78 kakus biasanya memiliki jamban atau kamar mandi yang rendah sehingga rentan
tergenang air ketika terjadi banjir. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa jenis kerugian nonfisik akibat banjir pasang terhadap aktifitas,
yang dialami oleh rumahtangga pesisir di Kamal Muara yaitu rasa tidak nyaman dalam melakukan pekerjaan. Nilai dari kerugian fisik yang dialami oleh
rumahtangga pesisir di Kamal Muara tidak dihitung karena sebagian besar anggota rumahtangga tidak mengalami kehilangan pendapatan dan hanya sedikit
anggota rumahtangga yang mengeluarkan biaya untuk MCK ketika banjir pasang terjadi.
7.3. Kerugian Nonfisik Akibat Banjir Pasang Terhadap Transportasi
Alat transportasi yang umumnya digunakan rumahtangga pesisir di Kamal Muara untuk beraktifitas yaitu becak, motor dan mobil. Sebanyak 80 persen 53
rumahtangga mengatakan bahwa tidak terjadi kenaikan biaya transportasi ketika banjir terjadi di Kamal Muara, sedangkan 20 persen 13 rumahtangga
mengatakan terjadi kenaikan biaya transportasi sebesar Rp 500 s.d. Rp 2 000. Alasan-alasan yang menyebabkan tidak terjadi kenaikan biaya transportasi
meskipun terjadi banjir adalah letak jalan raya yang lebih tinggi dibandingkan dengan kawasan perumahan, serta jarak antara rumah dengan jalan raya yang
tidak terlalu jauh. Oleh karena itu, ketika banjir jalan raya tidak sampai terendam air dan anggota rumahtangga hanya menempuhnya dengan berjalan kaki.
7.4. Kerugian Nonfisik Lain Akibat Banjir Pasang
Selain kerugian nonfisik terhadap kesehatan, aktifitas dan transportasi, banjir pasang juga menimbulkan kerugian lain yang menganggu kegiatan anggota
rumahtangga. Kerugian nonfisik lain yang dirasakan oleh rumahtangga pesisir
79 ketika terjadi banjir pasang adalah padamnya listrik dan adanya aktifitas tambahan
untuk anggota keluarga. Aktifitas tambahan untuk anggota rumahtangga adalah memindahkan barang-barang ke tempat yang lebih tinggi serta membersihkan
rumah dan lingkungan sekitar setelah banjir surut. Semua rumahtangga mengatakan bahwa banjir pasang membuat mereka secara rutin harus
membersihkan rumah dan lingkungan mereka dari sampah apabila banjir telah surut.
Sebanyak 76 persen 50 rumahtangga mengatakan bahwa adanya banjir pasang tidak menimbulkan padamnya listrik, sedangkan 24 persen 16
rumahtangga mengatakan bahwa banjir pasang menimbulkan padamnya listrik. Perbedaan persepsi mengenai padamnya listrik ketika banjir terjadi karena
responden yang diwawancarai sulit mengingat kejadian banjir pasang untuk tiga tahun yang lalu yaitu tahun 2007-2009 secara detail. Rumahtangga yang listriknya
padam ketika terjadi banjir menggunakan lilin dan lampu minyak sebagai alternatif penerangan. Rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk penggunaan
alternatif penerangan ini sebesar Rp 5 275 per rumahtangga.
80
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan