40 Masyarakat Kamal Muara sebagian besar berprofesi sebagai buruh pabrik
996 jiwa, pedagangpengusaha 908 jiwa, dan nelayan 658 jiwa. Rata-rata penghasilan masyarakat Kamal Muara berada pada kelas menengah ke bawah
dengan pendapatan per tahun sebesar Rp 1 500 000 per bulan atau sebesar Rp 18 juta per tahun.
Data yang diperoleh dari Kelurahan Kamal Muara menunjukkan bahwa masyarakat Kamal Muara pada umumnya mengenyam pendidikan hanya
sampai tingkat Sekolah Dasar SD dengan jumlah 1 640 jiwa yang tidak tamat SD dan 1 588 jiwa yang tamat SD.
5.1. Permasalahan Lingkungan di Lokasi Penelitian
Kamal Muara merupakan wilayah yang mengalami kesulitan dalam memperoleh air bersih. Kondisi wilayah yang dekat dengan laut menyebabkan
kualitas air tanah di Kamal Muara cenderung payau. Hal ini diperparah dengan
tidak terjangkaunya akses pipa PDAM Perusahaan Daerah Air Minum dalam mendistribusikan air. Pemenuhan kebutuhan air bersih dilakukan dengan cara
membuat terminal air, sumur pompa dan sumur bor yang dikelola oleh pihak swasta. Masyarakat terbiasa membeli air untuk memenuhi segala kebutuhan
termasuk untuk minum, Mandi Cuci Kakus MCK, memasak dan lain-lain. Permasalahan lain yang juga terdapat di Kamal Muara yaitu banjir pasang
yang terjadi hampir setiap bulan Lampiran 15. Pemerintah dalam hal ini memberikan bantuan dalam pembangunan tanggul dan peninggian jalan yang
bertujuan untuk mengurangi dampak banjir pasang. Pembangunan tanggul ini hanya dapat menghalangi banjir untuk sementara, namun tidak dapat mengatasi
banjir pasang yang terjadi.
41 Pemanasan global yang terjadi meningkatkan level muka air laut yang
menyebabkan terendamnya wilayah pesisir laut banjir pasang. Kondisi ini akan menimbulkan genangan terutama ketika permukaan tanah di wilayah yang terkena
banjir lebih rendah dari air pasang naik, seperti yang terjadi di Kamal Muara. Selain itu, berkurangnya ekosistem mangrove di wilayah Kamal Muara juga turut
memperparah dampak banjir pasang terhadap masyarakat pesisir.
5.2. Karakteristik Rumahtangga Sampel
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah rumahtangga yang bertempat tinggal di RW 01 dan RW 04 di Kamal Muara. Rumahtangga adalah
seseorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik dan umumnya tinggal bersama serta makan dari satu dapur. Satu dapur
artinya bahwa pembiayaan keperluan dan pengurusan kebutuhan sehari-hari dikelola bersama-sama BPS, 2000. Karakteristik rumahtangga sampel diperoleh
melalui wawancara dengan responden yang dilihat dari beberapa aspek meliputi: pendidikan, lama tinggal, pendapatan dan pengeluaran rumahtangga, jenis rumah,
luas rumah, jumlah anggota keluarga dan lokasi rumah Lampiran 10.
5.2.1. Pendidikan
Tingkat pendidikan yang diamati dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan kepala keluarga dalam suatu rumahtangga. Sebanyak 28 kepala
keluarga hanya mengenyam pendidikan sampai tamat SD 42 persen. Sisanya, 18 kepala keluarga menempuh pendidikan sampai tamat SMA 27 persen, 11 kepala
keluarga tidak sekolah 17 persen dan 9 kepala keluarga mengenyam pendidikan sampai tamat SMP 14 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa pada umumnya
42 tingkat pendidikan kepala rumahtangga masih rendah karena sebagian besar
mengenyam pendidikan hanya sampai SD.
5.2.2. Lama tinggal
Sebanyak 21 32 persen kepala keluarga mengaku sebagai penduduk asli yang turun temurun telah mendiami wilayah Kamal Muara. Sementara itu, 45 68
persen kepala keluarga merupakan pendatang yang sebagian besar menempati wilayah RW 04. Alasan penduduk pendatang untuk mendiami wilayah Kamal
Muara diantaranya yaitu ingin mencari pekerjaan, tidak ada alternatif tempat tinggal lain, dan berbagai alasan lain Tabel 3 dengan lama tinggal rata-rata
adalah 20 tahun. Berdasarkan Tabel 3, dapat diketahui bahwa sebagian besar rumahtangga
tinggal di Kamal Muara dengan alasan adanya penggusuran yang dilakukan oleh pemerintah. Sebagai gantinya, pemerintah memberikan tempat di pesisir Kamal
Muara RW 04 untuk dijadikan tempat tinggal.
Tabel 3. Alasan Rumahtangga untuk Tinggal di Kamal Muara
No Alasan Tinggal
Sampel Rumahtangga Jumlah
1. Tidak memiliki alternatif lain karena kurang modal
2 3
2. Dekat dengan tempat bekerja
17 26
3. Warisan leluhur dan karena lahir di kawasan ini
21 32
4. Alasan lain digusur
26 32
Total 66 100
5.2.3. Pendapatan dan Pengeluaran Rumahtangga
Rata-rata pendapatan rumahtangga pesisir di Kamal Muara sebesar Rp 42 508 258 per tahun. Jumlah pendapatan terendah sebesar Rp 4 562 500 per tahun
sedangkan pendapatan tertinggi sebesar Rp 200 750 000 per tahun. Pendapatan
43 rumahtangga diperoleh dari total pendapatan setiap anggota keluarga yang
bekerja. Gambaran mengenai jumlah pendapatan dan pengeluaran rumahtangga pesisir di Kamal Muara tercantum dalam Tabel 4
berikut.
Tabel 4. Jumlah Pendapatan dan Pengeluaran Rumahtangga Pesisir di Kamal Muara Tahun 2007-2009
No. Jumlah Pendapatan dan Pengeluaran
Rptahun Sampel Rumahtangga
Jumlah
1. Jumlah Pendapatan Rptahun a.
≤ 10 000 000 9
14 b. 10 000 000 x
≤ 50 000 000 41 62
c. 50 000 000 x ≤ 100 000 000
9 14
d. 100 000 000 7
10 2.
Jumlah Pengeluaran Rptahun 2.1. Konsumsi
a. ≤ 10 000 000
6 9
b. 10 000 000 x ≤ 25 000 000
35 53
c. 25 000 000 x ≤ 50 000 000
22 33
d. 50 000 000 3
5 2.2. Investasi
a. 0 20 30
b. ≤ 1 000 000
3 5
c. 1 000 000 x ≤ 10 000 000
31 47
d. 10 000 000 x ≤ 20 000 000
6 9
e. 20 000 000 6
9
Pengeluaran rumahtangga terbagi dalam dua kategori yaitu pengeluaran untuk konsumsi dan pengeluaran untuk investasi. Rata-rata pengeluaran untuk
konsumsi sebesar Rp 42 202 471 per tahun sedangkan rata-rata pengeluaran untuk investasi sebesar Rp 5 259 576 per tahun. Jumlah pengeluaran minimum untuk
konsumsi sebesar Rp 7 005 400 per tahun sedangkan jumlah pengeluaran maksimum untuk konsumsi sebesar Rp 1 203 357 000 per tahun. Jumlah
pengeluaran minimum untuk investasi sebesar Rp 0 per tahun sedangkan jumlah pengeluaran maksimum untuk investasi sebesar Rp 51 525 000 per tahun. Secara
44 lebih jelas, gambaran mengenai jumlah pengeluaran untuk konsumsi dan investasi
rumahtangga tercantum dalam Lampiran 11.
5.2.4. Jenis Rumah
Jenis rumah yang umumnya dimiliki oleh pesisir di Kamal Muara yaitu jenis rumah permanen dan nonpermanen. Rumah permanen adalah rumah yang
lantai serta dindingnya dibuat dari campuran pasir, batu-bata dan semen. Rumah nonpermanen adalah rumah yang tidak terbuat dari campuran pasir dan semen
maupun campuran batu bata serta potongan besi dan bambu, namun terbuat dari bambu atau jalinan bambu saja serta jenis lainnya Marfai et al. 2008.
Rumahtangga yang memiliki rumah permanen sebanyak 48 73 persen rumahtangga sedangkan rumahtangga yang memiliki rumah nonpermanen
sebanyak 18 27 persen rumahtangga. Hal ini mengindikasikan bahwa rumahtangga yang memiliki rumah permanen lebih banyak dibandingkan
rumahtangga yang memiliki rumah nonpermanen. Rumah nonpermanen yang terdapat di lokasi penelitian merupakan jenis rumah panggung yang dibuat hanya
dari kayu serta bambu. Sebagian besar rumahtangga yang memiliki rumah nonpermanen berlokasi di RW 04 yang lebih dekat dari pantai.
5.2.5. Luas Rumah
Informasi mengenai luas rumah diperoleh dari wawancara dengan responden. Rata-rata luas rumah untuk rumahtangga yang dijadikan sampel adalah
60 m
2
. Pembagian kelas rumahtangga berdasarkan luas rumah dibagi menjadi dua kelas sesuai rata-rata luas rumah seluruh rumahtangga yang dijadikan sampel.
Dengan demikian diperoleh kelas sampel untuk rata-rata luas rumah yaitu ≤ 60 m
2
dan 60 m
2
. Jumlah rumahtangga yang memiliki luas ≤ 60 m
2
sebanyak 42 64
45 persen rumahtangga. Jumlah rumahtangga yang memiliki luas 60 m
2
sebanyak 24 36 persen rumahtangga. Sebagian besar rumahtangga memiliki rumah yang
relatif sempit karena keterbatasan areal permukiman yang ditempati.
5.2.6. Jumlah Anggota Keluarga
Berdasarkan data yang diperoleh Tabel 5, rumahtangga yang memiliki jumlah anggota keluarga lima orang memiliki persentase sebesar 25 persen. Hal
ini menunjukkan bahwa jumlah anggota keluarga lima orang merupakan jumlah anggota keluarga yang paling banyak dimiliki oleh rumahtangga pesisir di Kamal
Muara. Jumlah anggota keluarga dua orang merupakan jumlah anggota keluarga yang paling sedikit dimiliki oleh rumahtangga pesisir di Kamal Muara. Gambaran
mengenai jumlah anggota keluarga yang dimiliki seluruh rumahtangga tercantum dalam Tabel 5.
Tabel 5. Jumlah Anggota Keluarga Rumahtangga Pesisir di Kamal Muara Tahun 2007-2009
No. Jumlah Anggota Keluarga
Sampel Rumahtangga Jumlah
1. 2 orang
4 6
2. 3 orang
6 9
3. 4 orang
14 21
4. 5 orang
16 25
5. 6 orang
12 18
6. 7 orang
8 12
7. Lebih dari 7 orang
6 9
Total 66
100
5.2.7. Lokasi Rumah
Lokasi rumah dibagi dalam dua tempat yaitu lokasi rumah di RW 01 jauh dari pantai dan lokasi rumah di RW 04 dekat dari pantai. Sebanyak 30 45
persen rumahtangga tinggal di RW 01 dan sebanyak 36 55 persen rumahtangga tinggal di RW 04. Pengambilan sampel lebih banyak dilakukan di RW 04 karena
RW 04 lebih sering mengalami banjir dibandingkan dengan RW 01. Lokasi rumah
46 yang paling dekat dari pantai adalah RW 04 sedangkan RW 01 letaknya lebih jauh
dari pantai. Gambar 2 adalah peta wilayah Kamal Muara.
Sumber : Kelurahan Kamal Muara
Gambar 2. Peta Wilayah Kamal Muara Tahun 2009 5.3.
Karakteristik Banjir Pasang Menurut Rumahtangga Pesisir di Kamal Muara
Letak wilayah Kamal Muara yang berbatasan langsung dengan laut, kali serta muara sungai juga memicu ancaman banjir yang datang. Sehingga apabila
periode pasang laut sedang tinggi maka air akan meluap dari muara sungai dan kali. Rumahtangga yang tinggal di Kamal Muara setiap saat mengalami ancaman
banjir pasang dengan ketinggian yang bervariasi dan selalu mengalami peningkatan setiap tahun. Hal ini dapat disebabkan oleh dampak pemanasan
global maupun karena faktor lain seperti gejala penurunan tanah dan berkurangnya kawasan mangrove.
Rumahtangga yang dijadikan sampel dalam penelitian ini memiliki pendapat yang berbeda-beda mengenai karakteristik banjir pasang. Hal ini terlihat
dari ketinggian serta lama banjir yang tidak sama menurut setiap rumahtangga
47 Tabel 6. Perbedaan pendapat mengenai ketinggian serta lama banjir disebabkan
oleh perbedaan kemiringan tanah antar masing-masing wilayah, drainase yang kurang baik dan lain-lain.
Tabel 6. Karakteristik Banjir Pasang Menurut Rumahtangga Pesisir di Kamal Muara Tahun 2007-2009
No. Karakteristik Banjir Pasang
Sampel Rumahtangga Jumlah
1. Lama banjir pasang jamhari
a. ≤ 2
3 5
b. 2 x ≤ 12
55 83
d. 12 8
12 2.
Frekuensi banjir pasang haribulan a.
≤ 7 12
18 b. 7 x
≤ 14 24
36 c. 14 x
≤ 28 30
46 3.
Tinggi banjir pasang cm a.
≤ 15 7
11 b. 15 x
≤ 57 53
80 c. 57
6 9
Rumahtangga pada umumnya sadar akan resiko tinggal di pesisir pantai terutama di Kamal Muara. Meskipun demikian, karena keterbatasan lahan dan
modal, mereka tetap tinggal di kawasan ini. Kondisi lingkungan yang semakin parah drainase yang tidak baik, sulitnya mendapat air minum, sanitasi yang
minim, polusi udara dan lain-lain masih menjadi hal yang tidak mengganggu rumahtangga untuk tinggal di Kamal Muara. Hal ini terlihat dengan semakin
bertambahnya warga pendatang di Kamal Muara Tabel 2.
5.4. Penyebab Banjir Pasang Menurut Rumahtangga Pesisir di Kamal Muara
Sebanyak 41 62 persen rumahtangga mengaku bahwa mereka tahu akan penyebab banjir pasang yang terjadi di daerah Kamal Muara. Hal-hal yang
dikemukakan oleh rumahtangga sebagai penyebab terjadinya banjir pasang
48 adalah: 1 siklus pasang, 2 buruknya drainase di lingkungan sekitar rumah, 3
reklamasi pantai yang merusak ekosistem mangrove, 4 pembangunan permukiman di sekitar pantai, 5 pendangkalan kali, dan 6 lain-lain. Gambaran
mengenai penyebab banjir menurut rumahtangga tercantum dalam Tabel 7.
Tabel 7. Penyebab Banjir Pasang Menurut Rumahtangga Pesisir di Kamal Muara Tahun 2007-2009
No. Penyebab Banjir
Sampel Rumahtangga Jumlah
1. Siklus pasang
15 36
2. Pembangunan permukiman
9 22
3. Buruknya drainase
6 15
4. Reklamasi pantai
4 10
5. Pendangkalan kali
4 10
6. Lain-lain : pengambilan air tanah berlebihan, jebolnya tanggul dan banyaknya sampah
3 7
Subtotal 41 100
Penyebab yang paling banyak menimbulkan banjir menurut rumahtangga adalah siklus pasang. Mereka masih menganggap bahwa banjir pasang hanya
bentuk dari kejadian alam yang datang setiap waktu siklus pasang. Meskipun demikian, tidak sedikit yang telah menyadari bahwa banjir pasang disebabkan
oleh ulah manusia sendiri. Hal ini terlihat dalam Tabel 7, dimana penyebab selain siklus pasang merupakan penyebab banjir yang berasal dari tindakan manusia
sendiri pembangunan permukiman, buruknya drainase dan lain-lain.
49
VI. KERUGIAN FISIK RUMAHTANGGA PESISIR AKIBAT BANJIR PASANG
Informasi mengenai kerugian fisik diperoleh melalui wawancara serta observasi yang dilakukan terhadap rumahtangga yang dijadikan sampel dalam
penelitian. Kerugian fisik adalah biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh rumahtangga dalam menghadapi masalah banjir, meliputi biaya kehilangan dan
biaya perbaikan komponen rumah dan peralatannya yang rusak akibat banjir. Kerugian fisik dihitung selama tahun 2007-2009. Hal ini disebabkan ada
perbedaan setiap rumahtangga dalam melakukan tindakan perbaikan pada kurun waktu 2007-2009. Artinya, dalam kurun waktu tersebut tidak semua rumahtangga
yang mengeluarkan biaya perbaikan dan menanggung biaya kehilangan setiap tahun.
6.1. Identifikasi Kerugian Fisik
Kerugian fisik yang dialami rumahtangga pesisir berkaitan dengan kerusakan fisik yang terjadi akibat banjir. Kerusakan fisik terdiri dari kerusakan
komponen rumah dan kerusakan peralatan rumahtangga. Berdasarkan Tabel 8, diketahui bahwa sebanyak 94 persen dari 66 rumahtangga 62 rumahtangga
mengatakan bahwa banjir mengakibatkan terjadinya kerusakan komponen rumah. Kerusakan fisik komponen rumah yang paling banyak dirasakan oleh
rumahtangga yaitu kerusakan lantai, dinding dan pintu. Jenis kerusakan lain yang dirasakan oleh rumahtangga yaitu rusaknya tiang rumah dan kombinasi lain.
Rusaknya tiang rumah biasanya terjadi pada jenis rumah nonpermanen. Kombinasi lain adalah kombinasi kerusakan fisik antara lantai, pintu, dinding,
jendela, kusen dan tiang rumah.