14 rumahtangga dan penyingkatan umur rumah. Kerugian sosial berupa
terganggunya pekerjaan dan sekolah karena banjir.
2.5. Tindakan Adaptasi Terhadap Banjir Pasang
Menurut Diposaptono 2007, tiga pola atau strategi yang dapat dilakukan dalam adaptasi terhadap banjir pasang di wilayah pesisir adalah:
1. Pola protektif yaitu dengan membuat bangunan pantai yang mampu
mencegah banjir pasang agar tidak masuk ke darat serta dengan melakukan restorasi melalui peremajaan pantai dan rehabilitasi mangrove.
2. Pola adaptif yaitu menyesuaikan dengan banjir pasang. Rumah-rumah
penduduk dibuat model panggung agar aman dari genangan air laut terutama pada waktu banjir pasang.
3. Pola mundur retreat. Pola ini bertujuan menghindari genangan dengan cara
merelokasi permukiman, industri, daerah pertanian dan lain-lain ke arah darat agar tidak terjangkau air laut akibat banjir pasang.
Beberapa adaptasi yang dilakukan oleh masyarakat dalam menghadapi masalah banjir pasang diantaranya adalah meninggikan rumah, meninggikan
lantai di atas level air banjir, meninggikan halaman sekitar rumah, dan membuat bendungan dam kecil untuk mencegah masuknya air ke dalam rumah. Bentuk
adaptasi ini biasanya dilakukan berdasarkan tingkat pendapatan masyarakat. Masyarakat yang berpendapatan tinggi dapat membangun kembali tempat tinggal
mereka dengan meninggikan lantai sekitar satu meter di atas tanah. Sebaliknya, masyarakat yang tidak dapat meninggikan lantai rumah, melakukan tindakan
15 adaptasi berupa membuat bendungan kecil di depan rumah mereka Marfai et al.
2008. Astuti 2002 membagi tiga tindakan adaptasi masyarakat pesisir Jakarta
dalam menghadapi banjir pasang yaitu tindakan adaptasi fisik, tindakan adaptasi nonfisik, reklamasi. Adaptasi fisik berupa penyesuaian bentuk rumah dengan cara
meninggikan lantai rumah dan membuat tanggul. Adaptasi nonfisik berupa penyesuaian diri masing-masing anggota masyarakat dengan kondisi banjir
dengan cara tetap melakukan pekerjaan dan aktifitas lainnya. Reklamasi merupakan tindakan adaptasi yang dilakukan oleh pemerintah yang berhubungan
dengan pembangunan sarana dan prasarana yang menunjang. Perbedaan yang terdapat pada penelitian ini dengan penelitian-penelitian
sebelumnya yaitu pada kajian mengenai kerugian fisik akibat banjir yang terjadi di salah satu kawasan pesisir Jakarta Kamal Muara dan faktor-faktor apa saja
yang mempengaruhi nilai kerugian fisik tersebut. Kerugian fisik dalam penelitian ini berkaitan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan akibat kerusakan fisik yang
terjadi karena banjir. Selain itu, penelitian ini juga secara tidak langsung menggambarkan fenomena banjir pasang yang terjadi di kawasan pesisir Jakarta
terkait dengan kenaikan level muka air laut, penurunan tanah dan berbagai isu lingkungan yang terjadi di kawasan pesisir Jakarta.
16
III. KERANGKA PEMIKIRAN