Pembangunan Wilayah TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembangunan Wilayah

Rustiadi et al. 2009 berpendapat bahwa secara filosofis suatu proses pembangunan dapat diartikan sebagai upaya yang sistematis dan berkesinambungan untuk menciptakan keadaan yang dapat menyediakan berbagai alternatif yang sah bagi pencapaian aspirasi setiap warga yang paling humanistik. Pembangunan dapat dikonseptualisasikan sebagai suatu proses perbaikan yang berkesinambungan atas suatu masyarakat atau suatu sistem sosial secara keseluruhan menuju kehidupan yang lebih baik atau lebih manusiawi, dan pembangunan adalah mengadakan atau membuat atau mengatur sesuatu yang belum ada. Untuk mencapai tujuan-tujuan pembangunan yang diinginkan, upaya- upaya pembangunan harus diarahkan pada “efisiensi efficiency, pemerataan equity, dan keberlanjutan sustainability Anwar, 2005; Rustiadi et al., 2007 dalam memberikan panduan pada alokasi segala sumberdaya semua capital yang berkaitan dengan natural, human, man-made maupun social, baik pada tingkatan nasional, regional, maupun lokal. Dalam kerangka pembangunan Nasional di Indonesia, pada Garis Besar Haluan Negara GBHN tahun 1993, pembangunan daerah diarahkan untuk memacu pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat, menggerakkan prakarsa dan peranserta masyarakat dalam pendayagunaan potensi daerah secara optimal dan terpadu. Pemerataan dan keberimbangan dapat diwujudkan melalui pembangunan daerah yang mampu mengembangkan potensi-potensi pembangunan sesuai kapasitasnya, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Anonim, 2004. Menurut Pravitasari 2009, paradigma baru pembangunan menuntut adanya keserasian dan keseimbangan antara pertumbuhan dan pemerataan, atau growth with equity. Strategi demikian juga merupakan koreksi atas kebijakan pembangunan terhadulu, yang dikenal dengan istilah tricle down effect. Strategi tricle down effect mengasumsikan perlunya memprioritaskan pertumbuhan ekonomi terlebih dahulu, baru kemudian dilakukan pemerataan. Kenyataannya di banyak negara termasuk Indonesia, teori ini gagal menciptakan kemakmuran untuk semua. Sebagaimana konsep temuan Kuznets 1945: kurva U-terbalik yang mengatakan bahwa bagi negara yang pendapatannya rendah, tumbuhnya perekonomian harus mengorbankan pemerataan trade off antara pertumbuhan dan pemerataan

2.2 Indikator Pembangunan Wilayah