Tabel 2. lanjutan
Basis Pendekatan
Kelompok Indikator-indikator Operasional
d. Regional Balance 1 Spatial Balance primacy index, entropy, index
Williamson 2 Sentral Balance
3 Capital Balance 4 Sector balance
3. Keberlanjutan Sustainability
a. Dimensi Lingkungan b. Dimensi Ekonomi
c. Dimensi Sosial
Sumberdaya 1. Sumberdaya
Manusia a. Knowledge Education
b. Skill Keterampilan c. Competency
d. Etos KerjaSosial e. PendapatanProduktivitas
f. Kesehatan g. Indeks Pembangunan Manusia IPM atau Human
Development Index HDI
2. Sumberdaya Alam
a. Tekanan Degradasi b. Dampak
c. Degradasi 3. Sumberdaya
Buatan Sarana dan Prasarana
a. Skalogram Fasilitas Pelayanan b. Aksesibilitas terhadap fasilitas
4. Sumberdaya Sosial Social
Capital a. RegulasiAturan-aturan AdatBudaya norm
b. Organisasi Sosial network c. Rasa percaya trust
Proses Pembangunan
1. Input a. Input Dasar SDA, SDM, Infrastruktur, SDS
2. Proses Implementasi
b. Input Antara 3. Output
c. Total Volume Produksi 4. Outcome
5. Benefit 6. Impact
Sumber: Rustiadi, et al. 2009
2.3 Wilayah Perbatasan
Kawasan Perbatasan adalah bagian dari Wilayah Negara yang terletak pada sisi dalam sepanjang batas wilayah Indonesia dengan negara lain. Dalam hal
Batas Wilayah Negara di darat, Kawasan Perbatasan berada di kecamatan. Kawasan perbatasan merupakan wilayah yang secara geografis berbatasan
langsung dengan negara tetangga dengan fungsi utama mempertahankan kedaulatan negara dan kesejahteraan masyarakat. Wilayah yang dimaksud adalah
wilayah Provinsi, KabupatenKota, dan atau Kecamatan yang bagian wilayahnya secara geografis bersinggungan langsung dengan garis batas
negara atau wilayah negara danatau yang memiliki hubungan fungsional keterkaitan. Anonim,
2011. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2008
tentang Wilayah Negara, Kawasan perbatasan adalah suatu kawasan yang merupakan bagian dari wilayah negara yang terletak pada sisi dalam sepanjang
batas wilayah Indonesia dengan negara lain, dalam hal batas wilayah negara di darat, kawasan perbatasan berada di kecamatan. Wilayah perbatasan menurut
buku utama rencana induk pengelolaan perbatasan negara merupakan wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berbatasan dengan negara lain,
dan batas-batas wilayahnya ditentukan berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku.
Wilayah perbatasan di Indonesia secara umum dicirikan antara lain oleh : 1 letak geografisnya berbatasan langsung dengan negara lain, bisa propinsi,
kabupatenkota maupun kecamatan yang memiliki bagian wilayahnya langsung bersinggungan dengan garis batas negara. 2 kawasan perbatasan umumnya
masih relatif terpencil, miskin, kurangnya sarana dan prasarana dasar sosial dan ekonomi serta 3 kondisi pertumbuhan ekonomi wilayahnya relatif terlambat
dibandingkan dengan wilayah lain di negara lain. Nurdjaman dan Raharjo 2005 menyatakan bahwa perbatasan negara
adalah wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI yang berbatasan dengan negara lain, dan batas-batas wilayahnya ditentukan
berdasarkan perundang-undangan yang berlaku. Bappenas 2005 menyatakan bahwa wilayah perbatasan adalah wilayah geografis yang berhadapan dengan
negara tetangga, dimana penduduk yang bermukim di wilayah tersebut disatukan melalui hubungan sosio-budaya dengan cakupan wilayah administratif tertentu
setelah ada kesepakatan negara yang berbatasan. Kawasan perbatasan Indonesia terdiri atas perbatasan kontinen yang berbatasan langsung dengan negara lain
yakni: Malaysia, Papua New Guinea PNG dan Republik Demokratik Timor
Leste RDTL serta perbatasan maritim yang berbatasan dengan 10 negara, yaitu India, Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, Filipina, Republik Palau,
Australia, RDTL, dan PNG. Setiap kawasan perbatasan memiliki ciri khas masing-masing dan potensi
yang berbeda antar satu kawasan dengan kawasan yang lainnya. Potensi yang dimiliki kawasan perbatasan yang bernilai ekonomis cukup besar adalah potensi
sumberdaya alam hutan, tambang dan mineral, serta perikanan dan kelautan yang terbentang di sepanjang dan di sekitar kawasan perbatasan. Meskipun
demikian, wilayah perbatasan selalu menjadi wilayah yang hampir luput dari perhatian pemerintah dalam proses pembangunan sehingga masyarakat wilayah
perbatasan menjadi masyarakat yang termarginalkan. Menurut Nurdjaman dan Rahardjo 2005 secara umum kebutuhan dan
kepentingan percepatan pembangunan wilayah perbatasan menghadapi tantangan antara lain mencakup delapan aspek kehidupan sebagai berikut: 1 aspek
geografis yang meliputi kebutuhan jalan penghubung, landasan pacu dan sarana komunikasi yang memadai untuk keperluan pembangunan wilayah perbatasan
antar negara. 2 aspek demografis, yang meliputi pengisian dan pemerataan penduduk untuk keperluan sistem hankamrata termasuk kekuatan cadangannya
melalui kegiatan transmigrasi dan pemukiman kembali penduduk setempat; 3 aspek sumberdaya alam SDA, yang meliputi survei dan pemetaan sumberdaya
alam guna menunjang pembangunan dan sebagai obyek yang perlu dilindungi pelestarian dan keamanannya; 4 aspek ideologi, yang meliputi pembinaan dan
penghayatan ideologi yang mantap untuk mengenal ideologi asing yang masuk dari negara tetangga; 5 aspek politik, yang meliputi pemahaman sistem politik
nasional, terselenggaranya aparat pemerintah yang berkualitas sebagai mitra aparat hankam dalam pembinaan teritorial setempat; 6 aspek ekonomi, yang
meliputi pembangunan wilayah kesatuan ekonomi yang dapat berfungsi sebagai penyangga wilayah; 7 aspek sosial budaya, yang meliputi peningkatan
pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan yang memadai untuk mengurangi kerawanan di bidang keamanan, serta nilai budaya setempat yang tangguh
terhadap penetrasi budaya asing; 8 aspek hankam, yang meliputi pembangunan pos-pos perbatasan, pembentukan aspek pengamanan sabuk pengaman security
belt , dan pembentukan kekuatan pembinaan teritorial yang memadai serta
perangkat komando dan pengendalian yang mencukupi.
2.4 Disparitas