Perikanan danau Kerajinan dan industri

31 sebelah selatan Rawa Pening yaitu di Bukit Cinta. Pemanfaatan sumberdaya Danau Rawa Pening sebagai kawasan wisata mulai dikembangkan dengan dibangunnya Bukit Cinta pada tahun 1967. Bukit Cinta merupakan kawasan yang langsung bersinggunggan dengan danau dan aktifitas wisatawan yang dapat dilakukan antara lain duduk santai sambil melihat pemandangan, memancing, dan berperahu. Danau Rawa Pening juga terdapat taman bermain, rekreasi air, dan peninggalan benda bersejarah. Selain Bukit Cinta terdapat banyak tempat wisata yang berdekatan dengan Bukit Cinta, seperti Wisata Pemandian Muncul, Wisata Pendidikan Langen Tirta Muncul, Rawa Permai, Bandungan, dan Lopait. Sektor pariwisata ini dapat meningkatkan perekonomian masyarakat di sekitar kawasan wisata seperti adanya pengembangan usaha jasa transportasi perahu, pedagang makanan dan souvenir, dan usaha wiraswasta lainnya.

4.3.5. Perikanan danau

Danau Rawa Pening merupakan danau yang memiliki potensi sumberdaya perikanan yang besar dan dapat menghidupi 1.934 jiwa yang bekerja sebagai nelayan di Rawa Pening. Berdasarkan data statistik Dinas Perikanan Kabupaten Semarang 2008 jumlah keramba jaring apung dan jaring insang tetap sebanyak 609 buah. Produksi ikan tertinggi yang pernah dicapai dikawasan ini telah mencapai ±700 tontahun dengan jenis ikan nila, mujair, tawes, dan jenis ikan lainnya seperti wader, betutu, gabus. Perikanan Danau Rawa Pening terdapat 3 kegiatan yakni penangkapan ikan, kegiatan budidaya ikan, dan pemeliharaan atau konservasi. Kegiatan budidaya ikan dapat dilakukan perorangan ataupun kelompok yakni berupa keramba jaring apung KJA dan untuk kegiatan pemeliharaan yaitu dengan melakukan penebaran benih ikan restocking dan pengendalian eceng gondok. Salah satu jenis ikan yang dipelihara di keramba jaring apung KJA adalah ikan nila yang dibudidayakan dengan waktu pemeliharaan 7-12 bulan dengan produksi maksimal yang ingin dicapai 100 kg per petak dengan rata-rata berat ikan 150 per ekor. Usaha keramba jaring apung lebih diminati daripada kegiatan penangkapan, hal tersebut dikarenakan adanya penurunan produksi ikan karena penangkapan ikan yang berlebihan dan banyaknya tumbuhan air. Nelayan yang akan mengembangkan keramba jaring apung memerlukan modal minimal sebesar 20 juta. Karena modalnya terbatas, budidaya yang diupayakan masih minim modal, yakni berkisar Rp. 2 juta per unit, sehingga hasilnya pun belum optimal. Selain itu juga pemahaman nelayan 32 mengenai aspek teknologi masih minim sehingga nelayan pun belum efektif dalam mengelola usahanya, termasuk dalam pemberian pakan yang belum optimal sehingga pengembangbiakan ikan menjadi lambat.

4.3.6. Kerajinan dan industri

Eceng gondok yang menutupi Danau Rawa Pening dimanfaatkan sebagai bahan baku industri kerajinan dengan memanfaatkan batangnya. Eceng gondok rata-rata dapat diambil 1.000 kghari dan bisa mencapai sekitar 1 dari luasan danau yang tertutup eceng gondok dengan harga sebesar 125,00kg basah dan Rp. 2.000,00kg kering. Menurut salah satu responden masyarakat yang bekerja sebagai pengumpul eceng gondok, dia dapat memperoleh uang sampai Rp. 20.000,00hari dari hasil penjualan eceng gondok kering bila pada musim kemarau karena intensitas cahaya matahari tinggi. Penambangan gambut merupakan salah satu potensi industri yang perlu dikembangkan karena dapat mengurangi sedimentasi di dasar danau. Gambut tersebut berasal dari tanah terapung yang disebabkan oleh tekanan gas-gas hasil proses dekomposisi bahan organik, terhadap lapisan tanah organik. Tanah hitam tersebut muncul sedikit demi sedikit ke permukaan air disertai munculnya gelembung gas dan bau pembusukan Notosoedarmo 2003. Penambangan gambut tersebut digunakan untuk kegiatan industri pengolah pupuk yang bahan bakunya berasal dari dekomposisi tumbuhan air dan akibat sedimentasi atau masyarakat sekitar mengatakan gambut. Produktivitas pengolahan pupuk tersebut sebesar 54.000 m 3 tahun yang pengambilannya dilakukan secara tradisional yaitu dengan menggunakan alat bantu berupa perahu dan alat galian. 4.4. Kondisi Sosial Ekonomi Penduduk di Desa Kebondowo 4.4.1. Jumlah penduduk