposive sampling (Lampiran 4 dan 5).

3.3.2.Data sekunder

Data sekunder diperoleh melalui studi pustaka, seperti dengan mempelajari buku-buku laporan, penelitian-penelitian sebelumnya, buku-buku penunjang, peta, dan sumber lainnya yang dapat dijadikan informasi pendukung yang berkaitan dengan tujuan penelitian yang akan dipelajari. Studi dokumen/literatur merupakan langkah awal dari data sekunder untuk mengetahui kondisi lokasi penelitian dan memperoleh informasi data penunjang yang diperlukan dalam penelitian. Data tersebut diperoleh dari:

a. Perpustakaan Institut Pertanian Bogor di Bogor.

b. Perpustakaan Universitas Kristen Satya Wacana di Salatiga.

c. Instansi-instansi terkait seperti; Balai Pengelolaan Sumber Air (PSDA) Propinsi Jawa Tengah, Dinas Pengairan Umum Kabupaten Semarang, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Semarang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Semarang.


(46)

21

3.4. Analisis Data

3.4.1.Analisis sumberdaya

Analisis sumberdaya meliputi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia. Analisis sumberdaya alam meliputi kondisi kawasan, kualitas air, flora, dan fauna yang terdapat di sekitar danau. Kondisi kawasan diperoleh melalui data primer yaitu melalui observasi dan wawancara dan data sekunder melalui pengumpulan literatur-literatur. Parameter kualitas air yang diukur meliputi parameter fisika, kimia, dan biologi (Tabel 2), kemudian data kualitas air tersebut dibandingkan dengan baku mutu menurut PPRI No. 82 Tahun 2001 kelas II yaitu air baku untuk sarana rekreasi, peternakan, pembudidayaan ikan air tawar dan pertamanan (Lampiran 6). Untuk flora yang hidup di perairan Danau Rawa Pening seperti tumbuhan air dilihat jenis yang tumbuh disana. Persen penutupan beberapa jenis tumbuhan air yang terdapat dipermukaan danau diperoleh berdasarkan data sekunder dari Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Propinsi Jawa Tengah. Pengamatan jenis tumbuhan air secara visual hanya dilakukan disebagian Danau Rawa Pening dengan 6 lokasi pengamatan (Gambar 2). Pengamatan jenis tumbuhan air tidak dilakukan di semua bagian danau karena lokasi pengamatan yang ditentukan merupakan tempat yang terkain untuk dikembangkan beberapa kegiatan wisata. Fauna perairan dilihat banyaknya jenis ikan yang ada di dalam perairan dan sekitar danau berdasarkan pada data sekunder dan wawancara.

Analisis sumberdaya manusia yaitu mencakup masyarakat sekitar kawasan wisata, wisatawan, pengelola, dan instansi yang terkait. Analisis sumberdaya manusia dilakukan melalui wawancara dengan beberapa responden dan diberikan kuisioner seperti untuk mengetahui tingkat pendidikan, usia, pekerjaan, dan tingkat pemahaman kelestarian lingkungan.

3.4.2.Analisis kesesuaian wisata

Kesesuaian mencakup kesesuaian sumberdaya atau potensi yang dikaitkan dengan luas areal bagi setiap peruntukan wisata. Setiap kegiatan wisata mempunyai persyaratan sumberdaya dan lingkungan yang sesuai dengan kegiatan wisata yang dikembangkan. Lokasi analisis kesesuaian wisata di Danau Rawa Pening tidak semuanya diamati karena tidak semua bagian danau akan dikembangkan untuk kegiatan wisata. Kegiatan-kegiatan yang akan dikembangkan di objek wisata ini antara lain berkemah, memancing, berperahu, duduk santai, dan outbound. Kawasan


(47)

22 yang akan dikaji untuk dikembangkan sebagai tempat kegiatan wisata tersebut adalah di 12 lokasi amatan (Lampiran 7 ). Persamaan yang digunakan untuk kesesuaian wisata adalah (Yulianda 2007):

Keterangan:

IKW = Indeks Kesesuaian Wisata Ni = Nilai Parameter ke-i

Nmaks = Nilai maksimum dari suatu kategori wisata

Nilai parameter ke-i (Ni) dan nilai maksimum dari suatu kategori wisata (Nmaks)

diperoleh berdasarkan perkalian skor dan bobot dari setiap parameter. Parameter, bobot, dan skor pada setiap kategori wisata dilihat pada Lampiran 8 menurut modifikasi Yulianda (2007). Berdasarkan nilai indeks kesesuaian wisata pada setiap kegiatan wisata yang dikembangkan dapat dimasukkan ke dalam empat kategori yaitu kategori sangat sesuai jika nilai IKW antara 83-100%, kategori sesuai jika nilai IKW antara 50-<83%, kategori sesuai bersyarat jika nilai IKW antara 17-<50%, dan kategori tidak sesuai jika nilai IKW <17%. Kategori yang sesuai dan sangat sesuai merupakan kegiatan yang dapat direkomendasikan kepada pengelola untuk dikembangkan di kawasan objek wisata Danau Rawa Pening.

3.4.3.Analisis daya dukung kawasan (DDK)

Daya dukung lingkungan (carrying capasity) merupakan intensitas penggunaan maksimum terhadap sumberdaya alam juga membatasi pembangunan fisik yang dapat mengganggu kesinambungan pembangunan wisata tanpa merusak alam. Daya Dukung Kawasan (DDK) adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia yaitu dengan perhitungan menggunakan rumus (Yulianda 2007):

Keterangan :

DDK = Daya Dukung Kawasan (orang/hari)

K = Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area (orang) Lp = Luas area atau panjang area yang dapat dimanfaatkan (m2/m)

Lt = Unit area untuk kategori tertentu (m2/m)

Wt = Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari (jam/hari)


(48)

23 Perhitungan daya dukung kawasan dilakukan setelah diperoleh kegiatan-kegiatan yang dapat direkomendasikan untuk dikembangkan di Danau Rawa Pening. Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area (K) adalah jumlah wisatawan maksimum yang dapat ditampung oleh suatu lokasi wisata dalam waktu yang bersamaan. Potensi ekologis setiap jenis kegiatan wisata yang akan dikembangkan berbeda-beda. Luas area atau panjang area yang dapat dimanfaatkan (Lp) adalah luas atau panjang suatu area yang telah disediakan oleh pengelola agar wisatawan dapat melakukan kegiatan wisata yang ditetapkan di area tersebut. Unit area untuk kategori tertentu (Lt) adalah luas atau panjang suatu area yang dibutuhkan wisatawan agar dapat bergerak bebas melakukan kegiatan wisata yang dibutuhkan wisatawan agar dapat bergerak bebas melakukan kegiatan tersebut dan tidak merasa terganggu oleh keberadaan wisatawan lain. Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari (Wt) adalah lamanya waktu kawasan objek wisata Danau Rawa Pening dibuka dalam satu hari yaitu sekitar 8 jam (jam 08.30-16.30). Waktu yang dihabiskan oleh wisatawan untuk melakukan setiap jenis kegiatan (Wp) berbeda-beda seperti untuk berkemah, memancing, duduk santai, berperahu, dan outbound.

3.4.4. Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi (Rangkuti 2002). Analisis ini didasarkan dengan memaksimalkan kekuatan (strenght), peluang (opportunities), namun secara bersamaan meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threat). Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal (peluang dan ancaman) dengan faktor internal (kekuatan dan kelemahan). Kekuatan (strenght) adalah unsur yang dimiliki kawasan wisata Danau Rawa Pening yang bisa membantu pengelola mencapai keberhasilan. Kelemahan (weakness) adalah unsur yang dimiliki oleh kawasan wisata yang bisa menyebabkan kinerja pengelola menjadi buruk atau menghambat untuk mencapai keberhasilan. Peluang (oppurtunity) adalah unsur lingkungan yang berada di luar kendali pengelola yang menguntungkan pengelola. Ancaman (threat) adalah unsur lingkungan yang berada di luar kendali pengelola yang tidak menguntungkan dan dapat mengganggu/menghalangi suatu kegiatan/usaha di kawasan wisata. Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis SWOT adalah:


(1)

Lampiran 28. Prediksi waktu yang dibutuhkan (Wp), potensi ekologis pengunjung

(K) dan luas area kegiatan (Lt) untuk setiap kegiatan wisata danau

Kegiatan Waktu yang dibutuhkan Wp (jam) Total waktu 1 hari Wt (jam) Pengunjung (orang) Unit area (Luas lahan) Keterangan

Perahu 0,5 8 8 22.500

m2

Luas danau yang dibutuhkan untuk 8 orang (1 perahu) untuk mengelilingi danau seluas 22.500

m2

Memancing 6 8 1 240

m2

Setiap satu oran membutuhkan

luas area seluas 240 m2 untuk

memancing

Berkemah 24 24 5 1.000

m2

Luas lokasi yang dibutuhkan untuk 5 orang berkemah seluas

1.000 m2

Duduk santai 3 8 1 10 m2 Luas 1 orang yang dibutukan

seluas 10 m2 untuk duduk santai

Outbound 4 8 20 2.500

m2

Luas yang dibutuhkan seluas

2.500 m2 untuk 20 orang dalam


(2)

Lampiran 29. Penilaian bobot faktor strategis internal dan eksternal kawasan objek

wisata Danau Rawa Pening

Simbol faktor internal

S1 S2 S3 S4 S5 W1 W2 W3 W4 W5 W6 W7 W8 Total Bobot

S1 1 2 1 1 2 2 1 2 2 1 1 1 17 0,053

S2 4 4 2 3 2 1 3 2 3 3 3 2 32 0,101

S3 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 15 0,047

S4 3 2 4 2 3 2 2 4 3 3 3 3 34 0,107

S5 4 1 3 2 3 1 2 3 2 2 3 3 29 0,091

W1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 16 0,050

W2 2 3 3 2 3 3 1 2 1 2 3 1 26 0,082

W3 3 1 3 2 2 3 3 4 2 2 2 2 29 0,091

W4 2 2 2 1 1 3 2 1 1 2 2 2 21 0,066

W5 2 1 3 1 2 3 3 2 3 2 2 2 26 0,082

W6 3 1 3 1 2 3 2 2 2 2 2 2 25 0,079

W7 3 1 3 1 1 2 1 2 2 2 2 2 22 0,069

W8 3 2 3 1 1 3 3 2 2 2 2 2 26 0,082

Total 226 1

Simbol faktor eksternal O1 O2 O3 T1 T2 T3 T4 Total Bobot

O1 1 1 2 1 1 1 7 0,082

O2 4 2 1 2 1 1 11 0,129

O3 3 2 4 3 2 2 16 0,188

T1 2 1 1 2 1 1 8 0,094

T2 3 1 1 4 2 1 12 0,141

T3 3 1 2 4 2 2 14 0,165

T4 4 2 2 4 3 2 17 0,200

Total 85 1


(3)

Lampiran 30. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan matriks External Factor

Evaluation (EFE) kawasan objek wisata Danau Rawa Pening

Faktor Strategis Internal Bobot Rating Nilai

S1, Daya tarik alam 0,053 4 0,230

S2, Iklim yang sejuk 0,101 3 0,385

S3, Keanekaragaman hayati perairan 0,047 4 0,212

S4, Potensi budaya dan legenda/sejarah wisata 0,107 3 0,385

S5, Dukungan masyarakat 0,091 3 0,332

W1, Penurunan kualitas air 0,050 1 0,050

W2, Kondisi perairan tidak stabil 0,082 2 0,164

W3,Kualitas tenaga kerja yang jumlahnya sedikit dan masih rendah 0,091 1 0,102

W4,Pengelolaan terhadap perairan yang masih kurang optimal 0,066 1 0,071

W5,Tingkat kebersihan Danau Rawa Pening masih rendah, 0,082 2 0,177

W6,Kurangnya prasarana pendukung, 0,079 2 0,177

W7,Kurang tertatanya vegetasi tumbuhan air dengan baik 0,069 1 0,084

W8,Volume dan kedalaman air berfluktuatif 0,082 2 0,177

Total 1 2,214

Faktor Strategis Eksternal Bobot Rating Nilai

O1, Letak strategis dan aksesibilitas mudah 0,082 4 0,329

O2, Keberadaan objek wisata lain 0,129 3 0,388

O3, Dukungan berbagai instansi terkait terhadap pengembangan objek

wisata Danau Rawa Pening 0,188 3 0,565

T1, Terjadinya sedimentasi 0,094 1 0,094

T2, Terjadinya pencemaran 0,141 2 0,282

T3, Pola pembangunan yang tidak sesuai dengan tata guna lahan 0,165 2 0,329

T4, Kurang koordinasinya antar berbagai pihak yang terkait dalam

pemanfaatan sumber daya Danau Rawa Pening 0,200 3 0,600


(4)

Lampiran 31. Aktivitas-aktivitas wisatawan di objek wisata Danau Rawa Pening

Memancing

Duduk santai


(5)

Lampiran 32. Kondisi lingkungan di kawasan objek wisata Danau Rawa Pening

Tempat pembakaran sampah

Kondisi tumbuhan air

Bangunan liar di pinggiran danau Sampah yang dibuang sembarangan


(6)