kedalam disparitas antar wilayah pengembangan dan antar wilayah didalam wilayah pengembangan.
2.5 Faktor Penyebab Disparitas Pembangunan
Terdapat beberapa faktor utama yang menyebabkan terjadinya disparitas antar wilayah. Faktor-faktor ini terkait dengan variabel fisik dan sosial ekonomi
wilayah. Menurut Murty 2000, faktor-faktor utama tersebut adalah sebagai berikut:
1 Faktor Geografi Pada suatu wilayah atau daerah yang cukup luas akan terjadi perbedaan
distribusi sumberdaya alam, sumberdaya pertanian, topografi, iklim, curah hujan, sumberdaya mineral dan variasi spasial lainnya. Apabila faktor-faktor lain sama,
maka kondisi geografi yang lebih baik akan menyebabkan suatu wilayah akan berkembang lebih baik.
2 Faktor Sejarah Tingkat perkembangan masyarakat dalam suatu wilayah sangat tergantung
dari apa yang telah dilakukan pada masa lalu. Bentuk kelembagaan atau budaya dan kehidupan perekonomian pada masa lalu merupakan penyebab yang cukup
penting terutama yang terkait dengan sistem insentif terhadap kapasitas kerja dan enterpreneurship
. 3 Faktor Politik
Instabilitas politik sangat mempengaruhi proses perkembangan dan pembangunan di suatu wilayah. Politik yang tidak stabil akan menyebabkan
ketidakpastian di berbagai bidang terutama ekonomi. Ketidakpastian tersebut mengakibatkan keraguan dalam berusaha atau melakukan investasi sehingga
kegiatan ekonomi di suatu wilayah tidak akan berkembang, bahkan mungkin saja terjadi pelarian modal ke luar wilayah, untuk diinvestasikan ke wilayah yang lebih
stabil. 4 Faktor Kebijakan
Disparitas antar wilayah juga bisa diakibatkan oleh kebijakan pemerintah. Kebijakan pemerintah yang sentralistik hampir di semua sektor, dan lebih
menekankan pada pertumbuhan ekonomi dan membangun pusat-pusat pembangunan di wilayah tertentu menyebabkan kesenjangan yang luar biasa antar
daerah Rustiadi dan Pribadi 2006. Menurut Nurzaman 2002, diduga sejak tahun1980-an, yaitu sejak diterapkannya kebijakan pembangunan dengan
penekanan pada sektor industri, kesenjangan wilayah di Indonesia makin membesar, baik antar sektor, antar pelaku ekonomi, maupun antar wilayah.
5 Faktor Administratif Kesenjangan wilayah dapat terjadi karena perbedaan kemampuan
pengelola administrasi. Wilayah yang dikelola dengan administrasi yang baik cenderung lebih maju. Wilayah yang ingin maju harus mempunyai administrator
yang jujur, terpelajar, terlatih, dengan sistem administrasi yang efisien. 6 Faktor Sosial
Masyarakat yang tertinggal pada umumnya tidak memiliki institusi dan perilaku yang kondusif bagi berkembangnya perekonomian. Mereka masih
percaya pada kepercayaan yang primitif, kepercayaan tradisional dan nilai-nilai sosial yang cenderung konservatif dan menghambat perkembangan ekonomi.
Sebaliknya, masyarakat yang relatif maju umumnya memiliki institusi dan perilaku yang kondusif untuk berkembang. Perbedaan ini merupakan salah satu
penyebab kesenjangan wilayah. 7 Faktor Ekonomi
Faktor-faktor ekonomi yang menyebabkan terjadinya disparitas antar wilayah adalah sebagai berikut:
a Faktor ekonomi yang terkait dengan kuantitas dan kualitas dari faktor
produksi yang dimiliki seperti: lahan, infrastruktur, tenaga kerja, modal, organisasi dan perusahaan;
b Faktor ekonomi yang terkait dengan akumulasi dari berbagai faktor. Salah
satu contohnya adalah lingkaran setan kemiskinan, kondisi masyarakat yang tertinggal, standar hidup rendah, efisiensi rendah, konsumsi rendah,
tabungan rendah, investasi rendah, dan pengangguran meningkat. Sebaliknya, diwilayah yang maju, masyarakat maju, standar hidup tinggi,
pendapatan semakin tinggi, tabungan semakin banyak yang pada gilirannya akan semakin meningkatkan taraf hidup masyarakat;
c Faktor ekonomi yang terkait dengan kekuatan pasar bebas dan
pengaruhnya pada spread effect dan backwash effect. Kekuatan pasar
bebas telah mengakibatkan faktor-faktor ekonomi seperti tenaga kerja, modal, perusahaan dan aktifitas ekonomi seperti industri, perdagangan,
perbankan, dan asuransi yang memberikan hasil yang lebih besar, cenderung terkosentrasi di wilayah maju;
d Faktor ekonomi yang terkait dengan distorsi pasar, seperti immobilitas,
kebijakan harga, keterbatasan spesialisasi, keterbatasan keterampilan tenaga kerja dan sebagainya.
Menurut Tambunan 2003 faktor-faktor penyebab terjadinya disparitas ekonomi wilayah di Indonesia adalah:
1 Konsentrasi Kegiatan Ekonomi Wilayah Konsentrasi kegiatan ekonomi yang tinggi di daerah tertentu merupakan salah
satu faktor yang meyebabkan terjadinya ketimpangan atau disparitas pembangunan antar daerah. Ekonomi dari daerah dengan konsentrasi kegiatan
ekonomi tinggi cenderung tumbuh pesat, sedangkan daerah dengan tingkat konsentrasi ekonomi rendah akan cenderung mempunyai tingkat pembangunan
dan pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah. 2 Alokasi Investasi
Indikator lain yang juga menunjukkan pola serupa adalah distribusi investasi langsung, baik yang bersumber dari luar negeri PMA maupun dari dalam
negeri PMDN. Kurangnya investasi langsung di suatu wilayah membuat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan masyarakat per kapita di
wilayah tersebut rendah, karena tidak ada kegiatan-kegiatan ekonomi yang produktif seperti industri manufaktur.
3 Tingkat Mobilitas Faktor Produksi yang Rendah Antar Daerah Kurang lancarnya mobilitas faktor produksi seperti upahgaji dan tingkat suku
bunga atau tingkat pengembalian dari investasi langsung antar provinsi juga merupakan penyebab terjadinya ketimpangan ekonomi regional. Relasi antara
mobilitas faktor produksi dan perbedaan tingkat pembangunan atau pertumbuhan antar provinsi dapat dijelaskan dengan pendekatan analisis
mekanisme pasar output dan pasar input. Perbedaan laju pertumbuhan ekonomi antar provinsi membuat terjadinya perbedaan tingkat pendapatan per kapita
antar provinsi, dengan asumsi bahwa mekanisme pasar output dan input bebas,
mempengaruhi mobilitas atau realokasi faktor produksi antar provinsi. Jika perpindahan faktor produksi antar daerah tidak ada hambatan, maka
pembangunan ekonomi yang optimal antar daerah akan tercapai dan semua daerah akan lebih baik.
4 Perbedaan Sumberdaya Alam Antar Provinsi Pembangunan ekonomi di daerah yang kaya sumberdaya alam akan lebih maju
dan masyarakatnya lebih makmur dibandingkan dengan daerah yang miskin sumberdaya alam.
5 Perbedaan Kondisi Demografis Antar Wilayah Ketimpangan ekonomi regional di Indonesia juga disebabkan oleh perbedaan
kondisi demografis antar provinsi, terutama dalam hal jumlah dan pertumbuhan penduduk, tingkat kepadatan penduduk, pendidikan, kesehatan, disiplin
masyarakat dan etos kerja. Faktor-faktor ini mempengaruhi tingkat pembangunan dan pertumbuhan ekonomi lewat sisi permintaan dan sisi
penawaran. Dari sisi permintaan, jumlah penduduk yang besar merupakan potensi besar bagi pertumbuhan pasar, yang berarti faktor pendorong bagi
pertumbuhan kegiatan-kegiatan ekonomi. Dari sisi penawaran, jumlah populasi yang besar dengan pendidikan dan kesehatan yang baik, disiplin dan etos kerja
yang tinggi merupakan aset penting bagi produksi. 6 Kurang Lancarnya Perdagangan Antar Provinsi
Kurang lancarnya perdagangan antar daerah juga merupakan unsur yang turut menciptakan ketimpangan ekonomi regional di Indonesia. Ketidaklancaran
tersebut disebabkan terutama oleh keterbatasan transportasi dan komunikasi. Perdagangan antar provinsi meliputi barang jadi, barang modal, input
perantara, bahan baku, material-material lainnya untuk produksi dan jasa. Tidak lancarnya arus barang dan jasa antar daerah mempengaruhi
pembangunan dan pertumbuhan ekonomi suatu provinsi. Hampir sama dengan apa yang dikemukakan di atas, menurut Anwar
2005 beberapa hal yang menyebabkan terjadinya disparitas antar wilayah adalah: 1 perbedaan karakteristik limpahan sumberdaya alam resource
endowment ; 2 perbedaan demografi; 3 perbedaan kemampuan sumberdaya
manusia human capital; 4 perbedaan potensi lokasi; 5 perbedaan dari aspek
aksesibilitas dan kekuasaan dalam pengambilan keputusan; dan 6 perbedaan dari aspek potensi pasar. Faktor-faktor di atas menyebabkan perbedaan karakteristik
wilayah ditinjau dari aspek kemajuannya, yaitu: 1 Wilayah maju; 2 Wilayah sedang berkembang; 3 Wilayah belum berkembang; dan 4 Wilayah tidak
berkembang. Menurut Gama 2007 dibukanya lapangan kerja yang padat dan tetap
mempertimbangkan pemerataan fisik dan prasarana pendidikan disetiap wilayah merupakan upaya yang tepat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan
pemerataan pembangunan antar wilayah.
2.6 Urgensi Pembangunan Antar-Wilayah Secara Berimbang